Tak punya biaya renovasi, keluarga ini tinggal di rumah nyaris roboh
Merdeka.com - Mungkin kita ingat salah satu wahana di dunia fantasi yakni rumah miring. Bangunan tersebut juga ditemukan di Kabupaten Serang, Banten. Namun rumah miring di salah satu provinsi yang tak jauh dari ibu kota ini bukan wahana permainan, tetapi salah satu rumah warga yang nyaris ambruk.
Pasangan suami istri Mashuri dan Marwati serta dua anaknya, tinggal di rumahnya yang sudah miring nyaris ambruk di Desa Puyuh Koneng, Kecamatan Lebak Wangi, Kabupaten Serang. Satu keluarga ini terpaksa tinggal di rumah yang dapat membahayakan dirinya, mereka tidak dapat berbuat banyak karena keterbatasan ekonomi.
Berdasarkan pantauan, kondisi rumah hanya terbuat dari kayu dan bilik telah ditinggalinya bersama keluarga selama bertahun-tahun. Beberapa kayu penyangga terlihat lapuk dimakan usia, begitu juga bilik bambu di dinding yang sudah mulai keropos. Jika dilihat dari luar, rumah Mashuri terlihat miring dan nyaris roboh.
-
Siapa yang tinggal di rumah nyaris roboh? Sang pemilik, Abun (63), tak bisa berbuat banyak lantaran hidup di bawah garis kemiskinan.
-
Siapa yang tinggal di rumah tak layak huni? Sudah 15 tahun terakhir, ia tinggal di bangunan tak layak itu bersama suami dan seorang anaknya.
-
Mengapa keluarga Muhanah kesulitan memperbaiki rumahnya? Karena ekonomi yang sulit, ia bersama suami tak bisa berbuat banyak dan menanti uluran tangan pihak terkait.
-
Apa kondisi rumah keluarga Muhanah? Agar tetap berdiri, rumah ini bahkan sampai harus disangga tiang kayu karena hampir roboh.
-
Dimana keluarga ini tinggal? Rumah yang ia tempati merupakan warisan orang tuanya. Jalan berliku harus dilalui untuk sampai di rumah Kasimin. Perjalanan kemudian harus dilanjutkan dengan berjalan kaki menuruni tebing.
-
Kenapa rumah pasangan lansia terlihat terisolir? Bukan hanya bagian depan atau belakang rumah, bangunan apik tersebut diketahui dikelilingi area persawahan. Tak nampak jalan raya atau sekadar setapak penghubung dari rumah ke area sawah. Sehingga, rumah tersebut seolah terisolir.
Dikatakan Marwati Istri mashuri, dia terpaksa tinggal di rumah seperti gubug karena rumah yang sebelumnya juga menggunakan kayu dan bilik sudah ambruk. Karena faktor ekonomi dia pun hanya mampu membangun kembali rumah dengan kondisi apa adanya.
"Sudah lima tahun tinggal di sini, kalau miring itu juga sama sudah lima tahun. Rumah yang sebelumnya juga kaya gini tapi ambruk juga," kata Marwati.
Marwati mengaku tidak memiliki biaya untuk membangun rumah karena sang suami Mashuri hanya kerja serabutan, dan pendapatannya pun belum cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
"Belum pernah dapat bantuan. Ya suami paling dapat Rp 50 ribu, cukup buat beli beras dan jajan anak," ungkapnya.
Pasangan suami istri dengan dua anak ini mengatakan bila turun hujan dia dan anak-anaknya terpaksa berada di dalam rumah dengan kondisi becek. Karena rumah yang dihuninya beralaskan tanan dan atapnya bocor bila diguyur hujan.
"Ya kalau hujan banjir mah kena, becek ini di dalam semuanya, apalagi bocor," lanjutnya.
Marwati dan keluarga hingga saat ini hanya bisa berdoa dan menunggu bantuan agar rumahnya yang nyaris ambruk dapat dibangun.
"Cuma bisa berdoa saja (dapat bantuan), tadinya ingin kerja tapi gimana anak saya enggak ada yang jaga. Yang kecil umur lima tahun, yang gede dua belas tahun," katanya. (mdk/cob)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sudah 15 tahun terakhir, ia tinggal di bangunan tak layak itu bersama suami dan seorang anaknya.
Baca SelengkapnyaYadi dan Onih jadi salah satu warga Kota Sukabumi yang hidup dalam garis kemiskinan dan membutuhkan bantuan.
Baca SelengkapnyaKakek Sanusi kini hanya mengandalkan pemberian tetangga untuk sekedar makan dan bertahan hidup.
Baca SelengkapnyaKondisi rumah Idris rapuh. Atapnya terbuat dari daun rumbia yang hampir hancur, dinding anyaman bambunya juga berlubang dan penuh rongga. Ia butuh bantuan.
Baca SelengkapnyaSaat musim hujan tiba, kampung itu benar-benar terisolir karena jalan ke sana terhalang aliran air sungai yang deras
Baca SelengkapnyaSetiap hari, sang istri mengasuh anaknya sambil bersabar menunggu suami pulang berburu ke hutan untuk makan sore ini.
Baca SelengkapnyaTerjangan banjir bandang telah meluluhlantakkan rumah-rumah warga di Ganting, Pesisir Selatan, Sumatera Barat.
Baca SelengkapnyaRumah yang roboh berada di Desa Sindangsari, Kecamatan Cimerak, Pangandaran.
Baca SelengkapnyaMenurut Samid, belasan tempat tinggal dan rumah kontrakan milik warganya itu rusak parah karena dampak dari pembangunan Tol Japek 2.
Baca SelengkapnyaPotret kehidupan masyarakat di desa pedalaman di Cianjur, Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaJalan setapak, bangunan sekolah sampai lapangan bola kini berubah menjadi lautan.
Baca SelengkapnyaKondisi ini sudah dialami warga selama sebulan terakhir.
Baca Selengkapnya