Sudah setorkan Rp 5 juta, ibu ini tak lihat nama anak di pengumuman PPDB online
Merdeka.com - Sejumlah masalah ditemukan orangtua yang ingin mendaftarkan putra-putri mereka lewat sistem penerimaan peserta didik baru (PPDB) online kota Tangerang Selatan. Bahkan, seorang ibu nekat mengeluarkan Rp 5 juta agar nama anaknya muncul di pengumuman PPDB SMP Negeri di Tangsel.
Mimi warga Serpong, Tangerang Selatan, mengaku menyetorkan uang itu pada seseorang setelah dikenalkan seorang teman.
"Saya percaya, karena dikenali lewat teman. Dia meyakini bisa membawa anak saya bersekolah di SMP Negeri," kata Mimi saat ditemui di SMPN 11 Tangerang Selatan, Minggu (15/7).
-
Kenapa pengusaha itu menyekolahkan anaknya di sekolah mahal? Terlebih, pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi masa depan anaknya.'Setiap orang tua pasti ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya, apalagi menyangkut pendidikan dan masa depan, achie ingin yang terbaik bagi boy dan coco,' tulis Hilman dalam keterangan videonya.
-
Gimana anak yang percaya diri belajar? Dengan semangat yang tinggi, mereka berusaha untuk mencapai tujuan akademis dan aktif mencari pengetahuan baru. Selain itu, anak-anak ini memiliki inisiatif yang kuat untuk mengeksplorasi hal-hal yang mereka minati.
-
Bagaimana Bapak Joko bisa menyekolahkan anaknya? 'Ya suatu kebanggan bagi saya, memang dari dulu sebelum menikah, bahkan saya itu punya cita-cita nanti kalau sudah berkeluarga dan punya anak, yang saya utamakan memang segi pendidikan, walaupun bapaknya kondisinya kayak begini, yang penting anaknya bisa sekolah,' jelas Joko.
-
Kenapa anak cerdas menetapkan standar tinggi untuk diri sendiri? Anak-anak yang memiliki kecerdasan tinggi sering kali menetapkan ekspektasi yang tinggi untuk diri mereka sendiri.
-
Siapa yang punya anak cerdas? Menjadi orangtua tentunya menginginkan anak yang cerdas dan memiliki potensi besar.
-
Dimana sekolah anak pengusaha itu? Dalam video tersebut, Hilman Gumilar ditemani sang istri dan sopirnya datang ke sekolah sang anak bernama Boy untuk berkunjung. Sang anak yang saat itu sedang menempuh pendidikan SMA di sebuah sekolah berasrama yang sangat mewah.
Sebenarnya, Mimi sudah mulai curiga setelah hasil pengumuman PPDB online di publikasikan pada (12/7) kemarin.
"Saya dijanjikan pasti masuk, karena saya tahu ada pengumuman lagi hari kemarin Sabtu (14/7) saya datangi posko. Ternyata juga tak ada nama anak saya. Kemarin masih jawab telepon saya, sekarang sudah tidak bisa ditelpon," ucapnya.
Sebelumnya, pada Sabtu (14/7) kemarin, sang anak sudah mengikuti kegiatan di sekolah negeri yang dijanjikan oknum tersebut. Dia juga telah membeli seragam sekolah yang dibeli di sekolah seharga Rp 450 ribu.
"Katanya suruh masuk sekolah kemarin Sabtu, saya juga sudah beli seragam di sekolah Rp 450 ribu. Tapi pas saya cek hari ini nama anak saya masih belom ada. Orangnya saya hubungi engga aktif aktif," kata Mimi panik.
Dia mengaku nekat membeli kursi sekolah negeri kepada pihak tak dikenal, karena memahami nilai anaknya tak sebagus nilai-nilai calon pendaftar lain. Lantaran tidak pede (percaya diri) akhirnya dia menggunakan jalan pintas, asalkan sang anak diterima bersekolah di negeri.
"Saya dari awal sudah kasak-kusuk, tahu nilai anak saya kecil cuma 21,9. Makanya pas ada yang nawarin dan menjanjikan pasti diterima ya saya ikut," katanya.
Mimi menceritakan, sejak awal berkenalan sampai penyerahan uang Rp 5 juta yang dia berikan kepada oknum tersebut, tak pernah sekalipun dia bertemu.
Semua perkenalan dan janjian untuk penyerahan uang, dilakukan berdasarkan komunikasi melalui telepon selular.
"Engga pernah ketemu sama sekali, penyerahan uang Rp5 juta saya yang berikan, tapi orangnya nyuruh orang lain, dan benar-benar cuma memberikan uang saja, engga ngobrol atau apapun ke yang nerima uang saya," katanya.
Setahunya, tak hanya dirinya yang menjadi korban dari oknum itu, tapi ada dua orang lain setahunya yang turut menjadi korban.
"Ada juga yang katanya sudah bayar 8 juta dan 10 juta. Tadi kami ketemu bicara," kata dia.
Mimi mengaku tak dapat menerima kenyataan ini, namun dirinya juga bingung harus melapor ke mana.
"Ini saya lagi usut, karena saya juga dapat nomor orang itu dari teman," katanya.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Seorang orang tua mengaku pusing dengan alur Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Garut, Jawa Barat
Baca SelengkapnyaMahasiswa melakukan aksi demonstrasi di depan Kantor Dindikbud Banten, Selasa (18/7). Mereka menuntut pembentukan tim investigasi dugaan kecurangan PPDB.
Baca SelengkapnyaUang segitu banyak nyatanya langsung ludes terpakai. Salah satunya dipakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Baca SelengkapnyaSebelumnya, Cyla juga mengikuti tes di sekolah yang dituju. Tes kemampuan dilakukan secara tertutup.
Baca SelengkapnyaMutiara mengaku saat itu percaya diri saat mendapat undangan untuk tes SNMPTN.
Baca SelengkapnyaDisdik DKI Jakarta membuka pendaftaran PPDB 2024 secara daring jenjang SD hingga SMA pada 10 Juni hingga 4 Juli 2024.
Baca SelengkapnyaViral di media sosial seorang driver ojek online yang kegirangan saat anaknya berhasil lolos menjadi anggota Polisi tanpa membayar uang.
Baca SelengkapnyaMeski kerap di-bully oleh temannya karena tak mau bolos sekolah, pria ini ungkap alasannya.
Baca SelengkapnyaDiduga kekurangan siswa terjadi karena masih adanya paradigma sekolah favorit.
Baca SelengkapnyaPlh Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Jawa Barat, Ade Afriandi menjelaskan praktik ini dilakukan oleh pihak sekolah. Artinya, siswanya tidak tahu menahu.
Baca SelengkapnyaAyah wanita ini baru tahu anaknya ternyata kuliah saat momen wisuda putri tercintanya.
Baca SelengkapnyaPelaku telah menipu dua orang dan total kerugian sekitar Rp20 juta.
Baca Selengkapnya