Solusi Menkes Budi Gunadi Atasi 'Robohnya' Tenaga Kesehatan Indonesia Akibat Covid-19
Merdeka.com - Data Satgas Covid-19 per 10 Januari 2020, angka positivity rate sudah mencapai 30,36 persen. Di sisi lain, total kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia hingga 10 Januari 2020 mencapai 828.026 orang.
Kondisi saat ini, fasilitas kesehatan di Indonesia hampir roboh diterjang badai Pandemi Covid-19. Belum lagi Indonesia semakin kekurangan tenaga kesehatan.
Angka kenaikan kasus positif Covid-19 menyita perhatian Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Sebab, tingginya kasus positif Covid-19 tidak berbanding lurus dengan jumlah tenaga kesehatan. Indonesia semakin kekurangan tenaga kesehatan.
-
Kenapa kasus Covid-19 naik? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Kapan kasus Covid-19 meningkat? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Kenapa jumlah dokter di Indonesia masih rendah? Mengutip pernyataan Wakil Menteri Kesehatan, dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD, PhD, KEMD saat memberikan materi di acara yang sama, saat ini rasio jumlah dokter Indonesia masih tergolong sangat kecil, yaitu 0,47 dokter per 1.000 penduduk. 'Angka ini jauh di bawah standar WHO yang minimalnya 1 dokter per 1.000 penduduk,' ujar Dante.
-
Kenapa kasus TB di Indonesia masih tinggi? Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap tingginya kasus TB di Indonesia antara lain kepadatan penduduk di kota-kota besar, seperti Jakarta, yang memudahkan penyebaran bakteri.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
Per 31 Desember 2020, sebanyak 504 tenaga kesehatan meninggal dunia. Terdiri dari 237 dokter, 15 dokter gigi, 171 perawat, 67 bidan, tujuh apoteker, dan sepuluh tenaga laboratorium medik. 237 dokter yang meninggal itu terdiri dari 101 dokter umum, 131 dokter spesialis, serta lima residen. Sebelas di antaranya adalah guru besar.
"Pasti akan kekurangan dokter dan perawat, rumah sakit itu akan penuh karena memang kasus aktifnya naik 30 persennya, pasca libur," kata Budi di Kantor Sekretariat Presiden, Jakarta, Senin (11/1).
Budi menawarkan solusi. Caranya, merelaksasi beberapa aturan yang mengizinkan agar perawat-perawat yang belum memiliki surat tanda registrasi (STR) resmi, boleh langsung masuk bekerja.
"Itu ada sekitar 10.000 orang. Saya sekarang sedang mengkaji dengan Tim IDI dan Tim Kemenkes agar dokter juga bisa begitu. Ada sekitar 3000 sampai 4000 dokter yang bisa kita masukkan," ucapnya.
Budi berharap, solusi ini dapat diterima dan direalisasi. Namun, sebelum langkah tersebut bisa dijalankan, dia meminta kasus aktif dapat ditekan.
Dia juga meminta pasien positif tak bergejala tidak perlu dirawat di rumah sakit. Cukup melakukan isolasi mandiri. Mengingat, tingkat keterisian tempat tidur (Bed Occupancy Ratio/ BOR) di RS memang meningkat.
Bukan hanya di Jakarta saja, delapan provinsi lainnya juga mengalami peningkatan BOR di atas 70 persen. Data hingga 2 Januari 2021. Fasilitas kesehatan di Indonesia hampir roboh diterjang badai Pandemi Covid-19.
DKI Jakarta menjadi provinsi dengan peningkatan BOR tertinggi, yaitu 84,74 persen. Disusul Banten, 84,52 persen, Daerah Istimewa Yogyakarta 83,36 persen, Jawa Barat 79,77 persen, Sulawesi Barat 79,31 persen, Jawa Timur 78,41 persen, Jawa Tengah 76,27 persen, Sulawesi Selatan 72,40 persen, dan Sulawesi Tengah 70,59 persen.
"Jadi tolong bapak ibu, kalau misalnya tidak demam, dan tidak sesak nafas itu masih bisa dilakukan isolasi mandiri. Kalau bapak ibu punya rumah sendiri, punya kamar sendiri lakukan di rumah dan di kamar," jelas dia.
"Tapi kalau tidak punya atau terlalu sesak rumahnya kami nanti akan mengimbau seluruh gubernur kepala daerah agar membuat tempat-tempat isolasi seperti Wisma Atlet, Wisma Haji, asrama dan lain sebagainya atau mungkin hotel," ucapnya.
Reporter: Muhammad RadityoSumber: Liputan6.com
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Berdasarkan data Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), kasus penyakit katastropik mengalami peningkatan sebanyak 23,3 juta kasus di 2022.
Baca Selengkapnya6.333 Puskesmas yang belum memiliki jumlah tenaga kesehatan yang sesuai standar.
Baca Selengkapnyaian juga menyoroti persoalan pendistribusian tenaga kesehatan.
Baca SelengkapnyaBudi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca SelengkapnyaKekurangan dokter dirasakan di berbagai daerah, termasuk di Kabupaten Gunungkidul. Lantas berapa jumlah dokter yang dibutuhkan di sana?
Baca SelengkapnyaMenkes menyebut idealnya per 1.000 penduduk di Indonesia ada satu dokter yang menangani
Baca SelengkapnyaPro dan kontra terjadi karena pemerintah ingin mengambil dokter asing untuk mengabdi di Indonesia
Baca SelengkapnyaData itu terungkap setelah Pemprov Jakarta memiliki alat lengkap.
Baca SelengkapnyaDari semua perang yang dihadapi manusia, melawan patogen mencatatkan kematian yang paling banyak.
Baca SelengkapnyaDari data terbarunya, ada 84 petugas pemilu yang meninggal dunia dengan rincian 71 dari unsur KPU dan 13 dari Bawaslu
Baca SelengkapnyaTjandra Yoga Aditama mengatakan, tren peningkatan laju kasus Covid-19 di Indonesia dan sejumlah negara lain masih perlu diwaspadai.
Baca SelengkapnyaKemenkes membuat pelatihan-pelatihan agar semakin banyak puskesmas yang dapat menangani masalah-masalah mental.
Baca Selengkapnya