Tak ada air di sekolah, anak pelosok ini jalan 5 km naik gunung
Merdeka.com - Sekolah adalah barang yang mahal bagi Amrah Susila Rahman (19). Anak kedua dari lima saudara ini harus menempuh derita yang luar biasa hanya untuk mendapat pendidikan.
Amrah bersama keluarga tinggal di pedalaman Sulawesi Tenggara, tepatnya di desa Kafofo, Kecamatan Kontukowuna, Kabupaten Muna. Dari kampungnya saja perlu waktu berhari-hari untuk bisa sampai ke kota.
Sedari kecil Amrah sudah ingin masuk pesantren, maka dengan hati ikhlas Amrah pun menuju Pondok Pesantren Subulussalam, Muna.
-
Siapa yang berjuang untuk pendidikan di Indonesia? Melalui kerja keras dan pengorbanannya, maka ada banyak generasi yang berhasil terlepas dari kebodohan.
-
Mengapa Acha sekolah di Taruna Nusantara? Mereka berdua tampak bahagia dan bangga melihat sang putri mengikuti jejak sang ayah.
-
Kenapa Firmansyah berjuang keras? Firman berjuang keras untuk mengangkat derajat keluarganya yang selama ini hidup miskin.
-
Kenapa pelajar berjuang? Mereka yang sebagian berusia masih sangat belia tak gentar menghadapi kolonial Belanda. Di tengah segala kesulitan, mereka tetap bersikukuh melakukan perlawanan terhadap kolonial pada Agresi Militer Belanda I dan II.
-
Bagaimana Rahmad berjuang meraih mimpinya? 'Kami dari keluarga kecil yang tinggal di pegunungan. Kalau pergi sekolah, anakku ini jauh,' ungkap sang Ibu.
-
Siapa yang mengorbankan pendidikannya demi Sarijaya? Secara khusus saya mohon maaf kepada adikku, Suparsih, yang waktu itu terpaksa tidak bisa melanjutkan ke bangku SMA. Semoga pengorbanan kakak-kakak dan adikku mendapat imbalan kebaikan yang lebih banyak dari Tuhan Yang Maha Esa,'
"Pesantren sangat sulit dijangkau karena akses kendaraan jarang dan sangat jauh dari tempat tinggal," sebut Tim Penulis buku 'Mutiara Terpendam' yang diterbitkan oleh Pendidikan Islam Kemenag, Senin (23/3).
Di pesantren ini pun Amrah tidak hidup nyaman. Selain berpisah dengan orang tua, Amrah dihadapkan dengan kondisi pesantren yang memprihatinkan.
Di antaranya santri di pesantren tersebut sering kekurangan makanan. Jadi mau tak mau, terkadang makan hanya satu kali dengan nasi jagung tanpa lauk.
"Karena dukungan dana pemerintah sangat minim dan kebutuhan hanya bergantung dari sedekah orang kaya," sebut buku tersebut.
Tak sampai situ, pesantren ini pun sering kekurangan pasokan air. Sehingga mereka harus mencari air dengan naik turun gunung sepanjang 5 km dengan menenteng jeriken seberat 5 kg.
"Banyak orang sukses di luar sana yang mengalami hal yang lebih parah. Kalian harus tetap semangat lebih giat agar apa yang dicita-citakan dapat diraih," ujar pengasuh Amrah.
Enam tahun di pesantren dan didera banyak cobaan membuat Amrah semakin kuat. Kesabaran dan semangatnya membuahkan hasil dia diterima seleksi program Program Beasiswa Santri Berprestasi untuk jurusan Ilmu Falak IAIN Walisongo, Semarang.
Meski menuju kesana harus mengarungi laut dan menempuh perjalanan darat berjam-jam karena tak ada biaya naik pesawat, hati Amrah tetap girang karena meski badan terasa pegal diguncang ombak, dia tahu bahwa hanya selangkah lagi Amrah mencapai mimpinya.
Mimpinya hanya satu mendirikan pesantren yang layak untuk kampungnya dan menjadikan pesantrennya pusat pendidikan di Sulawesi Tenggara.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Perjalanan ke tempat bertugasnya itu harus ditempuh dengan penuh perjuangan.
Baca SelengkapnyaPerjuangan guru yang mengajar di sekolah terpencil ini viral di tiktok, berangkat lewati jalan berlumpur hingga muara.
Baca SelengkapnyaSetiap hari mereka menyeberang sungai itu tanpa didampingi orang tua
Baca SelengkapnyaKisah Alif pelajar yatim piatu yang lari 5 km setiap hari ke sekolah viral. Kini dapat bantuan dari Bupati Jember.
Baca SelengkapnyaBerikut momen AKBP Aryuni Novitasari mengenang masa lalu saat menuju sekolah SMP.
Baca SelengkapnyaBerusia 10 tahun, Raihanun Rinjani Pratomo membutuhkan waktu 60 jam untuk mencapai puncak.
Baca SelengkapnyaBahkan, para guru ini harus menggunakan perahu untuk menuju ke tempat sekolah tersebut.
Baca SelengkapnyaViral perjuangan siswa di Samosir harus berjalan kaki menuju sekolah dalam keadaan hari masih gelap.
Baca SelengkapnyaKisah perjalanan pria meraih kesuksesan di perantauan.
Baca SelengkapnyaAda perjuangan dan kerja keras dari sosok bocah bernama Iyyang.
Baca SelengkapnyaAbimana diketahui mulai melakukan pendakian saat usianya 3 tahun.
Baca Selengkapnya