Spesies Baru Katak Ditemukan di Mimika
Merdeka.com - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan South Australian Museum yang didukung PT Freeport Indonesia (PTFI) menemukan spesies baru katak di Kabupaten Mimika, Papua.
VP Corcom PT Freeport Indonesia Riza Pratama dalam keterangan diterima Antara, Sabtu (12/6), menyebutkan, spesies yang ditemukan adalah Litoria lubisi, sejenis katak pohon hijau besar yang merupakan anggota keluarga Litoria infratrenata.
Dia mengatakan, penemuan spesies baru ini telah dipublikasikan secara resmi di jurnal internasional Zootaxa 4903 (1): 117 – 126.
-
Di mana spesies katak baru ini ditemukan? Daerah ini berada di Provinsi Guizhou dan sekitar 900 mil barat daya Shanghai.
-
Apa yang ditemukan di Papua? Viral Penemuan Tank Terkubur di Dalam Tanah di Papua, Diduga Peninggalan Perang Dunia II
-
Siapa yang menemukan spesies katak ini? “Sebagian besar hewan yang hidup di tempat-tempat seperti Sulawesi cukup unik, dan perusakan habitat merupakan masalah konservasi yang terus menghantui untuk melestarikan keanekaragaman spesies yang kita temukan di sana,“ ungkap Frederick salah satu peneliti.
-
Ikan purba baru apa yang ditemukan di Australia? Sebuah spesies baru dari kelompok tetrapodomorf ditemukan hidup sekitar 380 juta tahun yang lalu, dengan panjang mencapai 45-50 cm.
-
Di mana katak ini ditemukan? Penemuan spesies katak bertaring terkecil di Pulau Sulawesi, Indonesia, menciptakan sensasi biologi.
-
Dimana katak ditemukan? Saat mengamati fauna di sekitar kolam kecil di kaki Pegunungan Kudremukh, India, peneliti naturalis Chinmay Maliye dan spesialis lahan basah Lohit YT menemukan seekor katak dengan jamur yang tumbuh di sisi tubuhnya.
Diakui Riza, nama "lubisi" diambil dari Dr Rusdian Lubis yang waktu itu menjabat sebagai Senior VP untuk bidang lingkungan dan keselamatan kerja.
Penemuan spesies ini, menurut Riza, telah menambah daftar panjang penemuan spesies baru di area kerja PTFI sejak penelitian keanekaragaman hayati dilakukan pada 1997.
Litoria lubisi memiliki fisik yang cukup unik karena ukurannya yang cenderung besar, dengan panjang dapat mencapai 70 mm. Selain itu, katak ini juga terlihat kuat, serta memiliki warna yang lebih mencolok dibandingkan dengan katak hijau lainnya.
Katak yang hidup di dataran rendah ini juga memiliki mulut yang lebar dengan masing-masing kerangka gigi terdiri dari 10 gigi kecil dengan garis rahang yang tidak begitu tegas pada permukaan kulitnya.
Katak ini memiliki tiga selaput memanjang di antara keempat jarinya, dengan bentuk kaki memanjang yang memperkokoh genggaman dan cengkeramannya.
Bagian tubuh hewan ini meliputi beberapa warna, terdiri dari warna kuning di bagian bawah badan dan ujung jari kaki, warna biru pucat di sepanjang lipatan kulit, serta warna cokelat kemerahan pada beberapa garis di bagian perut dan selaput kaki.
Katak ini hanya ditemukan di hutan sagu yang ada di Mimika, Papua.
Pada publikasi media update PT Freeport Indonesia disebutkan, penelitian terhadap Litoria lubisi ini sudah dilakukan sejak 2006 oleh dua penulis dan peneliti, yakni Stephen Richards dari South Australian Museum dan seorang peneliti independen Burhan Tjaturadi yang telah bekerja di Papua sejak 1999 saat bergabung dengan WWF dan Conservation International.
Keduanya melakukan penelitian keanekaragaman hayati di hutan rawa sagu di selatan Timika, Papua. Mereka berhasil mengumpulkan satu spesimen dari spesies tambahan yang menunjukkan atribut morfologi dari grup Litoria infratrenata.
Penelitian ini kemudian dilanjutkan tim peneliti LIPI, yaitu Mumpuni, Hellen Kurniati, dan Evy Arida. Setelah melalui penelitian selama 15 tahun, akhirnya tim peneliti dapat mengonfirmasi bahwa spesies yang diteliti merupakan spesies baru yang belum pernah dicatat dalam silsilah taksonomi.
"Salah satu tantangan utama kami dalam melakukan penelitian ini adalah medan yang cukup sulit. Kami berterima kasih kepada PT Freeport Indonesia yang telah membantu kami menyelesaikan penelitian ini dengan memberi dukungan fasilitas selama penelitian dilaksanakan. Ke depannya, kami berharap dapat melanjutkan kerja sama dengan PTFI untuk terus menyibak kekayaan alam yang ada di Papua dan memajukan ilmu pengetahuan di Indonesia," ujar Burhan Tjaturadi, peneliti independen yang terlibat dalam penelitian ini.
Environmental Senior Manager PTFI Gesang Setyadi menyatakan, penemuan spesies baru ini sekali lagi menunjukkan keanekaragaman hayati di area kerja PTFI.
"Area kerja PTFI masih menyimpan potensi kekayaan flora dan fauna yang belum dapat dipelajari secara menyeluruh. Untuk itu, PTFI selalu menjalankan kebijakan lingkungan yang salah satunya adalah berkontribusi dalam konservasi keanekaragaman hayati," kata Gesang seperti dilansir Antara.
Selain bermitra dengan LIPI, PTFI juga secara rutin berkolaborasi dengan Natural History Museum of United Kingdom (NHMUK), South Australian Masters Athletics (SAMA) of Adelaide, dan University of Papua New Guinea (UPNG). Hal ini dilakukan untuk memperkaya khazanah keanekaragaman hayati di tanah Papua.
(mdk/yan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Spesies kodok baru ini hidup di kanopi pohon yang sangat tinggi dan hanya ditemukan di Papua Barat.
Baca SelengkapnyaPenemuan spesies katak bertaring terkecil di Pulau Sulawesi, Indonesia, menciptakan sensasi biologi.
Baca SelengkapnyaMerdeka.com memberikan informasi tentang ciri-ciri hewan Australis dan beberapa contoh hewan yang termasuk dalam kategori tersebut.
Baca SelengkapnyaIlmuwan mengungkap hal ini melalui kumpulan fosil yang ditemukan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaIkan ini sulit dikenali dan diteliti karena hidup di kedalaman 2.600 meter.
Baca SelengkapnyaSpesies baru ini ditemukan di Sungai Finke (Larapinta), Australia.
Baca SelengkapnyaBKSDA Jawa Tengah melepasliarkan 25 ekor burung langka ke Papua dan Maluku. Satwa endemik itu umumnya diserahkan warga yang memeliharanya secara ilegal.
Baca SelengkapnyaDua spesies baru dideskripsikan, meningkatkan status tiga subspesies menjadi spesies penuh.
Baca SelengkapnyaAda banyak hewan purba yang konon masih hidup di zaman prasejarah, dan beberapa di antaranya bahkan tinggal di wilayah Indonesia.
Baca SelengkapnyaFosil ini terawetkan dengan baik karena terkubur di dalam sedimen.
Baca SelengkapnyaKepiting raksasa berusia 8,8 juta tahun ditemukan menjadi fosil di dalam batu.
Baca SelengkapnyaIni merupakan kelahiran bayi badak sumatera keempat di Suaka Rhino Sumatera Taman Nasional Way Kambas (SRS TNWK).
Baca Selengkapnya