Suami istri di Muara Enim tewas tertimbun batu bara di tambang rakyat
Merdeka.com - Pasangan suami istri, Hermi dan Rahmi tewas setelah tertimbun batu bara di penambangan rakyat di Desa Paduraksa, Kecamatan Tanjung Agung, Muara Enim, Sumsel. Meski tak dilaporkan secara resmi, kasus ini masih dalam penyelidikan polisi.
Peristiwa itu terjadi saat keduanya sedang mengisi batu bara ke dalam karung usai ditambang, Rabu (11/7) sore. Tumpukan batu bara tersebut setinggi sepuluh meter.
Namun, batu bara yang menjadi pijakan longsor. Alhasil, keduanya terjatuh dan tertimbun karung-karung yang sudah berisi batu bara. Korban Hermi ditemukan tewas di tempat, sedangkan istrinya meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit. Mereka meninggalkan enam orang anak.
-
Bagaimana pasangan ini meninggal? Beberapa laporan media mengklaim pasangan tersebut mati karena dirajam. Namun Papathanasiou mengatakan tidak ada bukti terkait klaim tersebut. Penyebab kematian pasangan ini masih misterius.
-
Dimana kerangka sepasang kekasih ditemukan? Kerangka sepasang kekasih ditemukan pada 2015 lalu di Gua Alepotrypa, Peloponnese, Yunani.
-
Kenapa sepasang kekasih itu dikubur bersama? Menurut para peneliti, penemuan makam semacam ini membantu menjelaskan konsepsi kehidupan sosial manusia dan kematian dengan lebih baik, juga sikap manusia pada zaman itu terhadap persoalan cinta, ketika samen leven (kohabitasi, hidup bersama tanpa ikatan pernikahan) antara kelompok etnis yang berbeda mendorong munculnya dan penyebaran etos pluralistik.
-
Siapa yang ditemukan meninggal? Saat itu, ditemukan seorang pria atas nama W (55) dalam keadaan tak bernyawa.
-
Kapan pasangan ini meninggal? Kerangka ini berasal dari tahun 3.800 SM dan berusia 5.800 tahun.
-
Dimana jasad korban ditemukan? Jasad RN ditemukan di dalam ruko Jalan Boulevard, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Kapolsek Tanjung Agung, AKP Tamimi membenarkan adanya peristiwa tersebut. Pihaknya sudah mendatangi TKP dan meminta keterangan para saksi.
"Benar, kejadiannya kemarin sore. Korban adalah pasangan suami istri," ungkap Tamimi saat dihubungi merdeka.com, Kamis (12/7) malam.
Hanya saja, kata dia, kasus ini tidak dilaporkan secara resmi oleh keluarga korban. Pasalnya, antara pemilik lahan dan kedua korban masih memiliki hubungan kekeluargaan dan bertanggung jawab untuk menanggung biaya pemakaman.
"Anak korban tandatangani surat tidak dilakukan autopsi dan tidak menempuh jalur hukum. Korban itu menggarap tambang milik keluarganya, mereka bagi hasil," ujarnya.
Meski demikian, kasus ini tetap dilakukan penyelidikan oleh Unit Pidana Khusus Satreskrim Polres Muara Enim. Hal ini bertujuan untuk mengetahui penyebab pasti terjadinya peristiwa itu.
"Yang pasti masih lidik, penyidik dari Pidsus sudah datang ke TKP," kata dia.
Tamimi menambahkan, tambang batu bara yang dikelola kedua korban bersifat tambang rakyat yang digarap secara tradisional dengan luas sekitar seperempat hektare. Daerah itu terdapat banyak tambang serupa yang digarap oleh perorangan tanpa bekerja sama dengan pihak korporasi.
"Kami tidak bisa sebutkan apakah ilegal atau tidak, tapi selama ini masyarakat yang mengelolanya secara pribadi. Penambangan dilakukan di lahan mereka," pungkasnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kedua pelaku menyerahkan diri setelah dilakukan pendekatan dengan keluarga.
Baca SelengkapnyaKedua korban ditemukan tertimpa material lumpur di aliran sungai Kalimujur Desa Kloposawit.
Baca SelengkapnyaDitemukan barang bukti hasil perampokan berupa uang tunai dan emas
Baca SelengkapnyaKepolisian bersama Tim Forensik Rumah Sakit Sartika Asih Bandung telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) untuk proses penyelidikan lebih lanjut.
Baca SelengkapnyaPeristiwa itu bermula saat kedua korban, JM (73) dan ST (60), membersihkan sumur milik tetangganya pada Senin kemarin.
Baca SelengkapnyaPenyidik mengungkap sumur minyak ilegal itu dimiliki dua orang, yakni TM dan AN.
Baca SelengkapnyaSumur minyak itu sebelumnya ditutup karena terjadi ledakan yang menyebabkan empat orang tewas dan empat lainnya mengalami luka bakar pada 21 Juni 2024.
Baca SelengkapnyaTIm Damkar membutuhkan waktu 30 menit untuk mengevakuasi korban.
Baca SelengkapnyaKetiganya meninggal pada 31 Maret 2024 lalu usai diterjang luapan sungai saat mencari ikan
Baca SelengkapnyaKekeringan air bersih akibat kemarau di Sumatera Selatan, memakan korban jiwa. Dua orang kakak beradik, tewas saat membersihkan sumur.
Baca SelengkapnyaKorban telah dievakuasi dari Puskesmas Jangga Baru ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Hamba Muara Bulian.
Baca SelengkapnyaSeorang ibu dan anak di Kota Palembang meninggal secara mengenaskan.
Baca Selengkapnya