Sudah bayar Rp 1,8 juta, siswa SMPN 15 Pekanbaru belum dapat seragam
Merdeka.com - Sekolah Menengah Pertama Negeri 15 Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru Riau, memungut uang untuk biaya baju seragam Sabtu (22/7). Para siswa mengalami ini sejak kelas 1 hingga 2 SMP.
Setelah setahun biaya itu dilunasi ratusan orang tua siswa, baju tak kunjung selesai. Bahkan, masih ada siswa yang menggunakan baju sekolah dasar dan baju seragam biru putih meminjam punya orang lain.
Mereka mendatangi sekolah untuk menanyakan kejelasan seragam tersebut. Para siswa masing-masing dibebankan membayar Rp 1,8 juta namun seragam belum diberikan. Ini dijanjikan 3 bulan setelah lunas, namun setahun lamanya sejak Juli 2016 hingga saat ini, baju tidak kunjung diberikan.
-
Gimana cara siswa bayar seragam di SMA Negeri 4? “Karena bukan sekolah favorit, kami sangat butuh siswa. Jangankan buat aturan yang memberatkan, mereka mau sekolah di sini saja kami sudah senang,“ ujar Hendrik dikutip dari Liputan6.com.
-
Apa modus ratusan pelajar tersebut? Ratusan pelajar itu diamankan di empat lokasi di Jakarta Pusat pada Selasa (2/4) sore. 'Hari ini kita mengamankan remaja yang konvoi berdalih berbagi takjil yang selalu membuat kerusuhan dan keonaran di jalan raya, sehingga membahayakan pengguna jalan maupun warga sekitar karena sering menutup jalan sambil teriak-teriak menyalakan petasan,' kata Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Pol Susatyo Purnomo Condro dalam keterangan tertulis.
-
Siapa yang lulus dari sekolah? Gala dinner bersama lulusan tahun 2024 ini terlihat sangat berkelas.
-
Siapa yang memakai atasan dan bawahan seragam? Demikian juga dengan Raffi, yang tampil sederhana dengan setelan atasan dan bawahan yang seragam.
-
Siapa yang pakai kerudung SMP? “Belum beli. Jadi pakai kerudung SMP dulu dan sekolah membolehkan,“ kata Echa Putra Azzahra, salah seorang siswi yang memakai kerudung SMP.
-
Siapa yang bisa bantu anak sekolah? 'Jika anak sering mengeluhkan sekolah, keluhan mereka harus dianggap serius,' kata Dr. Jenn Mann. Orangtua harus mendengarkan dan memahami apa yang dirasakan anak mereka.
Kepala SMPN 15 Rumbai Inong Roni membenarkan biaya seragam yang dibebankan kepada para wali murid itu. Menurutnya, keterlambatan tersebut karena kelalaian dirinya dalam mengontrol pengelolaan penjahitan baju seragam tersebut.
"Sudah kita bicarakan tadi dalam pertemuan dengan wali murid. Kita akan percepat, pertengahan Agustus diselesaikan. Tetapi wali murid karena emosi atau apa tadi ya, ada yang minta waktu satu minggu agar selesai," kata Inong kepada merdeka.com, Sabtu (22/7).
Para wali murid juga curiga soal proses pembayaran yang tidak dilengkapi kuitansi. Padahal, dari awal mereka meminta kuitansi namun tidak diberikan dengan berbagai alasan.
"Tidak ada alasan apa-apa, mungkin keteledoran kita tak pakai kuitansi kepada mereka. Tapi ada catatan saja siapa yang bayar dan belum. Itu ada sama dua bendahara sekolah. Boleh dilihat," jelas Inong.
Inong menyebutkan, tidak semua wali murid yang sudah membayar lunas belum mendapatkan seragam tersebut. Namun, adapula sebagian yang belum lunas justru lebih dulu diberikan seragam karena selesainya (dijahit) mendahului yang lain.
"Wali murid yang hadir tadi bukan berarti belum dapat baju, tapi semua wali murid kelas delapan wajib hadir dalam pertemuan. Saya yang mengajak, agar mendengar semuanya. Bagi yang belum lunas tolong dilunasi karena menyangkut ke hak orang banyak," ujar Inong.
Dahlia, salah seorang wali murid menyebutkan, mereka menggelar pertemuan dengan pihak sekolah dan komite pagi hingga siang tadi untuk mempertanyakan hal tersebut.
"Sebagian orang tua kelas delapan (Kelas 2 SMP) sudah melunasi biaya Rp1,8 juta, dengan rincian Rp1,750 ribu untuk lima pasang seragam serta Rp 50 ribu untuk kartu pustaka online, tapi satupun tidak ada yang saya terima," kata Dahlia.
Dahlia enggan menduga-duga apa alasan sehingga pembayaran itu tanpa dilengkapi kuitansi, yang jelas dirinya ingin agar seragam anaknya segera diberikan, paling lambat seminggu ini. Dahlia tidak mau menunggu sampai akhir Agustus, seperti solusi yang ditawarkan pihak sekolah.
"Saya tidak mau mempersulit sekolah, kalau bisa memenuhi permintaan saya, tolong satu minggu ini kasih baju kekurangan anak saya. Saya mau seminggu, bukan sampai Agustus. Kalau tidak saya minta uang dikembalikan," katanya.
Antara wali murid dengan komite juga tidak intens dalam koordinasi persoalan baju ini. Orang tua juga sampai meminjam baju ke ke tetangga yang sudah lulus. Baju sudah lusuh.
"Pernah kami tanyakan bagaimana soal baju kami, tapi malah dilempar ke sana kemari. Dari buk Ruki, dilempar ke buk Sri, begitu terus kami diarahkan. Bayar baju tidak ada kwitansi. Di negara ini, seribu pun harus pakai kwitansi, tapi ini malah tidak ada," kata Dahlia.
Saat ini, pihak sekolah meminta agar para wali murid bersabar dan meminta waktu untuk menyelesaikan seragam sekolah itu hingga Agustus 2017. Tapi pihak Sekolah meminta kembali kepada siswa untuk mengukur badan siswa lainnya.
Diketahui, jumlah siswa di SMP 15 Rumbai Pekanbaru sekitar 200 orang lebih. Itu terbagi dalam jumlah kelas ada 7 lokal dengan masing-masing berisi sekitar 30 an siswa. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Banyak dari siswa baru yang berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah yang tidak mampu membeli seragam baru.
Baca Selengkapnyaselain D, ada juga puluhan siswa di SMA Negeri 2 Maumere dipulangkan pihak sekolah lantaran menunggak uang SPP.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data yang dihimpun oleh orang tua siswa alumni, dari tujuh yang terdata, ada lulusan 2019 yang belum mendapatkan ijazah.
Baca SelengkapnyaIronisnya ratusan anak di ibu kota Provinsi Banten itu alami putus sekolah.
Baca SelengkapnyaPuluhan orang tua dan siswa baru SMKN 1 Tambun Utara, Kabupaten Bekasi menggelar aksi dengan cara mengunci pintu gerbang sekolah, Senin (22/7).
Baca SelengkapnyaPenjualan seragam dan peralatan sekolah pun mengalami peningkatan hingga 30 persen.
Baca SelengkapnyaSebanyak 18 siswa kelas 1 di SDN 02 Desa Tanjung, Kecamatan Koto Kampar Hulu, Kabupaten Kampar, Riau belajar di ruangan bekas water closet (WC).
Baca SelengkapnyaKeluhan tersebut ramai dikomentari dan menjadi pembahasan.
Baca SelengkapnyaDisdik DKI Jakarta mengakui banyaknya ijazah peserta didik yang tertahan di sekolah.
Baca SelengkapnyaSekretaris Disdikbud Kendal Sulardi mengakui ada aduan seragam sekolah yang masuk ke Ombudsman perwakilan Jateng.
Baca SelengkapnyaAbdul Mu'ti berharap kasus yang dialami tiga siswa SDIT ICMA tersebut dapat menemui jalan keluar secepatnya.
Baca SelengkapnyaDi Pasar Jatinegara, para pengunjung tampak meramaikan toko-toko yang menjual seragam sekolah. Berikut potretnya:
Baca Selengkapnya