Sosialisasi Pilkada lesu, partisipasi masyarakat diprediksi rendah
Merdeka.com - Sebulan kurang Pilkada serentak untuk pertama kalinya di Indonesia digelar atau 9 Desember 2015 mendatang. Tetapi sosialisasi yang dilakukan KPU sebagai penyelenggara dinilai tidak maksimal. Hal ini dikhawatirkan partisipasi masyarakat saat menentukan pilihan calon kepala daerahnya rendah.
Menurut Peneliti Pusat Studi Politik dan Keamanan (PSPK) Universitas Padjadjaran, Muradi mengatakan masyarakat tidak merasa memiliki pesta demokrasi ini. Beda halnya ketika sosialisasi dilakukan langsung oleh paslon dan parpol, maka masyarakat terlibat lebih jauh dan lebih mengenal calon pemimpin daerahnya.
"Ini resiko dari sosialisasi oleh KPU. Tidak ada rasa kepemilikan," katanya dalam penyampaian survei kinerja pemerintahan di daerah Provinsi Jawa Barat, di Hotel Amarosa, Kota Bandung, Senin (16/11).
-
Apa arti Pilkada? Pilkada adalah singkatan dari Pemilihan Kepala Daerah.
-
Apa itu Pilkada Serentak? Pilkada Serentak merujuk pada pemilihan kepala daerah yang dilaksanakan secara bersamaan di seluruh wilayah Indonesia, termasuk pemilihan gubernur, bupati, dan wali kota.
-
Apa itu pantarlih pilkada? Salah satunya adalah Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (Pantarlih).
-
Apa itu Pilkada? Pilkada atau Pemilihan Kepala Daerah adalah proses demokratisasi di Indonesia yang memungkinkan rakyat untuk memilih kepala daerah mereka secara langsung.
-
Kenapa pemilu disebut 'pesta demokrasi rakyat'? Momen pemilu sering disebut sebagai pesta demokrasi rakyat. Hal ini karena melalui pemilu, rakyat diberikan hak penuh untuk memilih calon pemimpin, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Jika melihat daerah yang akan melangsungkan Pilkada serentak 2015 ini, imbuh dia, tidak ada kemeriahan bahwa satu bulan lagi akan ada pesta demokrasi akbar. Sebut saja Indramayu, Cianjur, Kabupaten Bandung, Pangandaran.
"Coba lihat, tidak ada keramaian, keriuhan, padahal esensi pesta demokrasi politik ya ada keramaian, lebih baik melibatkan publik karena ini momentum publik. Saya melihat di semua daerah, Indramayu, Pangandaran, Cianjur, tidak ada rame-rame, hanya di pusat-pusat kota saja," ungkapnya.
Sehingga dia memprediksi orang tidak akan banyak tahu bahwa 9 Desember nanti akan ada pencoblosan. Kalau pun tahu tidak sedikit orang apatis lantaran sosialisasi tidak dilakukan secara masif.
Lanjut dia, berdasarkan hasil survey sejumlah lembaga, petahana masih kuat di Pilkada serentak Jabar. Sebab dalam waktu yang singkat cukup sulit bagi calon di luar petahana untuk mensosialisasikan diri kepada masyarakat.
"Kabupaten Bandung juga petahana, Indramayu, apalagi Karawang. Berat, kecuali kalau pilkadanya masih beberapa bulan lagi ke depan mungkin masih ada kemungkinan. Kabupaten Bandung kalau misalnya enam bulan lagi misalnya, calon yang lain bisa menang. Indramayu juga, dua bulan lagi saja diundur, petahana bisa kalah karena survey sekarang juga hasilnya beda tipis. Kalau Karawang susah karena putra daerah kuat di Karawang," tuturnya.
"Pada akhirnya petahana diuntungkan, karena publik enggak lihat calon yang lain, butuh kerja ekstra bagi calon lain untuk memikat, menyampaikan visi misi. Yang paling mudah seperti di Kabupaten Bandung ya keliling, door to door, ada ajakan langsung. Sampai hari ini tidak semua bisa melakukan itu. Karena luasan kabupaten kan luas, beda dengan Kota," terangnya menambahkan. (mdk/cob)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dengan adanya penurunan partisipasi masyarakat pada Pilkada tersebut. Maka, perlu dilakukannya refleksi hingga evaluasi.
Baca SelengkapnyaLembaga survei Charta Politika mencatat penurunan partisipasi pemilih di Pilkada DKI Jakarta 2024 menjadi hanya 58 persen.
Baca SelengkapnyaKPU RI membeberkan partisipasi masyarakat pada Pilkada 2024 hanya 68 persen.
Baca SelengkapnyaDPR tengah mencermati implikasi penyelenggaraan Pilkada serentak 2024 dengan rendahnya tingkat partisipasi politik warga dalam menggunakan hak suaranya.
Baca SelengkapnyaKepuasan masyarakat itu turun apabila dibandingkan saat exit poll dilakukan LSI pada 14 Februari 2024 dengan 5 sampai 10 hari setelah Pemilu.
Baca SelengkapnyaAngka partisipasi pemilih hanya tercapai 71,92 persen dari target 75 persen.
Baca SelengkapnyaHasil monitoring KPUD DKI Jakarta menunjukkan warga yang memilih calon gubernur dan calon wakil gubernur hanya 50 persen.
Baca SelengkapnyaBawaslu menyebut, menurunnya partisipasi pemilih di Pilkada Jakarta harus menjadi refleksi bersama.
Baca SelengkapnyaHal ini berdasarkan fakta kurangnya partisipasi pemilih di Pilkada Jakarta 2024.
Baca SelengkapnyaMenurut Saidiman Ahmad, hal ini sejalan dengan penolakan publik untuk mengubah pemilihan presiden yang dipilih oleh MPR.
Baca SelengkapnyaMenurut Saidiman Ahmad, hal ini sejalan dengan penolakan publik untuk mengubah pemilihan presiden yang dipilih oleh MPR.
Baca SelengkapnyaSalah satu penyebab rendahnya partisipasi karena kejenuhan masyarakat akibat jadwal pemilu yang terlalu berdekatan.
Baca Selengkapnya