Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

STPDN kini, setelah populer karena perpeloncoan kejam

STPDN kini, setelah populer karena perpeloncoan kejam IPDN. ©blogspot.com

Merdeka.com - Masih ingat dengan rentetan korban kekerasan di kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Jatinangor Sumedang Jawa Barat? Cliff Muntu mungkin salah satunya yang cukup menyedot perhatian publik.

Praja Madya mahasiswa tingkat II di IPDN tersebut tewas karena menjadi korban kekerasan seniornya. Alih-alih sebagai pembentukan disiplin, malah menjadi boomerang. Kampus yang dulunya STPDN ini pun dikecam banyak pihak.

3 April 2007, Cliff menghembuskan napas terakhir. Hasil otopsi Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Cliff tewas karena ditemukan bahwa jantung, paru-paru, limpa, hati, ginjal, otak, buah pelir dan dada praja itu mengalami pendarahan karena benturan benda tumpul pada tubuhnya.

Ia juga mengalami bendungan pembuluh darah dan pendarahan luas di sejumlah organ tubuhnya seperti otak, buah pelir dan kulit dadanya. Laporan yang sama menyebutkan bahwa pada tubuhnya tidak ditemukan tanda-tanda infeksi virus dan sisa-sisa narkoba.

Sehari kemudian terungkap, seniornya telah melakukan kekerasan terhadap Cliff. Mereka dipecat dalam sebuah apel luar biasa di Lapangan Upacara Kesatriaan IPDN. Memang peristiwa kematian Cliff merupakan puncak dari ketidakpercayaan masyarakat terhadap sekolah praja ini.

Bagaimana tidak, terungkapnya kematian Cliff, ternyata menyimpan catatan kelam bahwa dalam kurun waktu dua dekade sejak 1990-an hingga pertengahan tahun 2000 tercatat 35 praja tewas. Hanya 10 di antaranya tercium media massa.

Hal ini tentu menjadi titik berangkat banyak pihak untuk meninjau kembali sistem perpeloncoan yang dilakukan di kampus tersebut. Banyak orangtua enggan memasukkan anaknya ke IPDN karena khawatir kekerasan terulang. Kepercayaan itu pudar. Bahkan santer agar IPDN ditutup.

Setelah catatan hitam itu sudah diketahui banyak masyarakat, IPDN coba berbenah. Gaung kekerasan itu tak kembali terdengar. Bahkan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi mengklaim kasus kekerasan praja IPDN semakin menurun. Periode 2009-2013 IPDN memecat 45 praja pelaku kekerasan.

Kasubag Humas IPDN, Priyo mengakui sejak santer IPDN dikenal dengan sekolah perpeloncoan upaya pembenahan terus dilakukan. Dia menegaskan pihak-pihak civitas akademika dan seluruh praja di IPDN sudah menghentikan tindak kekerasan dalam kegiatan orientasi praja baru.

"Bersentuhan dengan badan saja sekarang sudah tidak boleh, dalam orientasi," kata Priyo kepada merdeka.com.

Menurut dia, langkah itu sudah sesuai instruksi pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri. Bahwa, pembentukan disiplin bukanlah dengan cara kekerasan. "Semua kan yang masuk IPDN adalah calon aparat dan PNS, jadi tidak boleh lagi ada kekerasan tapi harus prestasi yang ditunjukan," terangnya.

Dia menyebut, kekerasan yang terjadi di IPDN terus berkurang. Kalau pun ada sanksi menantinya. "Sanksinya tidak ada kata lain. Pecat langsung, tidak ada toleransi."

(mdk/did)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP