Tak cuma rusak rumah, satpam PT Rimba Lazuardi juga aniaya warga
Merdeka.com - Puluhan Satuan Pengamanan (Satpam) bersama preman suruhan PT Rimba Lazuardi diduga mengobrak-abrik rumah warga Desa Lubuk Kembang Bunga, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan, Riau. Karena menang jumlah, para satpam dan preman itu juga menganiaya warga berusaha melawan saat rumah beserta isinya dihancurkan.
Kapolres Pelalawan, AKBP Ade Johan Sinaga, saat dihubungi merdeka.com membenarkan kejadian itu. Ade mengaku sudah menerjunkan puluhan anak buahnya buat mengamankan lokasi kejadian agar tidak terjadi konflik lebih parah.
"Ya benar, kejadian tersebut masih kita selidiki dengan mengerahkan anggota polisi ke lokasi kejadian. Polisi bersiaga di sana agar situasi kondusif," kata Ade, Rabu (16/9).
-
Apa yang bikin warga resah? Momen teror suara ketuk puntu rumah yang terekam di kamera CCTV ini bikin warga sekitar resah.
-
Siapa yang meminta perlindungan dari orang zalim? Nabi Nuh AS membaca doa dari Al-Qur'an surat Nuh ayat 28 untuk memohon agar dilindungi dan dijauhkan dari kaumnya yang zalim tersebut;
-
Dimana kejadian polisi mengancam warga? Peristiwa itu terjadi di Palembang, Senin (18/12) pukul 11.30 WIB.
-
Siapa yang mengancam warga? 'Setelah kami periksa secara maraton, kami tingkatkan ke penyidikan dan sudah ditetapkan sebagai tersangka,' ungkap Kasatreskrim Polrestabes Palembang AKBP Haris Dinzah, Selasa (19/12). Tersangka Bripka ED dijerat Pasal 335 KUHP tentang perbuatan tidak menyenangkan dengan ancaman paling lama satu tahun penjara.
-
Kenapa polisi tersebut mengancam warga? 'Kau belum tahu di keluarga aku banyak yang jadi polisi ye, kau belum tahu dengan aku ye,' kata pelaku mengancam korban.
-
Siapa yang terlibat dalam Tilik Warga? 'Untuk itu kami siap bekerja sama dengan pengurus Lentera Jiwa yang bertugas memberikan pelayanan kepada warga kami yang belum sembuh dari penyakit ini,' kata Sarju dikutip dari ANTARA.
Meski para satpam dan preman suruhan PT Rimba Lazuardi melakukan penyerangan dan pengrusakan rumah warga, tetapi justru mereka membuat laporan ke polisi. Sementara, warga mengalami luka-luka akibat penganiayaan saat diserang, lebih memilih menghindar demi menjaga keamanan keluarga mereka.
"Pihak perusahaan (Satpam PT Rimba Lazuardi) ada melapor ke polisi, terkait penganiayaan. Sedangkan warga belum ada yang melapor," ujar Ade.
Kejadian penyerangan dilakukan satpam dan preman suruhan PT Rimba Lazuardi sangat menegangkan. Sebab, aksi satpam tersebut dinilai arogan dan tidak manusiawi terhadap warga, karena tega menghancurkan rumah warga beserta isinya. Akibatnya, warga kehilangan tempat tinggal dan tak memiliki alat masak untuk makan.
Diberitakan sebelumnya, PT Rimba Lazuardi mengerahkan satpam dibantu sejumlah preman melakukan penyerangan dan penggusuran dengan merusak 37 rumah warga. Satu di antaranya dibakar. Tidak hanya itu, sebanyak 20 unit sepeda motor milik warga juga dihancurkan, 11 unit di antaranya dibakar satpam.
Bahkan, warga yang kehilangan tempat tinggal juga mengalami penderitaan, dengan dirusaknya peralatan rumah tangga seperti alat dapur dan peralatan rumah lainnya. Sebagian warga juga terluka akibat tindakan itu.
Diduga, pemicu konflik adalah warga yang mendiami lahan sengketa mengklaim areal itu miliknya. Sedangkan perusahaan menyatakan lokasi itu masuk dalam Hak Guna Usaha (HGU) PT Rimba Lazuardi.
Salah seorang korban penggusuran PT Rimba Lazuardi bernama Bimsar Siagian (41), saat ditemui sejumlah wartawan di tempat pengungsian Rabu (16/9), menilai tindakan perusahaan terhadap mereka sudah tidak wajar.
"Binatang saja dilindungi oleh pemerintah, apa lagi manusia. Kami terpaksa lari karena takut, takut, mereka (Satpam) lebih banyak dari masyarakat," ujar Bimsar.
Bimsar dan keluarganya mengaku ketakutan karena diserang satpam PT Rimba Lazuardi, sejak Selasa (15/9). Mereka mengalami trauma yang sangat mendalam.
"Kami berlari ketakutan, seperti dikejar dalam perang, kami seperti buronan. Apakah tidak ada lagi perlindungan hak-hak manusia di negeri ini? Ke mana aparat kami? Ke mana pemerintah kami?" keluh Bimsar diikuti anggukan warga lainnya.
Selain Bimsar, seorang Ibu Rumah Tangga turut menjadi korban penyerangan satpam PT Rimba Lazuardi bernama Roslia (31), mengeluh tempat tinggalnya sudah porak poranda. Barang dagangannya juga turut menjadi target penghancuran para pengaman perusahaan tersebut.
"Sekarang kami tidak punya tempat tinggal lagi, terpaksa mengungsi bersama anak dan tetangga lainnya ketempat yang aman dulu, karena di Sako (areal konflik), keamanan kami tidak terjamin," keluh Roslia.
Sementara itu, Kepala Dusun Onangan Suparmin, Rabu (16/9), mengatakan, saat ini sejumlah warga berada di tempat pengungsian. Sebab kondisi belum normal dan masyarakat juga tidak berani untuk kembali ke pemukiman mereka, yang saat ini dikuasai PT Rimba Lazuardi.
"Ya, biarlah sementara warga di sini menjelang aman, dan ada kejelasan. Kita tentunya berharap, agar pihak keamanan dan pemerintah juga dapat mencarikan solusi kejadian ini," harap Suparmin.
Sementara Camat Ukui Basaruddin, mengatakan, warga yang rumahnya dirusak satpam PT Rimba Lazuardi mengalah dan meninggalkan lokasi kejadian demi keamanan mereka.
Menurut Basaruddin, persoalan sengketa lahan menjadi pemicu terjadinya bentrok. Warga yang mendiami lahan sengketa mengklaim jika areal itu miliknya, sedangkan perusahaan menyatakan lokasi tersebut masuk dalam Hak Guna Usaha (HGU).
"Situasi sudah kondusif sekarang. Karena polisi langsung turun ke lokasi pas kejadian. Sampai sekarang brimob masih berjaga-jaga di lokasi kejadian," kata Basaruddin. (mdk/ary)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Warga kadang mendengar suara rintihan dari rumah pelaku.
Baca SelengkapnyaDua petugas Satpol PP Surabaya yang berniat membantu warga, justru babak belur diamuk oknum buruh
Baca SelengkapnyaKorban ditarik ke depan pintu, lalu dicaci maki, dianiaya di depan anak dan istrinya
Baca SelengkapnyaAkibat peristiwa itu, anggota Polres Jakpus mengalami luka robek pada bagian kepala.
Baca SelengkapnyaSebuah video penganiayaan terhadap petugas Satpol PP saat aksi demo buruh beredar di media sosial.
Baca SelengkapnyaWarga menolak aktivitas tambang karena membuat mereka gagal panen dan tercemarnya lingkungan.
Baca SelengkapnyaDirektur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid mengatakan, aparat kepolisian kembali bersikap brutal kepada para pengunjuk rasa
Baca SelengkapnyaEri mempersilakan menggelar demonstrasi setiap saat karena itu bagian dari demokrasi.
Baca SelengkapnyaPenembakan peluru karet itu telah sesuai prosedur setelah dilakukan imbauan dan tembakan gas air mata.
Baca SelengkapnyaMenurut Maruli, apa yang dilakukan prajurit TNI itu tergolong jahat.
Baca SelengkapnyaKejadian itu bermula saat korban yang asyik duduk santai di depan Apartemen.
Baca SelengkapnyaKedua anggota TNI bernama Praka JG dan Pratu VS itu ditangkap pada Senin (27/11) malam oleh tim intel Kodam IX/Udayana
Baca Selengkapnya