Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Tanggapan Ahli soal Survei Warga Pilih Vaksin Merah Putih Dibanding Nusantara

Tanggapan Ahli soal Survei Warga Pilih Vaksin Merah Putih Dibanding Nusantara Ilustrasi Vaksin Covid-19. ©2021 REUTERS/Dado Ruvic/File Photo

Merdeka.com - Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI), Hindra Irawan Satari menanggapi temuan survei bahwa masyarakat lebih bersedia menerima vaksin merah putih ketimbang vaksin nusantara jika kedua vaksin tersebut telah tersedia. Menurutnya, vaksin merah putih tidak bisa dibandingkan dengan vaksin nusantara.

Sebab, kedua vaksin menggunakan platform berbeda. Vaksin merah putih buatan Universitas Airlangga menggunakan inactivated virus, vaksin merah putih yang dikembangkan LBM Eijkman memakai platform protein rekombinan. Sedangkan vaksin nusantara menggunakan platform sel dendritik.

"Tidak bisa dibandingkan karena platformnya berbeda," kata Hindra kepada merdeka.com, Senin (27/9).

Selain itu, pengembangan vaksin merah putih dan nusantara berada pada fase yang berbeda. Vaksin merah putih Universitas Airlangga sudah lolos uji klinik fase 1, sementara vaksin nusantara belum.

Anggota Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional dari Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) ini menegaskan, penelitian vaksin nusantara masih berada pada fase 1. Vaksin nusantara belum menunjukkan keamanan dan efikasinya. Dia juga menyinggung hasil evaluasi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bahwa penelitian vaksin nusantara tahap 1 memerlukan perbaikan.

"Apabila sudah dilakukan perbaikan uji klinik fase 1, laporkan lagi ke BPOM untuk dikaji bersama para ahli untuk melanjuktan ke fase 2. Tidak ada penelitian vaksin yang mulus langsung, pasti dipenuhi dengan berbagai kegagalan sampai tercapainya keberhasilan," ujarnya.

Menurut Hindra, evaluasi BPOM bukan untuk menghalangi pengembangan vaksin nusantara. Justru sebaliknya, evaluasi BPOM memberikan semangat untuk menyempurnakan uji klinik fase 1 vaksin nusantara.

"Asupan untuk uji klinik fase 1 itu bukan untuk menghalangi, namun disertai semangat untuk menyempurnakan agar masyarakat tidak dikorbankan mengikuti penelitian yang tidak sesuai dengan kaidah ilmu kedokteran," jelasnya.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi mengungkapkan masyarakat lebih bersedia menerima vaksin merah putih ketimbang vaksin nusantara. Temuan ini berdasarkan hasil survei pada 17 sampai 21 September 2021.

Hasil survei menunjukkan, 61,1 persen masyarakat bersedia menerima vaksin merah putih. Sementara masyarakat yang bersedia menerima vaksin nusantara hanya 58,4 persen.

"Tingkat kebersediaan menerima vaksin merah putih kalau sudah siap sedikit lebih tinggi dibandingkan mereka yang bersedia divaksin nusantara," ujarnya, Minggu (26/9).

Tercatat ada 22,5 persen masyarakat yang tidak bersedia menerima vaksin merah putih. Angkanya sedikit lebih rendah dibanding masyarakat yang tidak bersedia menerima vaksin nusantara sebesar 23,6 persen.

Survei ini dilakukan kepada 1.200 responden. Responden dipilih secara acak dari kumpulan sampel acak survei tatap muka langsung yang dilakukan pada Maret 2018 hingga Juni 2021.

Dari 1.200 responden, margin of error sekitar kurang lebih 2,9 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen. Sampel berasal dari seluruh provinsi. Survei menggunakan telepon. (mdk/rhm)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP