Tak mampu bayar Rp 2 juta, napi Rutan Pekanbaru tidur di kamar mandi
Merdeka.com - Air mata menetes di pipi Susanti saat ditemui wartawan di halaman Rutan Sialang Bungkuk Pekanbaru, Senin (8/5). Dengan terbata-bata, dia menceritakan nasib anaknya, Reza yang ditahan di rutan tersebut. Ceritanya itu sekaligus membongkar praktik nakal petugas rutan Sialang Bungkuk.
Dia menuturkan, keluarga harus membayar Rp 2 juta untuk mendapatkan kamar tidur bagi Reza. Hatinya teriris mendengar nasib anaknya di balik jeruji besi.
"Kemarin anak saya telepon, katanya tidur di kamar mandi karena tidak bayar Rp 2 juta. Kalau mau dapat kamar ya harus bayar," kata Susanti sambil menghapus air matanya.
-
Siapa yang tinggal di rumah tak layak huni? Sudah 15 tahun terakhir, ia tinggal di bangunan tak layak itu bersama suami dan seorang anaknya.
-
Bagaimana ibu itu mengurung putranya? Ia mengungkapkan kepada pihak kepolisian bahwa selama bertahun-tahun, ia telah berupaya menyelamatkan putranya melalui berbagai cara, termasuk mengirimnya ke lebih dari 10 pusat rehabilitasi di seluruh negeri.
-
Kenapa keluarga korban minta pelaku dipenjara? 'Kalau misal ada undang-undangnya saya minta untuk dipenjarakan saja. Biar ada efek jera. Karena itu anak telah melakukan kejadian yang sangat brutal,'
-
Siapa yang terdampak broken home? Dan dampaknya? Lebih kepada anak-anak.
-
Mengapa pria itu dipenjara? Dalam persidangan di Thessaloniki, pria tersebut mengaku tidak bisa menjelaskan perilakunya yang membuatnya merasa sangat malu.
-
Siapa yang disiksa dengan roda hukuman? 'Korban dari roda hukuman bisa saja dianggap berbeda oleh orang-orang sezamannya, dan mungkin diskriminasi ini menjadi penyebab dari hukuman terakhirnya, karena ia bisa saja dikorbankan, sebagai 'seorang yang aneh', oleh orang-orang yang marah, sebagai penyebar wabah pes,' jelas para arkeolog yang melakukan penelitian.
Susanti melanjutkan, uang itu sebagai syarat bagi narapidana dan tahanan yang mau mendapatkan tempat tidur lebih layak.
"Petugas rutan bilang ke anak saya, kamar harus bayar Rp 2 juta, saya tidak punya uang sebanyak itu. Karena saya kerja hanya sendiri untuk mencukupi kehidupan keluarga," kata Susanti.
Reza merupakan narapidana kasus penjambretan yang divonis hakim selama 2 tahun penjara. Dia ikut kabur bersama ratusan napi dan tahanan Rutan Sialang Bungkuk setelah bentrok dengan sipir penjaga.
Bukan hanya Reza, tarif tersebut berlaku untuk semua napi dan tahanan. Hal itu yang menyebabkan ratusan tahanan unjuk rasa dan kabur dari rutan. Sekarang Reza dipindahkan ke Lapas Pasir Pengarayan Kabupaten Rokan Hulu. Jarak tempuh dari Pekanbaru mencapai 5 jam.
"Saya ingin jumpa petugas Rutan agar anak saya dikembalikan saja ke Rutan sini," ucap Susanti.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dari keterangan RAD, dia tega menjual anaknya pada pria hidung belang karena terlilit utang pinjaman online (pinjol). Jumlah utang RAD mencapai Rp 100 juta.
Baca SelengkapnyaKondisi anak perempuan berinisial N (7) yang diduga menjadi korban pencabulan oleh ayah tirinya seringkali terlihat murung.
Baca SelengkapnyaSeorang wanita diketahui hidup di sebuah bangunan yang memilukan.
Baca SelengkapnyaSetiap hari Ngadenin (63) harus berjalan melalui selokan sempit yang menjadi akses satu-satu jalan ke rumahnya.
Baca SelengkapnyaIa mengaku dibuat tak nyaman khususnya pada peraturan pihak hotel. Ketakutan Bian membuat dirinya rela tidur di lantai kamar hotel.
Baca SelengkapnyaSaat jasadnya ditemukan warga, korban sudah dalam kondisi berlumuran darah.
Baca SelengkapnyaNP dihukum 14 bulan penjara oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Lubuklinggau. Padahal, selama ini dia merasa diteror pria yang suka mengintipnya.
Baca SelengkapnyaKematian tahanan Irohmin (22) di Rutan Klas I Pakjo Palembang beberapa hari lalu masih menyisakan pertanyaan bagi keluarga.
Baca SelengkapnyaEmosi karena Disuruh Cari Kerja, Pria Pengangguran di Palembang Siram Istri dengan Air Mendidih
Baca SelengkapnyaPenemuan jasad ayah dan anak yang telah membusuk di rumahnya, Jalan Balai Rakyat V, Kelurahan Tugu Selatan, Koja, Jakarta Utara membuat geger warga.
Baca SelengkapnyaArif menceritakan bahwa dirinya orang tidak punya (miskin), tinggal di kilometer 68, Sukawijaya, Kabupaten Muaro Jambi.
Baca Selengkapnya