Suku Anak Dalam terancam, Setkab baru rencana bikin satgas
Merdeka.com - Sebelas anggota Suku Anak Dalam di kawasan hutan Taman Nasional Bukit Dua Belas, Jambi ditemukan mati kelaparan. Peristiwa ini mestinya menjadi lecutan pemerintah supaya tidak mengabaikan keberadaan Orang Rimba, sebutan bagi Suku Anak Dalam.
Namun, pemerintah malah memutuskan cuma membikin satuan tugas buat menyelesaikan konflik pertanahan dan mengurus pengakuan serta perlindungan masyarakat adat. Hal ini disampaikan oleh Staf Khusus Sekretaris Kabinet Jaleswari Pramodhawardhani. Dia mengklaim satgas itu sebagai bentuk kepedulian pemerintah terhadap nasib Orang Rimba.
"Satgas ini merupakan salah satu bentuk kepedulian pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan yang dialami oleh orang rimba di Indonesia. Satgas tersebut dalam bidang agraria dan pengakuan dan perlindungan masyarakat adat," kata Jaleswari, Kamis (18/3).
-
Kenapa teka-teki Sumut sulit? Teka-teki sulit dan menjebak bisa dijadikan permainan menyenangkan saat di tongkrongan.
-
Kenapa ERP di Jakarta terhambat? 'ERP itu kita masih fokus sama regulasi dan kemarin kendalanya adalah regulasi. Sekarang didorong adalah bagaimana regulasi kita siapkan, tentu dengan stakeholders,' kata Syafrin kepada wartawan di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (22/11).
-
Kenapa kamuflase sotong sangat rumit? Proses kamuflase melibatkan umpan balik terus-menerus dan merupakan hasil dari langkah-langkah koreksi kesalahan yang berurutan, menunjukkan adaptabilitas yang tinggi dan ketidakpastian dalam jalur evolusinya.
-
Kenapa sulit menemukan pemandu untuk Gunung Sibuatan? Dengan kawah yang begitu tinggi, tak banyak pendaki yang menjelajahi bagian lerengnya sehingga sulit untuk menemukan pemandu.
-
Bagaimana cara pemerintah mempersulit urusan? Kedua, birokrasi rumit jika tidak disertai dengan uang. Ganjar mencontohkan, seseorang sulit menjadi PNS jika tidak memiliki orang dalam.'Mau urus apa, amplopnya ada enggak. Maka adagium kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah itu menjadi kewajaran,' ujar dia.
-
Apa masalah di Embung Kebumen? Bukannya disambut suka cita, pembangunan embung tersebut justru menimbulkan masalah baru, yaitu tanah longsor yang membahayakan warga.'Waktu embung ini sudah jadi 100 persen, serang beberapa bulan hujan terus menerus. Akibatnya jebol dan banyak bagian yang longsor. Setelah perbaikan, hujan turun, jebol lagi,' kata Kepala Desa Giritirto, Sugito, mengutip YouTube Liputan6 pada Senin (22/1).
Namun, Jaleswari mengakui satgas ini masih sebatas rencana. Pembentukan satgas pun terbentur rumitnya birokrasi. Dia berdalih Setkab masih perlu membicarakan soal pembentukan satgas ini kepada kementerian terkait supaya penyelesaian masalah Orang Rimba maksimal. Sayangnya, menurut dia satgas ini baru dibahas pada April mendatang. Padahal masalah dihadapi Suku Anak Dalam cukup pelik, mulai dari sengketa lahan, ancaman fisik, dan krisis pangan.
"Satgas ini belum direalisasikan karena masih perlu dibicarakan dengan para kementerian. Kira-kira April satgas ini akan dibahas," ucap Jaleswari.
Jaleswari menambahkan, dasar pendirian satgas adalah putusan Mahkamah Konstitusi dengan nomor perkara 45 tahun 2011 tentang Kehutanan. Sehingga dengan dasar hukum tersebut, Jaleswari berharap satgas ini bisa bekerja di bawah komando Presiden Joko Widodo.
"Saya berharap satgas ini bisa berada langsung di bawah presiden. Karena jika kita melihat ke belakang dari MK 45 bahwa hutan negara bukan milik negara tapi milik masyarakat adat, dan masyarakat adat memiliki hak untuk dilindungi oleh negara," lanjut Jaleswari.
(mdk/ary)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
MK telah memberikan koreksi terhadap Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
Baca SelengkapnyaAnggota Baleg Fraksi PDIP Sturman Panjaitan, mengatakan terdapat lima hingga enam RUU yang belum turun daftar inventarisasi masalah (DIM)
Baca SelengkapnyaAceh menjadi wilayah yang kerap disinggahi pengungsi Rohingya. Mereka datang dengan kapal secara ilegal.
Baca SelengkapnyaAtasi Konflik Harimau dengan Manusia, KLHK terjunkan penembak bius
Baca SelengkapnyaMereka tak menolak pembangunan, namun menyayangkan cara negara memperlakukan tanah leluhurnya
Baca Selengkapnya