Takut tak bahagia, penyebab orang tua suka jodohkan anaknya
Merdeka.com - Di era modern ini masih ada orangtua yang menjodohkan anaknya dengan pilihan yang memang sesuai dengan kriteria yang menurutnya pas. Tak sedikit orangtua yang mendesak dan menyodori satu sampai lebih dari empat kandidat calon untuk anaknya dengan cara mencarikan jodoh yang ideal menurut mereka.
Menurut psikolog pendidikan anak dan remaja, Tania Jessica memang masih ada orangtua menjodohkan anaknya dengan pasangan lantaran ketakutan anaknya mendapat pasangan yang tidak baik.
"Sebenarnya banyak alasan, pertama mungkin ada yang karena takut anaknya gak bahagia mendapat pasangan yang gak cocok menurut orangtuanya (misalnya pasangannya kurang mampu)," ucapnya ketika dihubungi merdeka.com, di Jakarta, Jumat (8/1).
-
Siapa yang di jodohkan? Di awal tahun 2020, Nella Kharisma terungkap menjalin hubungan dekat dengan Dory Harsa. Pertemuan mereka saat itu menggemparkan media sosial dan banyak orang langsung berusaha menjodohkan mereka.
-
Siapa yang dipilih di Pilkada? Pilkada adalah proses pemilihan demokratis untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah.
-
Siapa yang diusulkan untuk Pilkada? Dalam Pilkada 2005, calon kepala daerah diusulkan oleh partai politik atau gabungan beberapa partai politik.
-
Siapa saja yang dipilih dalam Pilkada? Pilkada memilih beberapa posisi penting yang mencakup: 1. Gubernur dan Wakil Gubernur, 2. Bupati dan Wakil Bupati, 3. Wali Kota dan Wakil Wali Kota.
-
Bagaimana anak ke-6 mencari pasangan? Anak keenam mungkin merasa sulit untuk menonjol dan menunjukkan identitas unik mereka dalam keluarga besar. Hal ini bisa berdampak pada bagaimana mereka mempresentasikan diri kepada calon pasangan, terutama jika mereka merasa perlu untuk bersaing dengan saudara-saudaranya dalam hal pencapaian atau kepribadian.
-
Kenapa anak kedua dan ketiga dianggap jodoh ideal? Mereka diyakini dibawa oleh takdir sebagai pasangan yang sempurna satu sama lain. Konsep ini mungkin berasal dari gagasan bahwa anak kedua adalah 'lusi' atau keluarga yang mengatur, sedangkan anak ketiga adalah 'bebek' atau keluarga yang mengikuti. Kedua peran ini dianggap harmonis dan mampu menciptakan keseimbangan dalam pernikahan.
Tak hanya itu, menurutnya orangtua juga tak ingin memiliki mertua yang tidak sayang dengan anaknya. "Orangtua juga berpikir gimana kalau besannya gak baik sama anaknya, jadi orangtua juga memikirkan itu," jelas Tania.
"Jadi orangtua merasa lebih baik kalau dia yang memilihkan jodoh buat anaknya yang baik menurut orangtua," tambahnya.
Namun, menurut Tania orangtua pun tak bisa memaksakan kehendak anaknya yang tidak mau memilih pilihan orangtua. Tania menuturkan anak pun harus menjelaskan kepada orangtua mengapa dia tidak ingin dijodohkan dan harus memperlihatkan kepada orangtua bahwa pasangan yang pilih adalah yang terbaik untuk bersamanya.
Kemudian, jika orangtua memang mendesak anaknya agar bisa memilih jodoh yang disodorkan menurut Tania, pihak anakpun harus menerima dengan cara yang halus.
"Kalaupun orangtua tetap mau jodohin ya anaknya coba jalanin pertemanan aja dulu sama orang tersebut.Kalo anaknya udah benar-benar memang gak 'sreg' sama pilihan ortunya, bilang ke orangtua kalau dia udah coba untuk mencintai orang pilihan orangtua tapi tetap gak bisa," ungkapnya.
Senada dengan Tania, Psikolog Anak, Anna Surto Ariani pun mengatakan beberapa orangtua khawatir tidak sesuai dengan kriteria orangtua. "Beberapa orangtua menjodohkan anak zaman sekarang karena sangat ingin anak mendapat pasangan yang sesuai kriteria orangtua," ucap Anna.
Lanjut Anna, orangtua zaman sekarang pun sering beranggapan bahwa anaknya terlalu pemilih dan terlalu sibuk. "Orangtua sering melihat si anak terlalu sibuk bekerja sampai-sampai lupa dengan jodohnya, jadi mungkin hal itu yang membuat orangtua menjodohkan anaknya dengan pilihannya," beber Anna.
Namun, menurut Anna pihak orangtua juga perlu memberikan kebebasan anaknya untuk memilih pasangannya sendiri karena sebuah pernikahan yang menjalankan adalah orangtua.
"Walaupun demikian orangtua tetap perlu menyadari bahwa yang menjalani pernikahan adalah anaknya sehingga perlu waktu untuk mengenal calon pasangan dan memilihnya," tandas Anna. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Overparenting atau terlalu mengendalikan anak bisa dikenali tandanya melalui berbagai hal.
Baca SelengkapnyaHubungan orang tua dan anak dapat menjadi renggang dan menjauh karena beberapa alasan.
Baca SelengkapnyaBagi sebagian orang, ada kekhawatiran ketika anak terakhir menikah dengan anak terakhir.
Baca SelengkapnyaMitos pernikahan anak terakhir dengan anak terakhir menurut adat Jawa disebut akan bawa malapetaka.
Baca SelengkapnyaMitos seputar anak pertama dan anak ketiga sering kali menciptakan stereotip dan harapan tertentu terhadap kepribadian dan peran mereka dalam keluarga.
Baca SelengkapnyaSyaikhu menyindir terkait adanya pemimpin yang mendorong suami agar istri menggugat cerai.
Baca Selengkapnya