Tak kerjakan tugas, 6 siswa SMK PGRI 3 Bogor dipukul guru
Merdeka.com - Praktik kekerasan dalam lembaga pendidikan kembali terjadi. Kali ini enam wali murid atau orang tua siswa mendatangi SMK PGRI 3 Kota Bogor, Jawa Barat, lantaran salah satu guru sekolah itu diduga kuat memukul enam pelajar karena kedapatan tidak mengerjakan tugas.
Guru yang diadukan adalah Dede Irawan. Dia adalah tenaga pengajar bidang Seni Budaya di SMK PGRI 3. Sementara enam siswa dipukul itu bernama Luthfia, Sena Indrawan, Rian Kurniawan, Yogi Perdana, Ujiansyah, dan Firli. Mereka merupakan siswa kelas X jurusan Pemasaran.
Menurut pengakuan Sena, dia dipukul Dede karena ketahuan tidak mengerjakan tugas yang diberikan saat pelajaran berlangsung.
-
Apa yang dilakukan guru terhadap murid? Korban dicabuli pada saat jam pelajaran dengan diiming-iming uang. Aksi itu ada yang dilakukan pelaku di pustaka, dan ada juga di kelas. Kejadian sudah berulang-ulang,' jelasnya.
-
Kenapa siswa membacok guru? Terkait kejadian ini, Kasatreskrim Polres Demak AKP Winardi mengatakan, pelaku tega membacok gurunya sendiri diduga karena tidak terima mendapat nilai jelek.
-
Apa yang dilakukan siswa terhadap gurunya? Seorang siswa Madrasah Aliyah (MA) YASUA, Desa Pilangwetan, RT 02 RW 03, Kecamatan Kebonagung, tega membacok gurunya sendiri.
-
Siapa guru yang mencabuli murid? Kasat Reskrim Polres Kota Pariaman, Iptu Rinto Alwi mengatakan, peristiwa itu terjadi beberapa bulan yang lalu dan pelaku sudah berhasil diamankan. 'Kejadian tahun ini, beberapa bulan yang lalu. Pelaku berhasil ditangkap pada 15 Mei 2024. Pada 29 Mei 2024 perkaranya sudah dilimpahkan ke Kejaksaan,' tuturnya.
-
Siapa yang membacok guru di Demak? Seorang siswa Madrasah Aliyah (MA) YASUA, Desa Pilangwetan, RT 02 RW 03, Kecamatan Kebonagung, tega membacok gurunya sendiri.
-
Bagaimana guru itu mencabuli murid? 'Korban dicabuli pada saat jam pelajaran dengan diiming-iming uang. Aksi itu ada yang dilakukan pelaku di pustaka, dan ada juga di kelas. Kejadian sudah berulang-ulang,' jelasnya.
"Waktu pelajaran kedua ada tugas menghapal fotokopian. Yang hafal disuruh maju ke depan kelas, tapi tidak ada yang hafal. Lalu gurunya marah, ada yang ditampar pakai tas, ada juga yang dijambak dan ditendang," kata Sena, Selasa (2/4).
Sena mengatakan, dia dan teman-temannya sering dimarahi Dede. Karena mendapat perlakuan kasar, dia melaporkan kejadian pemukulan kepada orang tuanya. Tetapi, dia melanjutkan, saat mengadu kepada orang tua masing-masing, Dede malah mengatakan mereka memiliki kepribadian buruk.
"Pernah juga diberi uang Rp 20 ribu untuk damai setelah dipukul," ujar Sena.
Lantaran tidak terima anak mereka dipukul oleh gurunya, beberapa orang tua murid itu mendatangi pihak sekolah guna meminta pertanggungjawaban.
"Kok guru mengajar dengan kekerasan. Kami orang tua saja tidak pernah menampar anak," kata Ety Susanti, salah satu orang tua siswa.
Pihak SMK PGRI 3 langsung menggelar pertemuan hari ini juga antara guru, siswa, dan orang tua. Dalam mediasi itu, Dede Irawan mengaku khilaf dan emosi saat proses belajar mengajar, hingga menampar enam siswa itu. Dia juga menyampaikan permohonan maaf kepada para siswa dan orang tua murid atas perbuatannya, dan berjanji tidak akan melakukannya lagi.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMK PGRI 3, Ujang Abdurohim, mengakui peristiwa pemukulan yang dilakukan oleh salah satu gurunya. Menurut dia, kejadian itu memang tidak dibenarkan dan tidak boleh terjadi.
"Kami sudah melakukan pertemuan dengan siswa dan orang tua. Ini permasalahan siswa sudah lama karena dikejar-kejar nilai. Tugas fotokopi itu salah satunya untuk mengisi nilai rapor," kata Ujang berkilah.
Namun menurut Ujang, emosi Dede meletup lantaran dia didesak segera memasukkan nilai, dan berupaya tidak ada siswa mesti melewati perbaikan nilai. Padahal, dia mengatakan, dari enam siswa dipukul itu, tiga di antaranya memang nilainya sama sekali belum masuk ke dalam rapor.
"Anak-anak ini sudah lama tidak dapat nilai. Saya juga tidak membenarkan perlakuan Pak Deden. Harusnya guru jangan emosi, apalagi sampai menyakiti anak-anak," ujar Ujang.
Ujang menambahkan, permasalahan pemukulan itu sudah diselesaikan secara kekeluargaan. Dia menegaskan orang tua dan guru sudah saling memaafkan, sehingga tidak ada tindakan menuntut antara kedua belah pihak. (mdk/tyo)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Disdik Sukabumi berkoordinasi dengan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) dan pengawas terkait permasalahan ini.
Baca SelengkapnyaPolisi juga telah memeriksa sejumlah saksi dan mengumpulkan sejumlah bukti.
Baca SelengkapnyaDisdik ingatkan pihak sekolah jika tidak memungkin bawa kendaraan karena keterbatasan lahan, maka jangan dilakukan,
Baca SelengkapnyaMiris, seorang guru dibacok muridnya sendiri hingga kritis saat tengah mengajar di kelas. Sempat dilarikan ke rumah sakit, begini kondisinya sekarang.
Baca SelengkapnyaSiswa SMP marah-marah kepada guru saat ditanya gurunya tentang tugas yang seharusnya ia kerjakan.
Baca SelengkapnyaTidak menutup kemungkinan tindakan itu karena ada kemarahan yang memuncak.
Baca SelengkapnyaDampak kejadian itu, aktivitas belajar mengajar di sekolah untuk sementara waktu diliburkan.
Baca SelengkapnyaOrang tua tersebut tidak setuju dengan hukuman yang diterima anaknya
Baca SelengkapnyaSebanyak 11 siswi SMKN 56 Jakarta mengaku menjadi korban pelecehan seksual yang diduga dilakukan guru seni budaya di sekolah kejuruan tersebut.
Baca SelengkapnyaKetiganya dianggap melanggar perjanjian kerja (PK) dengan Dinas Pendidikan Kota Depok.
Baca SelengkapnyaPolres Demak masih melakukan proses pengejaran kepada pelaku.
Baca SelengkapnyaDua guru di NTT dipolisikan karena kasus penganiayaan anak di bawah umur.
Baca Selengkapnya