Soal HAM, Imparsial sebut pemerintah Jokowi lebih buruk dari SBY
Merdeka.com - Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) hingga kini masih menolak adanya hukuman mati di Indonesia. Sekalipun itu dilakukan bagi kejahatan luar biasa seperti narkoba dan terorisme.
Peneliti dari Imparsial Gufron Mabruri mengatakan, di masa kepemimpinan Presiden Jokowi, isu HAM masih tidak mendapat perhatian lebih. Terutama dalam konteks hukuman mati.
"Hukuman mati menjadi isu HAM yang cukup buruk selama pemerintahan Jokowi-JK. Dalam 2,5 tahun pemerintahannya, jaminan dan penegakan HAM tidak mendapat perhatian optimal salah satu yang krusial adalah jaminan dan perlindungan hak hidup, tidak ada hak konkret untuk hidup," kata Gufron dalam sebuah diskusi, di Sekretariat Imparsial, Jalan Tebet Dalam IVJ Nomor 5B, Jakarta Selatan, Minggu (9/4).
-
Siapa yang mengkritik Jokowi? Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat mengkritik kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
-
Siapa yang meninggal saat kunjungan Jokowi? Gara-gara ingin melihat kepala negara dari dekat, Kamaluddin (53) terjatuh dan meninggal dunia.
-
Siapa yang menggugat Jokowi? Gugatan itu dilayangkan Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI)
-
Siapa yang membuat Presiden Jokowi gemas? Akhirnya, pertunjukan lucu Ameena sukses membuat semua orang terkesan, termasuk Presiden Jokowi yang menyaksikannya dari kursi utama.
-
Mengapa Jokowi digugat? Gugatan itu terkait dengan tindakan administrasi pemerintah atau tindakan faktual.
-
Kenapa Jokowi dikritik? Khususnya terhadap keluarga Jokowi yang ikut dalam kontestasi politik baik Pilpres maupun pilkada.
Berdasarkan data yang didapat dari Imparsial, dalam 2,5 tahun pemerintahan Jokowi penjatuhan vonis mati mencapai total 122 orang. Dengan rincian 31 orang WNI, 91 WNA. 87 Orang divonis mati karena kasus narkoba, 34 orang dalam kasus pembunuhan, serta satu vonis mati baru dalam kasus pencurian dengan kekerasan.
Jika data tersebut dibandingkan dengan pemerintahan di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Gufron melihat pemerintah Jokowi buruk karena banyak melakukan vonis hukuman mati.
"Dan kita bandingkan pemerintahan Jokowi dan sebelumnya pemerintah Jokowi buruk (dalam konteks HAM) ada 122 orang yang telah divonis hukuman mati dalam 2,5 tahun. Sedangkan dengan SBY hanya memvonis 18 orang dalam waktu 10 tahun kepemimpinannya," ujarnya.
Gufron menilai, pemerintahan Jokowi buruk karena dengan maraknya vonis mati, menandakan situasi di kepemimpinan Jokowi lebih buruk. Serta menambah catatan kelam di masa reformasi.
"Artinya dalam hal vonis mati situasinya lebih buruk dari situasi yang sebelumnya. Saya kira buruk dalam hak hidup. Berlanjutnya hukuman mati semakin melengkapi catatan buruk sejak masa reformasi," tuturnya.
Gufron mengimbau, pemerintah selalu menjaga hak hidup setiap orang. Serta harus dijamin oleh negara. "Untuk setiap orang itu, hak hidupnya harus dijamin," ucapnya.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Total ada 1.385 orang yang terdiri dari, pejabat negara hingga pihak swasta yang terjerat kasus korupsi sepanjang 2004-2022.
Baca SelengkapnyaSuarlin menjelaskan ada dua indikator penilaian dalam pemenuhan HAM.
Baca SelengkapnyaPerlu ada evaluasi total karena banyak perjabat Indonesia yang terjerat korupsi
Baca SelengkapnyaAktivis Aksi Kamisan ke-836 menyoroti tidak terealisasinya janji-janji keadilan bagi korban pelanggaran HAM selama 10 tahun berkuasa.
Baca Selengkapnyamargin of error yang diterapkan sebesar ±2,9%, pada tingkat kepercayaan 95%
Baca SelengkapnyaAksi Kamisan ke-807 ini memprotes pemberian penghargaan berupa kenaikan pangkat istimewa Jenderal Kehormatan kepada Prabowo Subianto oleh Presiden Joko Widodo.
Baca SelengkapnyaGanjar mengaku sudah mendapatkan hasil survei terbaru yang menempatkan dirinya di posisi puncak.
Baca SelengkapnyaAdik Wiji Thukul mengaku kecewa dengan masa kepemimpinan Jokowi.
Baca SelengkapnyaDampak dari konflik bersenjata dan kekerasan menimbulkan berbagai persoalan, baik korban jiwa maupun luka-luka,
Baca SelengkapnyaKinerja pemerintah di sejumlah sektor juga tidak luput dari penilaian publik.
Baca SelengkapnyaAda sekitar 20,21 persen yang merasa kurang puas dan 4,23 persen tidak puas sama sekali.
Baca SelengkapnyaJasa Raharja mengakui angka kecelakaan lalu lintas memang mengalami peningkatan setiap tahunnya dari 15 hingga 17 persen.
Baca Selengkapnya