Soal Vaksin Covid-19, Jubir Satgas Sebut Tidak Ada Solidaritas Antarnegara
Merdeka.com - Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyebut tidak ada solidaritas antarnegara menghadapi Covid-19. Menurutnya, saat ini tidak terlihat solidaritas antarnegara dalam rangka penyediaan vaksin Covid-19. Semua negara berpikir untuk kepentingan sendiri.
"Kalian yang tinggal di Inggris sekarang bisa lihat, ada enggak solidaritas antarnegara sekarang? membayangkan tentang vaksin? Enggak ada. Semua berpikir tentang dirinya sendiri," ujar Wiku dalam Webinar yang digelar PPI London, Sabtu (13/2).
Wiku mengatakan, harus ada yang memimpin proses kolaborasi antarnegara untuk menghadapi Covid-19. Jika tidak, virus Covid-19 akan menang. Sebab virus itu tidak mengenal batas negara.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Kenapa vaksin dalam negeri penting? Hal ini disampaikannya saat meresmikan fasilitas produksi vaksin PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia di Kabupaten Bogor, pada Rabu (11/9). Menkes Budi menekankan bahwa pengalaman sukses dalam mengembangkan Vaksin Merah Putih menunjukkan betapa krusialnya memiliki berbagai jenis vaksin untuk memastikan keamanan kesehatan masyarakat.
-
Siapa yang terlibat dalam produksi vaksin dalam negeri? Salah satu proyek unggulannya adalah pengembangan Vaksin Merah Putih atau INAVAC yang bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair).
-
Apa tujuan produksi vaksin dalam negeri? Kemandirian dalam produksi vaksin merupakan salah satu kebijakan utama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam meningkatkan ketahanan kesehatan nasional.
-
Kenapa negara termiskin kesulitan beli vaksin? Ini terlepas fakta bahwa negara termiskin juga berjuang untuk membeli dan meluncurkan vaksin COVID-19 untuk melawan pandemi.
-
Mengapa Covid-19 menjadi pandemi global? Pandemi Covid-19 telah menjadi salah satu peristiwa paling berdampak di abad ke-21. Penyakit yang disebabkan oleh virus corona jenis baru ini telah menginfeksi lebih dari 200 juta orang dan menewaskan lebih dari 4 juta orang di seluruh dunia.
"Jadi suatu saat nanti, sooner or later, harus ada leader yang melakukan proses kolaborasi untuk antarnegara, solidaritas antarnegara. Ini adalah gerakan kemanusiaan, karena virus kan enggak kenal batas negara. Kalau dia tahu ada batas negara, pasti enak, virusnya pasti menang, manusia akan kalah. Jadi justru itu kita harus punya pemahaman secara komplet," tegas Wiku.
Ia juga mengutip laporan Bloomberg atas analisis proses vaksinasi. Dunia membutuhkan waktu tujuh sampai sepuluh tahun untuk proses vaksinasi. Namun proses itu bisa dipercepat asal jumlah vaksinnya memadai.
"Apakah manusia diam saja dengan analisis itu? Itu kan cuma analisis saja dengan kondisi sekarang. Ya kalau vaksinnya lebih banyak, ya mungkin cuma dua tahun atau bahkan satu tahun. Atau kalau terjadi mutasi bisa-bisa lebih panjang dari 10 tahun. Jadi jangan takut dengan kondisi itu," kata Wiku.
Tetapi Wiku menilai tidak bisa berserah saja atas kondisi tersebut. Vaksin bukan satu-satunya solusi. Perlu menegakkan testing, tracing, dan treatment, serta memakai masker, mencuci masker dan jaga jarak.
"Jadi jangan punya tameng satu aja, kalau vaksinasi satu saja enggak akan bisa. Kita makanya punya banyak itu dalam rangka melindunginya, dan itu adaptasi kebiasaan baru dalam manajemen dalam bersikap. Sedunia, bayangkan. Jadi tugasnya itu berat kalau enggak bersama-sama dengan seluruh rakyat di dunia enggak akan bisa," pungkasnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Namun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaPenularan varian JN.1 telah ditemukan di Jakarta dan Batam.
Baca SelengkapnyaHinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca SelengkapnyaSebelumnya, Budi menyatakan vaksin cacar monyet masih menyasar kelompok tertentu, seperti penderita HIV.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaTerkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaMenkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca
Baca SelengkapnyaIndonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19.
Baca SelengkapnyaPresiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut, untuk menghadapi krisis global dibutuhkan kekompakan dan solidaritas antarnegara.
Baca SelengkapnyaMuhadjir menjawab pertanyaan hakim konstitusi soal intensitas kunjungan kerja Presiden Joko Widodo jelang Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaJamie Scott, seorang pria beranak dua mengalami cedera otak serius setelah mengalami penggumpalan darah dan pendarahan di otak usai mendapatkan vaksin itu p
Baca Selengkapnya