Soal Pengamanan KTT ASEAN, Ini Pesan Kapolri ke Anak Buah

Merdeka.com - Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengaku mengamankan event internasional ASEAN Summit atau Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN menjadi fokus korps Bhayangkara.

KTT ASEAN diadakan di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Mei 2023. Kemudian pada September di Jakarta. Indonesia sudah beberapa kali ditunjuk sebagai tuan rumah, yakni pada tahun 1976, 1996, 2003 dan 2011.

Listyo meminta jajarannya tetap siaga di semua aspek agar memastikan dari persiapan hingga pelaksanaannya bisa berjalan baik tanpa hambatan. Selain itu, dalam waktu dekat ada penyelenggaraan skala internasional, yakni Piala Dunia U-20.

"Sesuai dengan agenda pemerintah, bahwa tahun ini ada beberapa agenda internasional dan juga agenda nasional yang mau tidak mau menjadi tugas Kepolisian khususnya jajaran lalu lintas untuk mempersiapkan dengan baik," kata Sigit di Kota Bandung, Selasa (14/3).

"Ada kegiatan ASEAN Summit dan juga event internasional lain (Piala Dunia U20) yang tentunya kita harus amankan, kita kawal," ucap dia.

Pengalaman saat KKT G20 bisa menjadi rujukan pola dan aspek pengamaan yang akan diberlakukan. Namun ia mengingatkan agar para anggota tidak lengah.

Tingkat kewaspadaan harus tinggi karena acara skala internasional ini secara langsung mempertaruhkan kualitas Indoenesia di mata dunia.

"Tentunya karena ini adalah pertaruhan bangsa kita, negara kita, maka saya minta tadi jajaran korlantas untuk mempersiapkan dengan baik," terangnya.

Dari infromasi yang berhasil dihimpun, KTT ASEAN tahun 2023 mengusung tema besar 'ASEAN Matters: Epicentrum of Growth', yang bermakna bahwa Indonesia ingin menjadikan ASEAN tetap penting dan relevan bagi masyarakat ASEAN dan dunia.

Indonesia telah menentukan tiga pilar Priority Economic Deliverables (PEDs) di KTT ASEAN Summit 2023, yaitu recover-rebuilding untuk memastikan pemulihan dan pertumbuhan ekonomi, serta memitigasi risiko seperti inflasi dan volatilitas aliran modal.

Lalu digital economy, yakni memperkuat inklusi keuangan dan literasi digital, negara anggota ASEAN perlu meningkatkan kapasitas masing-masing dalam memformulasikan strategi edukasi finansial secara nasional dan meningkatkan interkonektivitas sistem pembayaran regional.

Pilar terakhir adalah sustainability. Sebagai kawasan yang paling terdampak oleh bencana alam dan risiko terkait iklim, ASEAN perlu merapatkan barisan guna mempersiapkan dan mengarah ke tujuan yang sama dalam kaitan transisi menuju ekonomi hijau, di antaranya melalui penyusunan ASEAN Taxonomy on Sustainable Finance dan Study on the Role of Central Banks in Managing Climate and Environment-Related Risk.