Sudirman Said: Korupsi teratasi jika Jokowi dikelilingi orang bersih

Merdeka.com - Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said 'berkicau' di media sosial Twitter terkait korupsi yang masih jadi momok bagi bangsa Indonesia. Menurut Sudirman, korupsi bisa diatasi jika Presiden Joko Widodo (Jokowi) dikelilingi oleh orang-orang yang bersih.

"Jika Presiden mengelilingi dirinya dengan orang orang bersih, yakinlah korupsi dapat diatasi. Sebaliknya jika pemimpin di banyak sektor, di semua level beda omongan dan perbuatan, korupsi bakal merajalela," tulis Sudirman dengan tagar #ikanmembusukdarikepala, Rabu (4/1).

Menurut Sudirman, ada banyak cara mengatasi korupsi. Yang paling efektif adalah menjaga perilaku, karena korupsi adalah perilaku menyimpang. Korupsi, kata Sudirman, memang penyakit akut tapi bukan tak bisa diberantas. Korupsi bisa dibumihanguskan mulai dari atas.

"Ibarat ikan, pembusukan mulai dari kepala. Engkau adalah siapa di sekelilingmu. Maka kelilingi dirimu dengan orang bersih, anti korupsi. Korupsi adalah perilaku, selesai dengan keteladanan pemimpin. Perilaku jorok saja diikuti, apalagi perilaku bersih," ungkap dia.

Selama penegak hukum masih ada bandrolnya atau harganya, lanjut Sudirman, pemberantasan korupsi dengan penegakan hukum semata akan tumpul. Hukum mampu dipermainkan serta polisi, jaksa, dan hakim disuap, pengacara hitam gentayangan.

"Yang paling ampuh adalah jika kita punya pemimpin bersih di banyak lapisan, di banyak sektor. Lurah yang bersih akan mengangkat pamong yang bersih, itu cara mudah berantas korupsi. Camat yang bersih percaya diri memacu aparat dan lurah untuk hindari perilaku korup. Ini cara ampuh atasi korupsi. Gubernur, Menteri pun sama. Pejabat bersih mengelilingi dirinya dengan orang bersih. Agar korupsi bisa dicegah," tutur Sudirman.

Sudirman menegaskan pembusukan mulai dari atas, perbaikan juga harus mulai dari atas. Para pimpinan Lembaga Negara, Direksi BUMN harus punya peran yang sama, tunjukkan keteladanan dan pasukan akan ikut serta.

"Dalam struktur budaya paternalistik kita, keteladanan pimpinan menentukan suasana," tutup dia.