Siswa program BBM mengaku terkesan menginap di rumah seniman
Merdeka.com - Dewi Kumala Sari, 17 tahun, sesekali berdiri mengamati lukisannya, kemudian menyapukan kuasnya untuk membentuk daun-daun menyerupai motif batik berwarna biru. Ia juga melukis sosok pria yang mengacungkan pedang dan tameng.
Dewi menjadi satu peserta dari sembilan pelajar SMA/SMK yang menginap di rumah Nasirun, pelukis kondang yang karya-karyanya sangat mahal. Nasirun menjadi salah satu seniman yang terlibat dalam program Belajar Bersama Maestro (BBM) yang digelar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Dewi dan delapan teman lainnya dari berbagai tempat di Indonesia, menginap 10 malam di rumah Nasirun di Yogyakarta. Hasil menginap tersebut didemonstrasikan di Bandung, tepatnya dalam acara Pergelaran dan Pameran Hasil Belajar Bersama Maestro di Kampus Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI/STSI) Bandung, Senin (23/11) malam.
-
Bagaimana SBY belajar melukis? 'Saya tidak pernah mengikuti sekolah seni. Saya hanya menonton tutorial di YouTube,' katanya.
-
Bagaimana mural bisa membantu anak belajar? Selain itu, dekorasi dinding atau benda-benda dengan nilai edukatif seperti alfabet atau angka dapat membantu mereka belajar secara visual tanpa tekanan, menjadikan proses belajar menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari yang menyenangkan.
-
Bagaimana #KelasDreami membantu anak-anak belajar membatik? Mereka tidak hanya diberi pengenalan tentang teknik membatik, tetapi juga diberi kesempatan untuk mencoba membuat karya seni mereka sendiri. Para peserta diajak untuk memahami makna dan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam setiap goresan batik yang mereka buat.
-
Dimana anak-anak bisa belajar? Aktivitas seperti berjalan-jalan di alam, memasak bersama, atau mengunjungi taman atau kebun binatang memberi anak-anak kesempatan untuk bertanya dan belajar.
-
Dimana anak menggambar? Anda bisa menentukan 'batas' yang tidak terlalu ketat mengenai area yang boleh dihias oleh anak dengan gambar-gambar mereka.
-
Bagaimana cara sekolah tersebut mendukung bakat anak? Hilman mengatakan jika semua anak yang sekolah di sana selalu mendapatkan support untuk mengembangkan bakatnya. 'Kan nggak dibatasi ya? Punya bakat apa itu bakal disupport ya?' tanya Hilman.'Iya,' jawab Boy.
Pagelaran sendiri berlangsung di Gedung Sunan Ambu ISBI sedangkan demonstrasi melukis ditempatkan di bagian luar gedung kesenian tersebut. Sekeliling gedung terpasang panel-panel yang memajang lukisan peserta BBM. Ada pula patung-patung setengah badan hasil para pelajar yang menginap di NuArt, galeri milik pematung Nyoman Nuarta di Bandung.
Dewi menuturkan, ia dan kawan-kawan tiba di rumah Nasirun 25 Juni dan berakhir 3 Juli. Hari terakhir ia merumuskan karya dalam sebuah tema besar, yakni Permata Indonesia. "Tema ini menggambarkan keunikan budaya di tiap daerah yang ada di Indonesia," jelas Dewi.
Gadis kelahiran Mataram tersebut menggambarkan kekhasan yang ada di Mataram. Salah satunya seorang pria yang mengacungkan pedang dan tameng itu sebagai bukti kejayaan Mataram di masa lalu.
Kendati menonjolkan khasanah daerah, tiap lukisan dibingkai dalam keindonesiaan. Masing-masing peserta melukis di atas kanvas yang terdapat salah satu huruf yang membentuk kata INDONESIA warna merah. Dewi sendiri kebagian huruf D. Delapan teman lainnya ada yang kebagian huruf I, N, O, N, E, S, I, dan A.
"Selain menonjolkan budaya masing-masing daerah kita juga menunjukkan nasionalisme. Meski berbeda-beda budaya, kita ada dalam satu Indonesia," ujar gadis dengan rambut sebahu.
Ia mengaku senang bisa menginap dan belajar di rumah pelukis Nasirun. Menurutnya, meski sudah menjadi pelukis terkenal dan kaya, Nasirun dan istrinya sangat baik dan ramah. Mereka tulus memfasilitasi para pelajar yang mau berguru kepadanya.
Ia diajari teknik melukis, pagi atau siang diajak jalan-jalan ke Borobudur sambil membuat sketsa, kemudian disuruh melukis bebas, dan malamnya dievaluasi. “Melukis harus bebas lepas jangan terlalu terikat. Melukis adalah mengekspresikan diri yang sebenarnya. Itu yang saya dapat dari Pak Nas,” kata dia.
Namun, di sela bimbingan belajar tersebut ia jadi kenal dengan pola hidup pelukis yang karyanya sudah mendunia itu. Nasirun biasa tidur dari pagi sampai siang. Sore harinya hingga malam ia melukis. Waktu melukisnya berlangsung sampai dini hari, bahkan hingga pagi. Paginya baru ia istirahat.
“Ya kitanya sih enggak kaya gitu. Biasa saja bangun pagi,” katanya sambil tertawa.
Setelah melewatkan malam dengan pelukis kondang, Dewi merasa lukisan hanya sebagai hobi saja. Meski suka melukis dari kecil, ia bercita-cita ingin jadi arsitek. BBM diikuti 89 pelajar yang dibimbing oleh seniman-seniman Indonesia. Masing-masing seniman membimbing 9 sampai 10 pelajar selama 10 hari.
(mdk/frh)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Museum ini dibangun untuk mengenalkan sosok Pak Tino pada pemuda generasi sekarang.
Baca SelengkapnyaSempat viral karena dibuatkan rumah baru untuk posko, ini yang dilakukan mahasiswa KKN sebelum pulang.
Baca SelengkapnyaMelalui Rumah Batik TBIG, pihaknya ingin menghidupkan kembali minat anak muda terhadap budaya membatik.
Baca SelengkapnyaMuseum ini merupakan bentuk dedikasi seniman Timbul Raharjo terhadap kampung halamannya tercinta.
Baca SelengkapnyaPara pasien RSJ Dr. Amino Gondhohutomo Semarang mengikuti kegiatan melukis. Bagaimana potret hasil karya mereka?
Baca SelengkapnyaAksi ini tidak hanya mengundang kekaguman dari murid-muridnya, tetapi juga dari banyak publik yang memuji dedikasi dan bakat sang guru.
Baca SelengkapnyaPameran ini ini menampilkan 47 karya-karya dari berbagai kelompok seniman, termasuk seniman dengan disabilitas.
Baca Selengkapnya