Tan Malaka, idealisme tanpa kompromi sang bapak bangsa
Merdeka.com - Jelang Pemilu 2014 konstalasi politik Tanah Air mulai memanas. Masing-masing partai dan elite politik mulai melancarkan manuvernya untuk meraih kursi kekuasaan di negeri yang katanya kaya raya akan sumber daya alam ini.
Tak jarang intrik buruk, saling serang antar-mereka dilakukan. Politik saling ungkap keburukan pun terjadi. Tujuannya satu, untuk menjatuhkan lawan di mata rakyat sehingga memiliki citra negatif dan tidak dipilih rakyat di 2014.
Bermodal kata 'demi rakyat' di media, kampanye dan mimbar bebas di tengah publik, para politikus itu menebar janji politik kepada rakyat. Dari kemiskinan, pengangguran, pendidikan dan segudang persoalan lainnya dijanjikan mereka akan diberantas. Semua itu hanya untuk menempati empuknya kursi kekuasaan.
-
Bagaimana Tan Malaka berpendapat tentang Revolusi Indonesia? 'Revolusi Indonesia sebagian kecil menentang sisa-sisa feodalisme dan sebagian yang terbesar menentang imperialisme Barat yang lalim ditambah lagi oleh dorongan kebencian bangsa Timur terhadap bangsa Barat yang menggencet dan menghinakan mereka'.
-
Apa yang Tan Malaka pikirkan tentang revolusi? 'Revolusi timbul dengan sendirinya sebagai hasil dari berbagai keadaan'.
-
Dimana Tan Malaka lahir? Lahir di Pandam Gadang, Gunung Omeh, Limapuluh Kota, Provinsi Sumatera Barat, ia merupakan tokoh pertama penggagas wacana Republik Indonesia.
-
Mengapa Tan Malaka menganggap penting pendidikan? 'Bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali.' Tan Malaka
-
Kenapa Tan Malaka menekankan pentingnya pendidikan? 'Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan, serta memperhalus perasaan.'
-
Siapa yang membantu Soekarno menulis naskah proklamasi? Soekarno, Moh. Hatta, dan Ahmad Soebardjo telah menyusun draf naskah proklamasi yang nantinya akan diketik dengan rapi oleh Sayuti Melik.
Namun, ketika berkuasa, kemiskinan, anak putus sekolah, pengangguran tetap tak terselesaikan. Rakyat masih ada yang kelaparan, hingga makan nasi aking. Bahkan sampai-sampai aset negara pun tergadai dijual ke asing.
Sementara para pejabat yang dipilih banyak yang ditangkap KPK karena terlibat korupsi. Miris, itulah kondisi Indonesia. Para pejabat di negeri ini seakan tak pernah belajar dari para pejuang dahulu yang dengan susah payah memerdekakan negeri ini.
Dulu kita pernah memiliki seorang Bapak Bangsa yang memiliki idealisme tanpa kompromi demi Indonesia. Idealisme tak bisa dibeli atau ditukar dengan apapun. Dia adalah Ibrahim Sutan Datuk Tan Malaka atau yang akrab dipanggil Tan Malaka .
Pria kelahiran Pandang Gadang, Suliki, Sumatera Barat, 2 Juni 1897 itu lah yang pertama kali menulis konsep kemerdekaan Indonesia lewat bukunya 'Naar de Republiek Indonesia' (Menuju Indonesia Merdeka) pada 1925. Setelah itu baru Hatta menulis 'Indonesia Vrije' (Indonesia Merdeka) sebagai pledoi di depan pengadilan Den Haag pada 1928, kemudian Soekarno menulis 'Menuju Indonesia Merdeka' pada 1933
Buku itu kemudian dilarang beredar, dimiliki dan dibaca oleh pihak kolonial. Buku Tan Malaka itu lah yang kemudian menginspirasi para pemuda untuk segera memerdekakan Republik. Bahkan, Soekarno pun menjadikan buku itu sebagai bacaan wajibnya kala itu.
Atas hal itu, Muhammad Yamin menjuluki Tan Malaka sebagai 'Bapak Republik Indonesia'. Sementara, Soekarno menjulukinya sebagai 'orang yang mahir dalam revolusi.' Tan Malaka adalah seorang yang telah melukiskan revolusi Indonesia dengan bergelora.
Pria yang kenyang keluar masuk penjara di luar negeri dan pulau Jawa karena pemikirannya itu tak pernah lelah berusaha melepaskan Indonesia dari kolonialisme Belanda dan Jepang saat itu. Baginya Indonesia harus menjadi negara yang merdeka, mandiri. Namun, hal itu harus direbut bukan atas pemberian. Hal itu di kemudian hari yang membuat Tan Malaka bersilang pendapat dengan Soekarno dan Hatta.
Tan Malaka kecewa karena Soekarno-Hatta yang kala itu dikenal sebagai motor gerakan kemerdekaan Indonesia lebih memilih jalan 'damai' dan bernegosiasi dengan Belanda dan Jepang. Bagi Tan Malaka kemerdekaan harus direbut bukan diberikan. Menurutnya, kaum pribumi adalah pemilik dari Tanah Airnya. Jadi tak pantas jika harus menghamba kepada pihak kolonial untuk meminta kemerdekaan. Perundingan baru bisa dilakukan setelah kemerdekaan di raih.
Tan Malaka adalah sosok yang seakan dilupakan oleh bangsanya sendiri. Di era rezim Soekarno , Tan Malaka dimusuhi. Bahkan pada Kabinet Sjahrir Tan Malaka dipenjarakan hingga 2,5 tahun tanpa pengadilan.
Di era Soeharto, semua yang menyangkut Tan Malaka seakan dihilangkan. Hal itu dikarenakan ideologi komunis yang dianut Tan Malaka saat itu menjadi musuh rezim Soeharto. Padahal, walaupun Tan Malaka adalah seorang komunis, dia adalah seorang yang nasionalis dan beragama. Hal ini terbukti dari sejumlah pemikirannya. Tan Malaka yang sejak muda itu sudah hapal Alquran itu bahkan pernah berucap "Di depan Tuhan saya adalah seorang muslim."
Tan Malaka adalah putra bangsa yang cerdas dan memiliki idealisme. Dia tak mau bangsanya diinjak-injak negara lain dan meminta-minta kepada penjajah untuk kemerdekaan yang merupakan hak alami Tanah Airnya. Tan Malaka tak gila publikasi dan popularitas seperti politikus saat ini. Meski hasil karya pemikirannya banyak dijadikan rujukan dan inspirasi banyak orang di eranya, tak banyak orang yang mengenal rupa dan bagaimana wujud dari seorang Tan Malaka .
Untuk mencukupi kebutuhan hidupnya kala itu, Tan Malaka bekerja dari menjadi guru matematika, bahasa Inggris hingga tukang jahit. Padahal jika dia bermental 'penjahat' dan memiliki idealisme palsu, tak sulit untuk mendapat pundi kekayaan saat itu lewat bekerja sama dengan pihak kolonial. Namun hal itu tidak dilakukannya. Baginya perjuangan kemerdekaan Indonesia menjadi nomor satu. Membebaskan rakyat dan kaum proletariat dari penindasan kolonial adalah iman utama.
Sungguh sosok yang sangat pantas dijadikan teladan bagi para elite dan politikus Tanah Air saat ini.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tan Malaka adalah seorang tokoh sejarah yang memainkan peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Baca SelengkapnyaBanyak kata-kata inspiratif dari tokoh nasional yang bisa memupuk rasa nasionalisme.
Baca SelengkapnyaLantas, apa saja kata-kata bijak dari tokoh Sumpah Pemuda dan para pahlawan tersebut?
Baca SelengkapnyaKata-kata Soekarno tentang kemerdekaan tak bisa dilepaskan dari perjuangan bangsa dalam meraih kebebasan atas penjajah.
Baca SelengkapnyaKata-kata pahlawan nasional tentang pendidikan bisa dijadikan inspirasi dalam kehidupan sehari-hari.
Baca SelengkapnyaMerdeka.com merangkum informasi tentang kata-kata bijak Soekarno tentang perjuangan yang perlu Anda ketahui.
Baca SelengkapnyaMohammad Hatta adalah pahlawan nasional yang dikenal cerdas, jujur, dan bijaksana.
Baca SelengkapnyaKata-kata mutiara dari para pahlawan ini menjadi inspirasi dan penyemangat bagi generasi muda untuk terus mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif.
Baca SelengkapnyaTjokroaminoto dikenal sebagai Ksatria Piningit oleh para pribumi karena melakukan kebaikan bagi orang banyak
Baca SelengkapnyaSumatera Barat bagi Mahfud bukan hanya sekadar penyumbang orang atau tokoh, tetapi juga sebagai daerah tempat meramu ideologi yang lahir di negara ini.
Baca SelengkapnyaBerikut kumpulan kata-kata bijak Kemerdekaan 17 Agustus 2024 yang kobarkan semangat perjuangan dan nasionalisme.
Baca SelengkapnyaMelanchton Siregar resmi menerima gelar Kolonel Tituler pada tahun 1947.
Baca Selengkapnya