Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Tak pantas jenderal TNI maki warga sampai bilang setan

Tak pantas jenderal TNI maki warga sampai bilang setan Ilustrasi TNI. ©2014 Merdeka.com

Merdeka.com - Amarah Pangdam I Bukit Barisan Mayjen Edy Rahmayadi tidak dapat terbendung. Kemarahannya mencuat saat menghadapi penggarap lahan yang melakukan unjuk rasa di depan DPRD Sumatera Utara.

Mayjen Edy bahkan sempat memanggil salah satu penggarap lahan dengan kata setan. Padahal warga menuntut tanah mereka yang diduduki oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Sosiolog Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Musni Umar menilai, sikap kasar seperti itu tidak boleh ditunjukan TNI. Sebab, saat ini masyarakat tengah menikmati demokrasi, setelah era orde baru runtuh.

"Menurut saya mungkin sejatinya tidak boleh seperti itu. Kalau di masa lalu bisa seperti itu, karena memang demokrasi belum jalan tetapi sekarang sudah tidak cocok," ujarnya saat dihubungi merdeka.com, Senin (20/4).

Saat ini, Musni menjelaskan, kedaulatan rakyat telah dilindungi langsung oleh undang-undang. Sehingga rakyat bebas menyampaikan pendapatnya kepada pemerintah. Bahkan dia menilai, rakyat boleh memprotes kebijakan yang berseberangan dengan kepentingan bersama.

"Rakyat boleh protes yang berbeda dengan pemerintah, polisi, anggota dewan dan TNI. Terutama kalau mereka diperlakukan tidak adil," jelasnya.

Lalu solusi yang dapat digunakan adalah berdiskusi atau musyawarah. Namun, dalam kesempatan tersebut, baik rakyat, pemerintah, polisi dan TNI harus duduk dalam posisi yang sama atau tidak membawa posisi mereka.

Dengan cara tersebut, Musni meyakini dapat ditemukan solusi jalan tengah atas sebuah permasalahan. Karena yang terpenting, bagi rakyat adalah keluhan mereka didengarkan dan mendapatkan respon nyata.

"Harus ada kompromi dan dialog, saling menyampaikan pandangan untuk menemukan yang terbaik. Rakyat suaranya harus didengarkan, saya yakin mereka nggak akan macam-macam," tutupnya.

Sebelumnya, seperti dilansir Metro TV, Jumat (17/4), dalam rekaman tersebut tampak Mayjen Edy Rahmayadi mencengkram baju dua pengunjuk rasa. Kepada salah satu dari pengunjuk rasa, dia melontarkan kata 'setan'.

"Kamu warga mana?" tanya Mayjen Edy Rahmayadi.

"Warga Ramunia," jawab salah seorang pengunjuk rasa.

"Rumahmu di mana? Turunkan tanganmu (posisi sedang bersedekap), setan," kata Mayjen Edy Rahmayadi.

Kepada pengunjuk rasa, Mayjen Edy Rahmayadi yang didampingi Gubernur Sumatera Utara Gatot Pujo Nugroho, Kapolda Irjen Eko Hadi Sutedjo dan Wali Kota Medan Dzulmi Eldin meminta pengunjuk rasa untuk menyerahkan surat tanah sebagai bukti kepemilikan lahan yang mereka perjuangkan di Desa Ramunia.

Mayjen Edy mengaku siap memberikan tanah TNI tersebut jika warga bisa menunjukkan surat-surat bukti kepemilikan lahan.

"Eh dengarkan yah, TNI tidak pernah mengambil tanah rakyat, betul? Tunjukkan dokumen bapak-bapak sekalian. Yang punya, saya tanda tangani saya serahkan," perintahnya kepada pengunjuk rasa.

Dalam unjuk rasa tersebut, penggarap lahan mengklaim 700 hektar lahan di Ramunia milik mereka. Video kemarahan Mayjen Edy Rahmayadi tersebut kemudian menjadi viral di situs berbagi video YouTube.

(mdk/eko)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP