Susanti harus bawa 'upeti' Rp 50.000 & rokok tiap jenguk ke rutan
Merdeka.com - Kerusuhan berujung kaburnya 448 narapidana rutan, membuka tabir bobroknya manajemen pengelolaan rumah tahanan Sialang Bungkuk Pekanbaru. Petugas disebut-sebut kerap 'memalak' tahanan dan keluarga yang ingin menjenguk.
Itu juga yang dirasakan Susanti. Anaknya Reza merupakan salah satu narapidana Rutan Sialang Bungkuk Pekanbaru atas kasus penjambretan. Keluarga pernah diminta uang Rp 2 juta jika Reza ingin mendapat kamar tidur lebih layak. Karena tidak mampu membayar, Reza akhirnya terpaksa tidur di kamar mandi.
Tidak hanya itu, keluarga yang ingin menjenguk napi juga harus membawa 'upeti' kepada petugas. Tanpa itu, keluarga tidak bisa bertemu dengan para narapidana.
-
Siapa yang biasanya menjalani ruwatan? Dari cerita itu, muncul tradisi bahwa setiap anak tunggal harus menjalani ruwat agar terhindar dari malapetaka dan kesialan.
-
Dimana keluarga Suropati ditangkap? Pada tahun 1770, prajurit Sultan dan Kompeni berhasil menangkap 21 orang keluarga Kartanagara. Mereka merupakan kelompok terakhir yang berhasil diketahui dan ditangkap.
-
Kenapa ruwatan dilakukan? Ritual ini dilakukan untul membebaskan seseorang dari hukuman dewa yang bisa membawa bahaya.
-
Apa yang dimaksud dengan keluarga di Sumut? Keluarga adalah unit sosial terkecil yang terdiri dari kepala keluarga dan keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
-
Siapa yang ikut Nyepuh? Warga Memakai Pakaian Putih Di sana warga terlihat memakai pakaian serba putih, mulai dari kerudung bagi perempuan dan songkok bagi laki-laki.
-
Bagaimana ruwatan dilakukan? Dalam pelaksanaannya, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Salah satunya sajen. Sajen adalah makanan dan benda lain, seperti bunga, yang digunakan sebagai sarana komunikasi atau interaksi dengan makhluk tak kasat mata.
"Dulu sebelum ribut-ribut, kalau saya jenguk anak di Rutan sini (Sialang Bungkuk) bayar Rp 50 ribu. Petugas juga minta rokok sebungkus," kata Susanti kepada sejumlah wartawan di Rutan Sialang Bungkuk, Senin (8/5).
Lantaran ikut kabur dari Sialang Bungkuk, Reza dipindah ke Lapas Pasir Pengarayan, Kabupaten Rokan Hulu. Susanti mengeluhkan jika anaknya yang dipindahkan ke Lapas Pasir Pengarayan. Jarak tempuh dari Pekanbaru mencapai 5 jam. Dia juga mengakui, praktik serupa juga terjadi di lapas tersebut. Di sana dia juga dipalak jika ingin anaknya lebih layak. Susanti mengaku tidak memiliki uang untuk ongkos menjenguk anaknya, apalagi membayar uang kamar di Lapas tersebut.
Susanti mengaku sudah menemui petugas Rutan Sialang Bungkuk untuk memproses pemindahan anaknya dari Lapas Pasir Pengarayan ke Lapas yang terdekat di Pekanbaru.
"Saya tadi sudah jumpa petugas Rutan agar anak saya dikembalikan saja ke Rutan sini. Katanya nanti diproses oleh Pak Kakanwil Kemenkum HAM (Ferdinan Siagian), tapi tidak tahu kapan. Pindah di sini sajalah, di sana jauh dan bayar juga mahal. Uang saya tidak ada sebanyak itu," ucap Susanti.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pungli Rutan KPK, Petugas Terima Duit 'Tutup Mata' Masukkan Ponsel dari Tahanan Tiap Bulan
Baca SelengkapnyaPara tahanan yang membayar bakal mendapat service, namun bagi yang tidak menyetor pungli dibuat tidak nyaman.
Baca SelengkapnyaSecara tegas, dia melempar sejumlah pertanyaan. Isinya soal pemalakan, iuran, dan berbagai hal mendasar lainnya.
Baca SelengkapnyaKombes Jeki juga menyampaikan apresiasi kepada jajaran Rutan Kelas I Pekanbaru yang telah menjaga keamanan dan ketertiban di Rutan.
Baca SelengkapnyaSaat melakukan hal buruk, wajar jika seseorang ditahan di lapas. Namun kita juga harus memperlakukan mereka dengan baik. Seperti yang dilakukan polisi di Jambi.
Baca SelengkapnyaMasih ada beberapa tahanan juga yang tidak sanggup untuk mendapatkan fasilitas lebih.
Baca SelengkapnyaJemaah haji bahkan diantar kerabat menggunakan puluhan mobil dari Janeponto sampai ke Asrama Haji Sudiang Makassar.
Baca SelengkapnyaSejumlah napi yang pernah mendekam di Rutan Kelas IIB Kupang mengadukan penyimpangan petugas penjara itu kepada Ombudsman NTT.
Baca Selengkapnya