Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Tanah Desa Watuagung amat labil, pemerintah didesak pindahkan warga

Tanah Desa Watuagung amat labil, pemerintah didesak pindahkan warga Relokasi permukiman korban banjir di Banyumas. ©2016 Merdeka.com/Chandra Iswinarno

Merdeka.com - Sebelas hari pascabanjir terjadi di sejumlah wilayah Jawa Tengah, seperti di Desa Watuagung, Kecamatan Tambak, Jawa Tengah, diyakini masih menyisakan kerawanan. Hasil penelitian dan pantauan wilayah longsor dilakukan Geolog Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Fadlin, merekomendasikan pemerintah segera melakukan relokasi.

"Setelah meneliti di lokasi longsor, saya yakin pilihan yang tepat untuk daerah tersebut adalah pilihan relokasi," kata Geolog Unsoed, Fadlin, Rabu (29/6).

Ia mengemukakan, pilihan tersebut berdasar beberapa faktor yang ditelitinya di lokasi longsoran. Dari perspektif geologi, Fadlin mengemukakan morfologi wilayahnya memiliki lereng yang curam. Dari segi bebatuan, terjadi ubahan secara hidrotermal maupun pelapukan permukaan yang menghasilkan tanah lempung.

"Kondisi tersebut memiliki fungsi sebagai bidang gelincir. Ditambah dengan faktor struktur geologi seperti kekar maupun rekahan yang cukup intensif di lokasi, dan akan mengganggu kestabilan tanah di wilayah tersebut," jelasnya.

Dari semua yang disebutkannya, Fadlin berkeyakinan menjadi faktor itu memperlancar terjadinya longsoran. "Saat ini hanya menunggu pemicu baik berupa iklim (curah hujan) maupun faktor pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya," katanya.

Fadlin melanjutkan, jika satu zona itu dikatakan memiliki level yang sangat rawan, itu berati kontrol geologi cukup kompleks. Terkadang dengan intensitas hujan ringan pun dapat terjadi gerakan tanah.

"Sehingga, kita tidak bisa memastikan hanya intensitas hujan tinggi saja yang menjadi pengontrol. Sekali lagi saya lebih sepakat relokasi ke daerah yang relatif aman," tegasnya.

Prakirawan Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Cilacap, Teguh Wardoyo mengatakan, masih terjadi potensi hujan di wilayah selatan pulau Jawa. "Tren cuaca masih ada potensi hujan sampai dengan lebaran," jelasnya.

Koordinator relawan Tambak Crisis Center (TCC), Aris Andrianto mengatakan, bahaya longsor di kawasan Tambak masih belum berakhir. "Dari pantauan dan pemetaan di Grumbul Plandi, selama sepekan terakhir, terdata masih ada 14 titik yang rawan longsor," katanya.

Ia mencontohkan, di Grumbul Plandi yang berada di ujung Desa Watuagung, menjadi salah satu yang berpotensi terjadinya longsor. Ia menjelaskan, Grumbul Plandi berada di lembah yang dikelilingi perbukitan Mahameru. Bentuknya seperti tapal kuda di mana Grumbul Plandi berada di tengahnya.

Pada sisi tenggara, jelas Aris, ada longsoran besar yang menerjang grumbul dan masih berpotensi longsor kembali. Sedangkan di barat laut, ada tujuh titik di puncak bukit yang sudah longsor. Sedangkan di sisi utara, tanah bergerak seluas lima hektare.

"Kami memang memprioritaskan pemetaan Grumbul Plandi, sebab jika Plandi longsor, lumpur dan air akan masuk ke Sungai Tambak dan menerjang hingga daerah bawah," katanya.

Ia berharap pemerintah, khususnya BPBD Banyumas, tidak hanya berorientasi pada pemulihan akses jalan dan transportasi. Menurut dia, dampak lain ke depan juga harus diperhatikan oleh pemerintah. "Pemerintah harus melakukan penanganan berbasis kawasan," ujarnya.

Aris menambahkan, BPBD selama ini hanya berorientasi pada korban tapi bukan pada konteks bencana secara luas. Termasuk respon isu soal ibu hamil di Grumbul Plandi.

"Bukannya membawa dokter spesialis kandungan, tapi malah merespon isu tentang HPL ibu hamil. Seharusnya, intensif melakukan pendampingan terhadap ibu hamil apalagi ini di daerah bencana, bukan malah reaktif terhadap isu," katanya. (mdk/ary)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Bakal Dibangun Bendungan, Sekolah dan Deretan Rumah Penduduk Ini Kosong Sampai Terbengkalai
Bakal Dibangun Bendungan, Sekolah dan Deretan Rumah Penduduk Ini Kosong Sampai Terbengkalai

Bangunan sekolah hingga deretan rumah-rumah warga kini terpaksa kosong hingga mulai termakan usia.

Baca Selengkapnya
Kisah Desa di Pesisir Karawang Hampir Hilang Ditelan Abrasi, Warga Pilih Tetap Bertahan
Kisah Desa di Pesisir Karawang Hampir Hilang Ditelan Abrasi, Warga Pilih Tetap Bertahan

Jalan setapak, bangunan sekolah sampai lapangan bola kini berubah menjadi lautan.

Baca Selengkapnya
Desa di Kalsel Ini Dulunya Jadi Tujuan Transmigrasi Era Soeharto, Kini Hilang karena Pembangunan Tambang Batu Bara
Desa di Kalsel Ini Dulunya Jadi Tujuan Transmigrasi Era Soeharto, Kini Hilang karena Pembangunan Tambang Batu Bara

Nantinya tempat itu akan jadi area tambang karena di dalam tanah desa itu terkandung batu bara.

Baca Selengkapnya
Menyusuri Cerita Pilu Desa di Pantura yang Nyaris Tenggelam
Menyusuri Cerita Pilu Desa di Pantura yang Nyaris Tenggelam

Tidak ada lagi jalan setapak menuju desa. Semua tenggelam dalam rob.

Baca Selengkapnya
Keluarga di Temanggung Ini Nekat Tinggal Sendiri di Kampung Mati, Dikelilingi Rumah-Rumah Kosong Terbengkalai
Keluarga di Temanggung Ini Nekat Tinggal Sendiri di Kampung Mati, Dikelilingi Rumah-Rumah Kosong Terbengkalai

Akses menuju kampung itu cukup sulit. Pengunjung harus berjalan kaki menyusuri jalan tanah yang terjal dan berbatu.

Baca Selengkapnya
FOTO: Potret Pilu Rumah-Rumah di Demak Terdampak Abrasi, Saksi Bisu Bahaya Perubahan Iklim
FOTO: Potret Pilu Rumah-Rumah di Demak Terdampak Abrasi, Saksi Bisu Bahaya Perubahan Iklim

Perubahan iklim telah membuat Dusun Rejosari Senik, yang dahulu dihuni 225 kepala keluarga (KK), kini ditinggalkan penduduknya.

Baca Selengkapnya
Menengok 'Kota Mati' di Depok, Berbulan-bulan Terisolir Dibuat Banjir
Menengok 'Kota Mati' di Depok, Berbulan-bulan Terisolir Dibuat Banjir

Banjir berasal dari luapan air Kali Pesanggarahan. Ini disebabkan tumpukan sampah di TPA Cipayung yang longsor ke kali.

Baca Selengkapnya
Melihat Desa Sukamulya di Garut yang Alami Pergerakan Tanah Sejak Maret, Retakan Memanjang dengan Kedalaman 12 Meter
Melihat Desa Sukamulya di Garut yang Alami Pergerakan Tanah Sejak Maret, Retakan Memanjang dengan Kedalaman 12 Meter

Retakan tampak membentang sejauh sejauh 480 meter dengan kedalaman mencapai 12 meter.

Baca Selengkapnya
Kisah Kampung Mati Simonet Pekalongan, Ditinggalkan Penduduknya Karena Banjir Rob
Kisah Kampung Mati Simonet Pekalongan, Ditinggalkan Penduduknya Karena Banjir Rob

Dulu Dusun Simonet merupakan kampung yang ramai. Tapi kini tak ada satupun warga yanga bermukim di sana.

Baca Selengkapnya
Protes Ada Tambang Pasir, Warga Sekampung di Lumajang Cor Jalan
Protes Ada Tambang Pasir, Warga Sekampung di Lumajang Cor Jalan

Budi, salah seorang warga mengaku resah dan khawatir jika ada aktivitas tambang pasir

Baca Selengkapnya
Potret Permukiman Terbengkalai Puluhan Tahun di Tengah Kota Jakarta, Sunyi Tanpa Kehidupan Bak Kampung Mati
Potret Permukiman Terbengkalai Puluhan Tahun di Tengah Kota Jakarta, Sunyi Tanpa Kehidupan Bak Kampung Mati

Dari penelusuran yang dilakukan, permukiman ini ditinggalkan penduduknya karena terlalu sering terkena banjir besar.

Baca Selengkapnya
Aksi Emak-Emak di Lebak Tanam Padi di Tengah Jalan, Protes Jalan Rusak Kerap Jadi Penyebab Kecelakaan
Aksi Emak-Emak di Lebak Tanam Padi di Tengah Jalan, Protes Jalan Rusak Kerap Jadi Penyebab Kecelakaan

Pengendara yang lewat kerap tergelincir karena jalan menjadi kubangan lumpur. Anak-anak sekolah pun terpaksa melepas sepatu saat melintas.

Baca Selengkapnya