Siswa Penerima Vaksinasi di Tasikmalaya Meninggal, Ini Penjelasan Keluarga
Merdeka.com - Meninggalnya siswa sekolah dasar (SD) di Kota Tasikmalaya usai divaksinasi Covid-19 menyisakan luka bagi keluarga. Pihak keluarga sudah menerima penjelasan penyebab kematiannya, yaitu ada indikasi akibat demam berdarah dengue (DBD). Namun hal tersebut rupanya tidak sejalan dengan kondisi di kampung halaman yang sedang tidak musim penyakit DBD.
Paman siswa yang meninggal usai divaksinasi, Jajang Suhendar (50) menyebut bahwa keponakannya tidak mengeluhkan hal yang kaitannya dengan penyakit DBD. Selama ini, keponakannya selalu ceria seperti anak usia 10 tahun pada umumnya.
"Kalau kita tahu sakit DBD, tentunya keluarga akan secepatnya mengambil langkah atau melarang divaksin. Soalnya di sini tak ada yang DBD, kalau dibilang musim harus banyak. Ini juga baru menemukan setelah ada pemeriksaan kemarin dari rumah sakit ke korban," kata Jajang, Selasa (18/1).
-
Apa dampaknya jika anak tidak divaksinasi? Tidak memberi vaksin pada anak bisa menyebabkan sejumlah dampak kesehatan yang tidak diinginkan.
-
Bagaimana vaksin melindungi anak? Pemberian vaksinasi ini merupakan langkah penting untuk mencegah munculnya sejumlah masalah kesehatan.
-
Siapa saja yang berisiko karena anak tidak divaksinasi? Anak yang tidak divaksinasi juga membawa risiko bagi anggota keluarga lainnya.
-
Kenapa anak harus divaksinasi? Vaksinasi atau imunisasi adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan anak-anak kita.
-
Bagaimana siswi terdampak penyakit? Mereka melaporkan penyakit ini telah melumpuhkan kaki mereka, sehingga sebagian besar dari mereka tidak mampu berjalan.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
Jajang mengungkapkan bahwa keponakannya sebelum divaksinasi dalam kondisi sehat, tidak menunjukan gejala apapun. Saat hendak diantarkan oleh ayahnya ke sekolah, keponakannya itu memilih untuk naik angkutan umum bersama teman-temannya.
"Pulang sekolah setelah divaksinasi juga sempat main dengan teman-temannya. Tapi pas sorenya, badannya lemas dan kejang-kejang usai mandi di rumahnya. Sempat dibawa ke Puskesmas Purbaratu tapi malah dirujuk ke RSUD dr Soekardjo dan meninggal dunia Senin (17/1)," ungkapnya.
Jajang menyebut bahwa pihak keluarga tidak akan memperpanjang persoalan meninggalnya keponakan setelah mendapatkan vaksinasi. Pihak keluarga sudah menerima kejadian tersebut sebagai takdir dari Allah SWT.
Dengan meninggalnya keponakannya itu, ia meminta agar seluruh masyarakat mendoakan agar almarhum tenang di alam barzah.
"Keluarga harapannya sudah menerima suratan dari Maha Kuasa. Dan ahli surga supaya tawakal. Kalau pihak keluarga meski sedang merasakan duka yang mendalam, sudah tak mau memperpanjang kejadian ini. Pihak keluarga sudah menerima kejadian ini dengan lapang dada," sebutnya.
Selain itu, menurut Jajang, pihak keluarga juga tidak mempermasalahkan lagi penyebab meninggalnya keponakannya itu apakah akibat dari vaksin atau DBD sesuai keterangan dokter.
"Kami sudah menerima kejadian ini dengan ikhlas meski kami masih berduka. Kami sudah menerima laporan bahwa anak kami akibat DBD dari dokter Rumah Sakit, dan memang dua hari sebelumnya usai divaksin di sekolah dan kondisinya sehat-sehat saja," jelasnya.
Meski saat ini meninggalnya keponakannya masih jadi pembahasan, Jajang enggan mempermasalahkan lebih jauh. Namun ia dan keluarga berdoa dan berharap agar kejadian serupa tidak menimpa siswa lainnya di Kota Tasikmalaya dan daerah lainnya.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya, Eli Suminar mengaku bahwa terkait adanya siswa yang meninggal setelah divaksinasi, pihaknya masih menunggu laporan resmi dari Dinas Kesehatan. Laporan tersebut nantikan akan menentukan langkah yang akan diputuskan oleh pihaknya.
"Kami belum menerima laporan secara resmi dari dinas kesehatan berkaitan seorang siswa kelas V salah satu Sekolah Dasar SD di Kecamatan Purbaratu Kota Tasikmalaya, yang sempat kritis dua hari dan meninggal dunia usai menerima vaksin," ucapnya kepada wartawan.
Eli membenarkan bahwa siswa yang meninggal sebelumnya mengikuti kegiatan vaksinasi pada Sabtu (15/1). Namun pihaknya belum mengetahui apakah hal tersebut kaitannya dengan vaksinasi atau bukan.
Meski kabar meninggalnya siswa tersebut akibat DBD sudah diketahuinya, Eli menyebut bahwa pihaknya akan tetap menunggu laporan resmi dari Dinas Kesehatan.
"Tentunya itu memerlukan adanya penelusuran yang pasti, untuk memastikan penyebab meninggal dunianya, apakah karena faktor vaksin atau bukan. Itu katanya DBD, tetapi saya tetap masih menunggu hasil laporan secara resmi. Karena kita tidak bisa bergerak apapun tanpa adanya keterangan dari Dinas Kesehatan," sebutnya.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Uus Supangkat membenarkan bahwa ada seorang siswa SD yang meninggal dunia usai divaksinasi. Meski begitu, ia belum bisa memastikan bahwa penyebab meninggalnya siswa tersebut adalah akibat mendapatkan vaksinasi.
Usai menerima kabar meninggalnya siswa itu, Uus mengaku bahwa pihaknya langsung melakukan pengecekan, khususnya analisa dokter terkait penyebab kematiannya.
"Jadi pada awalnya korban itu diduga mengalami kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) murni. Sebelum dirawat kondisinya itu mengalami kejang dan penurunan kesadaran. Saya juga sudah bicara panjang lebar dengan dokter bagian perawatan intensif. Ketua (Komda) KIPI (Kota Tasik) dan (dokter) spesialis anak menyampaikan kepada saya, setelah dilakukan pemeriksaan diketahui ada penyakit lain yang mendasarinya," kata Uus, Selasa (18/1).
Ia menjelaskan bahwa siswa tersebut diduga mengalami KIPI koinsiden setelah imunisasi, namun bukan akibat vaksinasi, tapi karena ada penyakit lain.
"Diduga korban saat vaksinasi Covid-19 sedang mengalami masa inkubasi serangan penyakit demam berdarah dengue (DBD)," jelasnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Petugas kesehatan langsung datang ke rumah Bayi MKA, dan akhirnya dilarikan ke rumah sakit.
Baca SelengkapnyaViral Bayi Meninggal Pascaimunisasi di Sukabumi, Ini Kronologinya Menurut Kemenkes
Baca SelengkapnyaPolisi telah menetapkan satu orang sebagai Anak Berhadapan Hukum dalam kasus dugaan bullying tersebut.
Baca SelengkapnyaKeluarga memilih agar korban menjalani rawat jalan sebelum meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaPenerapan PJJ guna mempermudah kepolisian menyelidiki kasus kematian D.
Baca SelengkapnyaSiswa SD 06 Pesanggrahan jatuh dari lantai 4 gedung sekolahnya pagi tadi pukul 08.00 Wib
Baca SelengkapnyaKedatangan jenazah korban kecelakaan maut tersebut disambut duka mendalam oleh keluarga dan para tetangga.
Baca SelengkapnyaEpidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, ada kemungkinan kasus TTS dipicu vaksin AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaHebohnya kasus TTS berawal dari gugatan yang dilayangkan Jamie Scott ke Pengadilan Tinggi Inggris.
Baca SelengkapnyaPemkot Tasikmalaya memulai program vaksinasi rotavirus (RV) dan human papillomavirus (HPV) pada Rabu (9/8).
Baca SelengkapnyaKedua korban diketahui bermain di tiang bendera yang ada di halaman sekolah. Salah satu korban membuka baut penyangga sehingga tiang miring ke arah jalan.
Baca SelengkapnyaSiswa MTS itu mengalami luka bacok di leher dan sempat dibawa warga ke rumah sakit.
Baca Selengkapnya