Sopir Perahu Tenggelam di Kedung Ombo Masih Anak-Anak
Merdeka.com - Kecelakaan perahu wisata yang menewaskan lebih dari 6 orang di waduk Kedung Ombo Boyolali menyisakan cerita miris. Sejumlah fakta terkuak usai kejadian perahu tenggelam, Sabtu (15/siang). Selain over kapasitas ada beberapa fakta lain yang patut dijadikan pelajaran.
Meskipun kita tak bisa menolak takdir, namun upaya antisipasi patut dilakukan agar kejadian serupa tak terulang dimasa mendatang. Berikut fakta-fakta yang ditemukan usai kecelakaan yang merenggut 9 korban (2 belum ditemukan).
Sopir perahu masih di bawah umur
-
Mengapa kecelakaan maut itu terjadi? Insiden ini berawal dari mobil yang digunakan keluarga tersebut melambat karena adanya perbaikan jalan. Sayangnya, truk pasir yang ada di belakangnya tidak dapat mengerem dengan tepat sehingga menyebabkan tabrakan.
-
Kenapa kapal itu tenggelam? Namun saat berada di 52 NM dari Pelabuhan Benteng, Kabupaten Kepulauan Selayar, kapal tersebut dihantam cuaca buruk. 'Kapal yang berpenumpang 37 orang dan bermuatan ikan ini dikabarkan terbalik saat mengalami cuaca buruk di Perairan Selayar,' ujarnya melalui keterangan tertulisnya, Selasa (12/3).
-
Bagaimana kecelakaan beruntun terjadi? Latif menjelaskan bahwa pihaknya telah memeriksa rekaman CCTV di sekitar lokasi kejadian. Menurut Latif, diduga sopir truk pengangkut mebel menjadi penyebab terjadinya kecelakaan beruntun.
-
Siapa korban tenggelamnya kapal di Korsel? Tujuh pekerja migran Indonesia (PMI) menjadi korban atas tenggelamnya kapal di Korea Selatan.
-
Kapan kapal tersebut tenggelam? Lempengan-lempengan yang diukir dari marmer Purbeck ini merupakan muatan kapal karam bersejarah tertua di Inggris yang tenggelam di lepas pantai Dorset pada masa pemerintahan Henry III di abad ke-13, seperti dikutip dari Ancient Origins, Jumat (14/6).
Perahu wisata air di Waduk Kedung Ombo memang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal, sekitar lokasi. Yakni bagi masyarakat Sragen, Boyolali, maupun Kabupaten Grobogan. Salah satunya adalah makan di warung apung yang terdapat diantara karamba para petani ikan.
Untuk mencapai warung tersebut para wisatawan harus menyeberang dengan perahu kecil yang sebenarnya hanya mampu menampung sekitar 14 orang. Faktor keamanan mestinya menjadi prioritas, diantaranya adalah sopir atau pengemudi perahu yang berpengalaman.
Namun kenyataannya sungguh diluar dugaan kita. Sopir perahu masih seorang bocah laki-laki yang berusia 13 tahun. Pagi ini 'Kapten Kapal' tersebut ikut disibukkan untuk memandu pencarian korban yang belum ditemukan. Bocah yang masih ingusan tersebut harus berkoordinasi dengan tim SAR, meski dengan berbagai keterbatasan dalam berkomunikasi dengan orang dewasa.
"Pagi ini kita koordinasi dengan 'kapten kapal' sebelum melakukan pencarian. Infonya usia masih 13 tahun," ujar Kepala Basarnas Semarang Nur Yahya, Minggu (16/5).
Meskipun kita tak bisa menolak takdir, namun upaya antisipasi patut dilakukan agar kejadian serupa tak terulang dimasa mendatang. Berikut fakta-fakta yang ditemukan usai kecelakaan yang merenggut 9 korban (2 belum ditemukan).
Selain kelebihan muatan, salah satu penyebab terbalik dan tenggelamnya perahu di waduk Kedung Ombo Dukuh Bulu Desa Wonorejo Kecamatan Kemusu Kabupaten Boyolali salah satunya diduga karena para penumpang yang didominasi perempuan, karena swafoto.
Usai perahu hendak merapat di warung apung, para penumpang bergerombol di ujung perahu untuk berswafoto alias selfie. Kondisi itulah yang menyebabkan beban penumpang tidak imbang, hingga perahu terbalik dan tenggelam.
Koordinator Basarnas posko SAR Surakarta, Arif Sugiarto pun membenarkan jika saat itu perahu terbalik karena kelebihan muatan. Selain itu, adanya penumpang yang nekat ramai-ramai ingin melakukan selfie pada bagian depan perahu, membuat perahu hilang keseimbangan dan terguling.
"Kami sudah melakukan penyelidikan bersama kepolisian. Ada dua faktor penyebab kapal wisata terguling," katanya.
Kedua faktor tersebut adalah kondisi kapal yang over kapasitas, dari seharusnya memuat maksimal 14 orang. Namun, yang naik kapal justru 20 orang termasuk pengemudi kapalnya.
"Dengan kondisi kapal seperti itu harusnya batas maksimal kapasitas penumpang kapal dipatuhi," katanya.
Penyebab lainnya, kata dia, adanya penumpang yang nekat ramai-ramai melakukan selfie pada bagian ujung kapal. Alhasil, kapal oleng dan terbalik.
"Penumpang kurang memperhatikan aturan saat berada di tengah air. Seharusnya tidak melakukan selfie karena membuat kapal tidak imbang dan terguling," katanya lagi.
Perahu kelebihan muatan
Seperti disebutkan sebelumnya, kondisi perahu yang over kapasitas menjadi salah satu penyebab kecelakaan maut tersebut. Perahu yang hanya berukuran kecil dan seharusnya memuat maksimal 14 orang, namun justru 20 orang termasuk pengemudi yang ada diatas perahu.
Selain over kapasitas, ternyata perahu tersebut juga tidak dilengkapi dengan alat keselamatan. Seperti pelampung ataupun ban dalam sebagai pertolongan darurat. Hal tersebut tentu sangat disayangkan dan patut menjadi pertimbangan stakeholder dan pelaku wisata untuk lebih baik dalam mengelola destinasi wisata.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Korban bersama dua rekannya, AN (14) dan RF (12), terjatuh ke sungai akibat perahu terbalik.
Baca SelengkapnyaDaya tampung ojek perahu yang tenggelam idealnya ditumpangi 14-15 orang. Tetapi pada saat kejadian peristiwa diisi 40 lebih orang penumpang.
Baca SelengkapnyaSigit mengatakan saat ini proses identifikasi terhadap para jenazah masih dilakukan oleh pihak rumah sakit.
Baca SelengkapnyaSeorang kru yang selamat mengaku sempat melihat temannya meninggal dunia di tengah lautan
Baca SelengkapnyaUsia kejadian tersebut juga kepolisian telah melakukan olah TKP awal untuk mengetahui penyebab sementara insiden tersebut.
Baca SelengkapnyaJasad korban ditemukan 14 Km jauhnya dari pertama kali hanyut
Baca SelengkapnyaAdanya arus balik bisa membahayakan wisatawan yang bermain di pinggir pantai.
Baca SelengkapnyaLima siswa sekolah dasar (SD) terseret ombak saat bermain bola di Pantai Bosowa Metro Tanjung Bunga Makassar pada libur Hari Kemerdekaan , Kamis (17/8) sore.
Baca SelengkapnyaMenurut Djoko, pengawasan terhadap bus pariwisata masih perlu diperketat dan harus ada sanksi bagi perusahaan bus yang lalai terhadap tertib administrasi.
Baca SelengkapnyaListyo menekankan paling utama saat ini adalah mencegah agar ini tidak terulang lagi.
Baca SelengkapnyaKecelakaan terjadi di Banyumas pada Mingau (21/1) lalu. Kecelakaan ini menewaskan 3 orang.
Baca SelengkapnyaSejumlah anak masih nekat berenang di area tanggul raksasa di kawasan Muara Baru, Penjaringan, Jakarta.
Baca Selengkapnya