Tak ada saksi mata, penyidik kesulitan usut pembantai keluarga Tasir
Merdeka.com - Penyidik Polres Banyuasin dan Polda Sumatera Selatan (Sumsel) terus melakukan penyelidikan untuk mengungkap kasus pembantaian Tasir (65) dan empat anggota keluarganya. Penyelidikan mengalami kesulitan karena tidak menemukan saksi yang melihat langsung kejadian.
Kabid Humas Polda Sumsel, Kombes Pol R Djarod Padakova mengungkapkan, rumah korban berada di pedalaman dan di tengah sawah. Sehingga warga di kampung korban tidak mendengar atau mengetahui peristiwa itu secara langsung.
"Jarak rumah antar waktu cukup jauh, di persawahan. Tidak ada saksi mata yang melihat langsung, ini salah satu kendala yang dihadapi," ungkap Djarod, Kamis (19/5).
-
Bagaimana warga di kampung itu? Selain memiliki pemandangan yang indah dengan hamparan rumput, warga di kampung tersebut dikenal ramah.
-
Di mana pembunuhan keluarga itu terjadi? Arkeolog menemukan situs pemakaman massal ini di Desa Koszyce, Polandia. Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada sampel DNA kerangka tersebut mengungkap sebuah keluarga besar tewas secara brutal di lokasi ini.
-
Kenapa warga kampung terisolir tidak memiliki tanah hak milik? Salah seorang warga di sana berkata, tanah di kampung itu bukan tanah hak milik, melainkan masih dimiliki PT KAI.
-
Apa yang terjadi di kampung mati lebak? Suasana sunyi begitu terasa saat memasuki wilayah kampung tersebut. Banyak bangunan yang ditinggalkan dengan kondisi rusak maupun utuh. Di sepanjang jalan menuju perkampungan, rerumputan dan ilalang tumbuh menjulang sehingga menguatkan kesan terbengkalai.
-
Kenapa warga meninggalkan Kampung Mati? Para warga meninggalkan kampung itu sejak terjadi peristiwa longsor. Ditakutkan peristiwa serupa akan terjadi kembali.
-
Di mana lokasi kampung terisolir ini? Sebuah kampung di Kabupaten Grobogan letaknya berada di pedalaman hutan jati. Akses menuju kampung itu terbilang sulit. Pengunjung dengan kendaraan roda dua harus melewati jalan berpasir yang sempit di antara pohon-pohon jati yang membentang sejauh empat kilometer.
Selain itu, kata dia, jarak antara penemuan mayat dan laporan kehilangan keluarganya cukup lama, sekitar tiga hari.
"Tapi kendala itu menjadi tantangan penyidik menyelidikinya. Mudah-mudahan dalam waktu secepatnya bisa terungkap," ujarnya.
Seperti diketahui, warga Kecamatan Muara Sugihan, Banyuasin, Sumatera Selatan, dalam empat hari terakhir dihebohkan dengan penemuan lima mayat yang mengapung di anak Sungai Musi. Setelah diselidiki, para korban merupakan satu keluarga.
Mereka adalah Tasir bin Sarat (65), Topiah (60), Kartini binti Tasir (37), Winarti binti Tasir (14), dan Ariyam binti Tasir (6). Semuanya tinggal di Jalur 16, Desa Indrapura, Kecamatan Muara Sugihan, Banyuasin.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Pol Gidion Arif Setyawan mengungkapkan, sebanyak 12 orang saksi telah dimintai keterangan.
Baca SelengkapnyaKeluarga terpidana kasus pembunuhan Vina dan Eky di Cirebon sebelumnya melaporkan seorang RT bernama Abdul Pasren terkait kesaksian bohong ke Bareskrim Polri.
Baca SelengkapnyaLaporan ke Bareskrim Polri dilakukan keluarga korban setelah tidak ada perkembangan penyidikan dari Polda Kalteng.
Baca SelengkapnyaLengkap dengan penanda nisan seperti makam baru, namun gundukan tanah misterius itu berada bukan di kompleks pemakaman.
Baca SelengkapnyaKapolsek Pemulutan AKP Marinus Ginting menyebut sejauh ini belum ada laporan dari pihak yang dirugikan.
Baca SelengkapnyaWarga menduga pelaku merupakan pendatang, sehingga bukan keturunan asli Desa Sukamanah.
Baca Selengkapnya