Suasana Tegang dan Cemas Saat Divaksin Bisa Timbulkan Kejadian Pasca Imunisasi
Merdeka.com - Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Prof Hindra Irawan Satari mengungkapkan, suasana tegang saat hendak divaksinasi Covid-19 bisa berdampak setelah divaksin. Misalnya, dampak umum pasca vaksinasi ialah demam, pusing, sakit kepala, bengkak, kemerahan, mual dan nyeri otot.
Menurutnya, gejala-gejala tersebut bisa timbul bukan hanya dari kandungan imunisasi vaksin. Tapi, bisa juga karena pikiran yang tidak baik.
"Bisa juga karena suasana vaksin, tegang, cemas, khawatir itu bisa juga menimbulkan kejadian pasca imunisasi yang memang tidak terkait dengan kandungan imunisasinya, tidak terkait dengan antigennya, namun karena situasi," katanya dalam diskusi virtual Kemenkes, Minggu (4/4).
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
-
Bagaimana vaksin melindungi anak? Pemberian vaksinasi ini merupakan langkah penting untuk mencegah munculnya sejumlah masalah kesehatan.
-
Siapa yang direkomendasikan untuk melakukan imunisasi? Selain itu, ibu hamil juga diingatkan untuk menjauh dari pasien cacar, karena infeksi ini dapat membahayakan janin yang ada dalam kandungan jika mereka terjangkit.
-
Mengapa vaksin kanker penting bagi masyarakat? Putin menggambarkan pencapaian ini sebagai langkah penting menuju terobosan medis yang bisa membawa manfaat besar bagi masyarakat.
-
Kenapa anak harus divaksinasi? Vaksinasi atau imunisasi adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan anak-anak kita.
-
Bagaimana cara agar terhindar dari Covid-19? 'Pemerintah mengimbau lebih rajin bermasker terutama jika sakit dan di keramaian, lebih rajin cuci tangan, lengkapi vaksinasi segera sebanyak 4x GRATIS, jaga ventilasi udara indoor, hindari asap rokok,' ujar Ngabila.
Menurutnya, suasana pikiran yang tidak baik bisa berpengaruh setelah divaksin. Contohnya, masyarakat membaca efek yang seram saat hendak di vaksin. Kemudian, suasana mengantre yang lama hingga pikirannya menjadi tidak segar.
"Sebelum berangkat sudah baca WhatsApp grup, sebelum bobo udah baca berita yang menggemparkan, dateng, ngantre, nunggu, lama terus di depan ada yang teriak teriak misalnya, itu juga menimbulkan suasana yang cukup menegangkan dan itu mempengaruhi juga," terangnya.
Hindra mengimbau masyarakat tetap tenang saat hendak divaksin. Sehingga, sistem ketahanan tubuh atau imun dalam tubuh bisa optimal.
"Karena sebetulnya vaksinasi itu dalam keadaan tenang, khidmat, sehingga kita bisa imun sistem pun harus dalam keadaan optimum untuk memberikan respons," imbuhnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan mengapa vaksinasi dilakukan dua kali. Dia bilang, di vaksin pertama tubuh kita sedang berkenalan dengan sesuatu yang masuk dari luar. Sehingga, saat kedua kali disuntik vaksin tubuh sudah mempelajari.
"Karena sebetulnya kita kan memperkenalkan, jadi sebetulnya imunisasi itu kenapa dilakukan dua kali karena prosesnya pertama adalah pengenalan, kita kenal, kita ingat, Kalau ketemu lagi lebih ingat lagi," tandasnya.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca
Baca SelengkapnyaKomnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaImbauan ini mengingat penularan Covid-19 dilaporkan kembali meningkat dalam beberapa waktu terakhir.
Baca SelengkapnyaPenjelasan mengenai manfaat dan efek samping dan efek samping vaksin HPV.
Baca SelengkapnyaHebohnya kasus TTS berawal dari gugatan yang dilayangkan Jamie Scott ke Pengadilan Tinggi Inggris.
Baca SelengkapnyaBelakangan, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Baca Selengkapnya