Soeharto: Kalau bukan Adnan Buyung sudah saya tempeleng!
Merdeka.com - Berita duka menyambangi dunia hukum Indonesia. Advokat senior Adnan Buyung Nasution menghembuskan napasnya yang terakhir di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan. Adnan meninggal dunia di usianya ke-81 tahun.
Semasa hidupnya, pria bernama asli Adnan Bahrum Nasution ini dikenal sebagai sosok yang idealis. Buyung yang anti korupsi dan tak segan melontarkan kritik ini menjadi sosok yang tak disukai presiden manapun.
Setelah menyandang gelar sarjana hukumnya dari Universitas Indonesia, Buyung diterima bekerja sebagai jaksa di Kejaksaan Negeri Istimewa Jakarta sembari melanjutkan kuliahnya. Keterlibatannya di dunia politik dalam sebuah aksi demonstrasi membuat Buyung dimutasi ke Manado dan Medan.
-
Kenapa Anwar Sadat dibunuh? Sadat dikenal karena kebijakan luar negerinya yang pro-Barat dan perjanjian damai yang ditandatangani dengan Israel pada tahun 1979, yang memicu kemarahan di kalangan kelompok-kelompok Islamis dan nasionalis Arab.
-
Kenapa NasDem menolak Gubernur Jakarta ditunjuk Presiden? Anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Taufik Basari menegaskan, pihaknya menolak mekanisme penunjukan Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta oleh Presiden.
-
Siapa yang menolak Gubernur Jakarta ditunjuk Presiden? Anggota Badan Legislasi (Baleg) DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Taufik Basari menegaskan, pihaknya menolak mekanisme penunjukan Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta oleh Presiden.
-
Bagaimana Anwar Sadat dibunuh? Mereka menggunakan senjata otomatis dan granat, menembaki Sadat dan para pejabat yang hadir.
-
Siapa yang ditinggal Abe di Indonesia? Melly dan Anto pun hadir untuk memberikan dukungan penuh kepada anak mereka yang berangkat.
Saat itu, dia bersama sejumlah mahasiswa lainnya menentang pemerintahan Presiden Soekarno saat berlangsungnya peristiwa Gerakan September Tiga Puluh (Gestapu). Aksi tersebut membuatnya dihukum karena dianggap menentang pemerintahan yang revolusioner.
Tak hanya di era Soekarno, Buyung juga pernah dibenci Presiden Soeharto. Dalam bukunya berjudul 'Pergulatan Tiada Henti' terbitan Aksara Karunia, 2004, dia tak dianggap saat memaparkan rencana aksi anti-korupsi yang dibuatnya.
Saat itu, Buyung ditemani Harjono Tjitrosoebeno, Erie Sudewo, Fuad Hassan, dan Reen Moeliono. Soeharto didampingi lima orang jenderal. Buyung menyerahkan dokumen tertulis, lalu menjelaskan maksud Buyung dan kawan-kawan yang ingin Orde Baru dibersihkan dari praktik korupsi. Dia meminta Soeharto menyeret petinggi militer yang diduga korupsi ke pengadilan.
"Seret jenderal-jenderal yang korup itu ke pengadilan!" ucapnya saat itu.
Mendengar itu, tanpa banyak bicara, Soeharto langsung meninggalkan seluruh tamunya dan tak kembali lagi. Seketika, pertemuan langsung berakhir. Kemarahan Pak Harto baru diketahuinya saat membaca koran sore yang berjudul, 'kalau bukan Buyung sudah saya tempeleng'.
"Informasi koran dan juga informasi lain mengatakan Soeharto marah betul kepada saya," aku Buyung seperti tertuang dalam halaman 191 buku Pergulatan Tiada Henti.
Idealismenya berlanjut ketika Susilo Bambang Yudhoyono menunjuknya menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) periode 2007-2009. Dalam buku 'Nasihat untuk SBY', dia sempat menyindir sejumlah menterinya hanya nurut dan berlaga seperti yes man.
Pengamat politik UI, Ibramsjah mengatakan wajar saja kalau pemikiran Buyung tak didengar dan dihiraukan oleh SBY. Hal itu karena pemikiran dan masukan Buyung tak menyenangkan SBY.
"Walaupun sebenarnya pemikiran dan masukan itu baik untuk kebijakan SBY dan bangsa. Wajar saja SBY tak suka kepada Buyung, karena sosok orang seperti Buyung bukanlah tipe orang yang hanya menyenangkan SBY saja. Dia (Buyung) kan memiliki integritas untuk membangun bangsa dan negara," ujar Ibramsjah saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Sabtu, (26/5).
"Bukan hanya pencitraan-pencitraan saja seperti apa yang dilakukan oleh menteri-menteri dan pejabat lainnya. Buyung itu punya karakter dan prinsip yang sangat kuat. Dirinya berani mengatakan benar walaupun pahit," lanjutnya.
"Pemikiran bang Buyung untuk membangun bangsa, kenapa gak boleh bicara dan berpikir. Beliau (Buyung) tak melanggar etika. Demokrasi memberikan kebebasan dalam menyampaikan suara dan pemikiran. Lebih-lebih pemikiran yang sifatnya membangun bangsa dan negara seperti apa yang diutarakan oleh Buyung," pungkas Ibramsjah.
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dikenal sebagai antitesis Soeharto, sosok Benny Moerdani ternyata memiliki kisah tak terungkap antara dirinya dan sang Presiden kedua RI. Simak ulasan berikut.
Baca SelengkapnyaSejumlah tokoh militer senior dan sipil kecewa. Mereka mempertanyakan sikap Soeharto yang menyeret ABRI sebagai alat kekuasaan.
Baca SelengkapnyaJenderal yang paling dipercaya ini tiba-tiba berani mengkritik sepak terjang anak presiden. Jabatan taruhannya.
Baca SelengkapnyaPresiden Sukarno segera mencari sosok pengganti sementara panglima Angkatan Darat karena Letnan Jenderal TNI Ahmad Yani diculik.
Baca SelengkapnyaSejumlah Presiden RI terdahulu tercatat pernah bermanuver menyiapkan penerus.
Baca SelengkapnyaBudiman disebut hanya mengincar kekuasaan semata dengan mengatasnamakan rakyat.
Baca SelengkapnyaSoeharto murka ketika mobil-mobil yang akan diselundupkannya ke Jawa dicegah naik kapal.
Baca SelengkapnyaBanyak kisah menarik Soeharto dan para pengawalnya. Hal ini dikisahkan Jenderal (Purn) Kunarto.
Baca SelengkapnyaOrang-orang Jakarta dulu menjuluki Ali Sadikin sebagai "Gubernur Monyet"
Baca SelengkapnyaSoemitro menyinggung soal anak-anak Soeharto dalam memonopoli bisnis.
Baca SelengkapnyaMeski tidak pernah mengungkapkannya ke publik, Soeharto menyimpan nama orang-orang yang dianggap pernah mengkhianatinya.
Baca SelengkapnyaSoeharto marah dan dendam dilengserkan. Ada sejumlah orang dia cap sebagai pengkhianat.
Baca Selengkapnya