Soeharto sedih cuma bisa sekolah sampai SMP
Merdeka.com - Presiden Soeharto merasa sedih saat mengetahui dirinya tidak bisa melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Soeharto mengetahui hal tersebut setelah dirinya menamatkan sekolah Schakel Muhammadiyah.
Demikian disampaikan Soeharto dalam buku otobiografi 'Soeharto Pikiran, Ucapan, dan Tindakan Saya' karangan K.H. Ramadhan dan G. Dwipayana.
Saat itu, tidak ada satu pun keluarga yang bisa membantunya untuk melanjutkan sekolah. "Saya masih ingat saja akan apa yang dikatakan ayah saya waktu itu, 'Nak, katanya, tak lebih dari ini yang dapat kulakukan untuk melanjutkan sekolahmu," ujar Soeharto.
-
Siapa yang menjadi ajudan Soeharto? Pada tahun 1974, Kolonel Try Sutrisno Diangkat Menjadi Ajudan Presiden Soeharto Empat tahun Try menjabat ajudan presiden.
-
Kapan Soeharto berangkat kerja? Pak Harto Terbiasa Berangkat ke Kantor Jam 09.00 Atau Jam 10.00 WIB Pagi harinya dia akan bekerja di Jl Cendana, seperti memanggil menteri atau memeriksa laporan dari para pejabat.
-
Kenapa Soeharto butuh Wakil Presiden? Di era Orbe, Capresnya pasti Soeharto. Lalu bagaimana cara memilih wakil presiden?
-
Siapa yang jadi ajudan Presiden Soeharto? Berkat rekam jejaknya di bidang militer, pada tahun 1974 Try terpilih menjadi ajudan Presiden Soeharto. Mengutip situs tni.mil.id, sejak saat itu, karier suami Tuti Sutiawati ini meroket tajam.
-
Kenapa Soeharto mencari Kunarto? 'Aneh,' pikir Kunarto. Ikan itu sudah diserahkannya pada pengawal, tapi kenapa malah tidak disajikan.
-
Apa pekerjaan Soeharto sebelum jadi tentara? Dia kemudian mengadu nasib ke Wuryantoro dan diterima bekerja menjadi pembantu klerek di sebuah Bank Desa atau Volks-Bank.
Soeharto yang saat itu masih hidup kekurangan disarankan sang ayah untuk mencari pekerjaan guna membiayai dirinya sendiri untuk melanjutkan sekolahnya. "Sekarang kamu sebaiknya mencari pekerjaan saja, dan kalau sudah dapat, Insya Allah, kamu dapat melanjutkan pelajaranmu dengan uangmu sendiri," lanjutnya.
Namun, bagi Soeharto kecil saat itu sangatlah sulit mendapatkan pekerjaan tanpa bantuan seseorang yang mempunyai kedudukan. Soeharto kecil pun berusaha ke sana kemari guna mendapatkan pekerjaan agar bisa melanjutkan pendidikannya tersebut.
Setelah sekian lama berusaha, jalan pun terbuka untuk Soeharto. "Akhirnya saya diterima sebagai pembantu klerek di sebuah Bank Desa. Walaupun saya tidak begitu senang dengan pekerjaan ini, saya anggap lebih baik menjalaninya daripada nganggur," ujar Soeharto.
Saat menjadi pembantu klerek, Soeharto kecil kerap mengenakan pakaian Jawa lengkap dengan kain blangkon dan baju beskap. Dengan menaiki sepeda, dirinya bersama sang klerek menyambangi sejumlah kantor lurah guna menampung permintaan warga yang menginginkan pinjaman.
Kendati menjalani profesinya dengan setengah hati, Soeharto kecil pun tetap ingin total dalam bekerja. Alhasil, dirinya pun kerap belajar pembukuan dengan mantri Bank Desa yang bernama Kamin. Soeharto yang cerdas pun sudah menguasai seluruh pembukuan dalam waktu kurang dari dua bulan.
Di samping itu, lantaran hanya mempunyai kain satu helai dan sudah terlihat usang, Soeharto kecil pun meminjam kain kepada bibinya.
"Tapi, pada suatu hari saya bernasib jelek. Waktu turun dari sepeda saya yang reot, kain yang saya pakai tersangkut pada per sadel yang menonjol ke luar dan sobek. Saya dicela oleh klerek yang saya dampingi," ujar Soeharto.
Tidak hanya klerek, Soeharto pun dimarahi bibi yang meminjaminya kain. "Saya dibentaknya, dengan mengatakan, kain itu adalah satu-satunya kain yang baik. Tak ada lagi yang lainnya yang bisa diberikan, sekalipun mungkin saja sebenarnya ia masih mau menolong," tutur Soeharto.
Peristiwa tersebut lantas membuat Soeharto berhenti dari pekerjaannya dan kembali menganggur. Soeharto pun mengisi hari-harinya dengan bergotong royong membangun sebuah langgar, menggali parit dan membereskan lumbung.
"Tetapi setelah itu, hari depan saya gelap lagi," ujarnya.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Soeharto memilih menjadi serdadu kolonial adalah pilihan realistis untuk lepas dari kemelaratan.
Baca SelengkapnyaSeperti lazimnya sunatan di Jawa, maka diikuti dengan syukuran. Namun karena keterbatasan dana, syukuran yang digelar sangat sederhana.
Baca SelengkapnyaIdia harus rela kehilangan kesempatan untuk bersekolah lantaran kondisi keuangan keluarganya yang pas-pasan.
Baca SelengkapnyaRuang kelasnya dihiasi lampu-lampu kuno yang estetik
Baca SelengkapnyaAhmad Faiq Mubaroq masih berharap bisa melanjutkan sekolah lagi.
Baca SelengkapnyaKIsah Presiden ke-2 RI pernah ingin jadi sopir taksi dan berhenti dari militer.
Baca SelengkapnyaMeski begitu, Soeharto tidak pernah mengkritik pemerintah secara langsung.
Baca Selengkapnya