Surya Anta Ungkap 'Bisnis' di Dalam Rutan Salemba
Merdeka.com - Mantan terpidana kasus makar, Surya Anta bikin heboh di jagat media sosial Twitter, Minggu (12/7) malam. Dia menceritakan secara detil kondisi tahanan di Rutan Salemba, Jakarta.
Surya Anta mendekam di Rutan Salemba selama 9 bulan. Dengan berbagai foto yang diunggah, Surya menjelaskan praktik pungli hingga tak manusiawinya kondisi di Rutan Salemba itu.
Surya mengaku saat pertama kali masuk, dimintai uang senilai Rp3 juta untuk mendapatkan tempat di sel. Namun akhirnya, dia hanya bisa memenuhi Rp500 ribu karena para tahanan tahu dia hanya seorang aktivis.
-
Siapa yang menolak uang suap ratusan juta? Jujurnya Jenderal TNI Tolak Uang Suap Ratusan Juta Banyak pejabat tersandung kasus korupsi, tapi Mayjen Eddie M Nalapraya justru tak tergiur uang suap.
-
Siapa yang terbukti terlibat pungli di Rutan KPK? 90 pegawai Komisi Antirasuah yang telah terbukti terlibat dalam praktik pungli.
-
Siapa saja tersangka dalam kasus suap ini? Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron mengatakan pihaknya juga menetapkan anggota DPRD Kabupaten Labuhanbatu Rudi Syahputra Ritonga, serta dua pihak swasta bernama Efendy Sahputra dan Fajar Syahputra sebagai tersangka.
-
Mengapa pria itu dipenjara? Dalam persidangan di Thessaloniki, pria tersebut mengaku tidak bisa menjelaskan perilakunya yang membuatnya merasa sangat malu.
-
Kenapa Ristanta menerima uang pungli? 'Menimbang uang yang diterima terperiksa dari saksi Hengki dan saksi Ramadan Ubadillah merupakan uang bulanan yang bersalah dari tahanan sebagai uang tutup mata agar para tahanan dibiarkan menggunakan alat komunikasi selama berada di dalam rutan KPK,' tutur anggota Dewas KPK.
-
Siapa yang diminta membayar pungutan Rp10 juta? Miris, seorang warga yang hidup di bawah garis kemiskinan di Desa Kendayakan, Kecamatan Kragilan, Kabupaten Serang, Banten, batal menerima bantuan bedah rumah dari pemda setempat.Bukan tanpa alasan warga bernama Ahmad Turmudzi (49) itu tidak jadi mendapatkan bantuan renovasi. Sebab, agar perbaikan bisa dilaksanakan dirinya diduga harus membayar uang pungutan sebesar Rp10 juta.
"Saat hari pertama masuk penampungan kami di OT IN (Dimintai Uang) oleh tahanan lama. Saya diminta 1 juta di lapak Palembang. @Dano_Tabuni diminta 3 juta di lapak Lampung Akhirnya kami berlima bayar Rp500 ribu karena setelah para tahanan lain tahu kalau kami ini aktivis bukan anak pejabat,” tulis Surya Anta.
©2020 Merdeka.com/twitter Surya Anta
Surya menceritakan, di Rutan dikelompokkan sesuai etnis masing-masing. Banyak yang tak mendapatkan sel, sehingga tidur di lorong. Ada juga bahkan yang tidur di depan kamar mandi.Menurut dia, segala sesuatu harus bayar. Namun, dia tak mengungkap, apakah ada keterlibatan pihak Rutan dalam hal ini.
"Ini lapak tidur saya dan ambros di Lapak Korea. Lapaknya tahanan orang Batak. Sebelumnya saya di Lapak Palembang. Saya pindah karena stress orang ribut melulu dan dari lantai 2 napi lama ngeludah dan buang air ke lapak Palembang," tulis Surya Anta.
Utk bisa masak mie & seduh kopi hrs "nembak air" caranya air di botol plastik lalu bakar bawahnya dgn plastik2.. polusi udara jdnya. Makanya banyak tahanan yang sakit. Saya sempat sakit demam dan keluar darah dari hidung. Ehh mau ke klinik prosedurnya rumit.
— Surya (@SuryaAnta) July 12, 2020Belum lagi soal bilik bercinta, Surya mengatakan, saat ini sudah tak ada lagi. Sehingga membuat para napi harus curi-curi melampiaskan hasrat seksualnya kepada pasangan saat menjenguk.
"Napi itu manusia. Bkn gedebog pisang. Mrk jg buth penyaluran seks. Sblm Matta Najwa dtng ke Salemba ada toilet & kamar kunjungan di atas yg bisa disewakan untuk wik wik. Tp sjk sidak. Gak ada lagi. Pdhl negara bisa atur soal kamar wik wik ini dgn syarat dan ketentuan yg diatur," tambah dia.
Seperti diketahui, Surya satu dari enam tahanan politik kasus makar Papua. Mereka ditangkap kepolisian karena mengibarkan bendera Bintang Kejora dalam aksi di depan Istana Presiden pada tahun lalu. Surya dan rekannya pun divonis sembilan bulan dan telah bebas murni pada Mei lalu.
©2020 Merdeka.com/twitter Surya Anta
Sementara itu, Kepala Bagian Humas dan Protokol Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Rika Aprianti telah mendengar cerita dari Surya Anta. Kini pihaknya tengah menelusuri kebenaran tersebut.
"Yang pasti dari pemberitaan itu kami sekarang sedang menelusuri baik dari tim kantor wilayah melalui kepada divisi pemasyarakatan nya, dan direktorat jenderal pemasyarakatan melalui direktorat kamtib sedang melakukan penelusuran," tegasnya saat dihubungi merdeka.com, Senin (13/7).
Sel J18 ini banyak nyamuk. Karena lantai bawahnya bocor, penuh genangan air. Konon katanya, kamar ini dulunya kamar paling bagus, to sekarang rusak. Dulu yg bikin sel ini berkayu adlh Terpidana Mati Narkoba, Fredy Budiman. So, sdh lama kamar ini tempat transaksi Sabu. pic.twitter.com/TLecC3Dfhm
— Surya (@SuryaAnta) July 12, 2020Menurutnya, pihaknya berkomitmen dalam segala apapun baik narkotika maupun pungli yang dilakukan penghuni dan juga petugas. Ia pun menegaskan, pihaknya tak membeda-bedakan siapapun penghuninya.
"Yang pasti pemenuhan hak terhadap narapidana baik penghuni dan tahan itu sama. Yang pasti kita akan lakukan penelusuran terlebih dulu, karena itu kan berdasarkan dari medsos ya, tim akan bergerak seperti apa. (Periksa petugas dan kepala rutan) Itu nanti tim yang bekerja," katanya.
Lebih lanjut perihal adanya dugaan alat komunikasi masuk ke rutan, Rika menegaskan kalau hal itu dilarang. Namun, ia tak mengelak apabila adanya yang bermain hingga akhirnya bisa lolos alat komunikasi ke dalam.
©2020 Merdeka.com/twitter Surya Anta
"Sekarang gini, kami tidak mengatakan cari-cari alasan, tapi memang kenyataannya seperti itu. Dengan isi hunian Salemba saat ini jumlah hunian kita ngomongin pengawasan jarak jangkau pengawasan dari petugas kita sendiri. Yang pasti jajaran kami semua berusaha yang terbaik, berusaha untuk menindak, menghalau semua hal-hal yang menjadi bagian pelanggaran termasuk barang-barang terlarang," bebernya.
Dalam hal ini, Rika mengakui kalau pihaknya kekurangan petugas untuk menjaga dan memantau seluruh penghuni.
"Petugas per regu 21 hingga 23 orang. Kapasitas 1500 dan terisi sebanyak 3250 orang," pungkasnya.
Hidup di penjara tak lantas semuanya ditanggung negara. Krn nasi, lauk dan air Cadong (makanan penjara) jumlahnya dikit. Tentu gak etis buat yg tidur di sel makan jatah yg dikit itu. Kasihan tahanan yg tinggal tidur di lorong. Jadi kami harus masak dan beli lauk pauk sendiri. pic.twitter.com/aiLRLmEwz3
— Surya (@SuryaAnta) July 12, 2020 (mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menurut jaksa, terdakwa menerima sejumlah uang yang diduga berkaitan dengan pengurusan hak peralihan tanah secara bertahap.
Baca SelengkapnyaUang tersebut diberikan kepadanya untuk menutup mulut saat menemukan tahanan yang membawa telepon genggam ke dalam rutan.
Baca SelengkapnyaPara tahanan yang membayar bakal mendapat service, namun bagi yang tidak menyetor pungli dibuat tidak nyaman.
Baca SelengkapnyaPengemis asal Bojonegoro kedapatan membawa uang Rp18 juta lebih saat beraksi di Senayan. Begini nasibnya sekarang.
Baca SelengkapnyaAda ancaman teruntuk para tahanan yang menolak membayar pungli.
Baca SelengkapnyaBiduan dangdut Nayunda Nabila mengakui dikasih uang puluhan juta rupiah oleh SYL.
Baca SelengkapnyaDono, merupakan terpidana kasus korupsi proyek pembangunan Gedung Institut Pemerintahan Dalam Negeri(IPDN) Provinsi Sulawesi Utara.
Baca Selengkapnya“Saya ini seorang pengusaha swasta yang di zalimi. Disaat mendapatkan investasi untuk pengembangan usaha/bisnis, saya dituduh," kata Dadan
Baca SelengkapnyaKata Fajar mata uang dollar tersebut diberikan kepada sekretaris pribadi Kasdi, Herdian secara tunai.
Baca Selengkapnya