Tanggapan Kemenkes Soal 20 Persen Warga Tolak Vaksinasi Covid-19
Merdeka.com - Berdasarkan hasil survei secara online yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) terkait kepercayaan masyarakat terhadap program vaksinasi Covid-19, masih ada 20 persen warga tak mau divaksinasi. Keengganan masyarakat untuk menerima vaksin Covid-19 pun memiliki beragam alasan, mulai dari takut akan efek sampingnya dan tak percaya dengan efektivitas vaksin tersebut.
Merespon data tersebut, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes sekaligus Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung, dr Siti Nadia Tarmizi memandang adanya keraguan masyarakat untuk menerima vaksin dampak dari tersebarnya informasi yang tidak benar.
"Iya ini masyarakat yang masih ragu-ragu yaa karena mungkin juga banyak berita atau informasi yang tidak benar atau hoaks," kata Nadia saat dihubungi merdeka.com, Senin (2/8).
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
-
Mengapa vaksin kanker penting bagi masyarakat? Putin menggambarkan pencapaian ini sebagai langkah penting menuju terobosan medis yang bisa membawa manfaat besar bagi masyarakat.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Kenapa vaksin dalam negeri penting? Hal ini disampaikannya saat meresmikan fasilitas produksi vaksin PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia di Kabupaten Bogor, pada Rabu (11/9). Menkes Budi menekankan bahwa pengalaman sukses dalam mengembangkan Vaksin Merah Putih menunjukkan betapa krusialnya memiliki berbagai jenis vaksin untuk memastikan keamanan kesehatan masyarakat.
-
Siapa yang direkomendasikan untuk melakukan imunisasi? Selain itu, ibu hamil juga diingatkan untuk menjauh dari pasien cacar, karena infeksi ini dapat membahayakan janin yang ada dalam kandungan jika mereka terjangkit.
-
Siapa yang terlibat dalam produksi vaksin dalam negeri? Salah satu proyek unggulannya adalah pengembangan Vaksin Merah Putih atau INAVAC yang bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair).
Walaupun begitu, Nadia tetap optimis untuk terus mengajak dan mengedukasi melalui tokoh-tokoh agama maupun masyarakat untuk mengikuti vaksinasi yang akan memberikan dorongan kepada masyarakat sekitarnya
"Upayanya tentunya terus edukasi yaa melalui tokoh-tokoh agama dan masyarakat kemudian juga kalau semakin banyak yang di vaksin akan mendorong yang tentunya saat in belum divaksin," ujarnya.
Sementara terkait keraguan atas efek samping vaksin Covid-19, Nadia menjelaskan bahwa vaksin tersebut yang diberikan kepada masyarakat aman dan bermanfaat untuk pencegahan penyebaran Covid-19.
Adapun, Nadia menanggapi jika ada informasi masyarakat yang meninggal dunia setelah divaksin hal tersebut belum terbukti, apakah disebabkan oleh vaksin atau tidak.
"Iya, tapi ini hanya beberapa kasus yang kurang dari 50 kasus diantara 68 juta dosis yg sudah kita suntikan. Artinya manfaat dan perlindungannya masih sangat besar," ucapnya.
Sementara terkait update vaksinasi, Nadia memastikan bahwa sampai saat ini masih cukup. Adapun bila terjadi kekurangan di beberapa daerah, karena pasokan yang terlambat pengirimannya.
"Cukup hanya, kemarin terlambat untuk distribusi. Karena pasokan dari bio farma yang terbatas," katanya.
Dihubungi secara terpisah, Dewan Pakar Ikatan Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra menyarankan kepada pemerintah lebih fokus mengajak para tokoh agama dan masyarakat lokal untuk mengikuti vaksin, ketimbang menggencarkan melalui influencer nasional.
"Cara pemerintah berkampanye kurang sistematis, seharusnya yang dilakukan itu menggunakan local influencer menggunakan tokoh agama, atau tokoh masyarakat terdekat. Karena rupanya cara kampanye kita itu masih sporadis dengan menggunakan influencer nasional tanpa secara sistematis melibatkan influencer lokal," bebernya.
Hermawan menilai penggunaan tokoh agama atau masyarakat lokal lebih efektif, karena kedekatan hubungan mereka kepada masyarakat yang terjalin lebih kuat. Sehingga hal itu juga bisa meluruskan bilamana ada informasi yang menyimpang.
"Karena para tokoh lokal itulah yang berikan pemahaman bahwa tidak benar orang meninggal karena vaksin. Boleh jadi, meninggal karena faktor lain, kalaupun meninggal boleh jadi karena bukan divaksinnya tetapi memang sebelum divaksin sudah alami (penyakit) pemberatan," ujarnya.
Oleh sebab itu, Hermawan menerangkan bahwa fungsi dari vaksin bukanlah sebagai obat dari Covid-19. Akan tetapi berguna untuk mencegah ataupun jika terpapar dampak yang diberikan lebih kecil, ketimbang belum menerima vaksin.
"Karena vaksin bukan obat, malah orang yang sudah bergejala atau terpapar malah mencari vaksin untuk menyembuhkan itulah yang harus jadi bagian edukasi yang disampaikan di tengah masyarakat," imbaunya
"Maka penting orang itu menyiapkan diri dengan baik ketika divaksin, karena vaksin itu untuk orang sehat bukan orang sakit. Nah kita itu harus jaga kesehatan, ketika vaksin, sehingga hasil yang maksimal," lanjutnya.
Hasil Survei BPS
Badan Pusat Statistik (BPS) menggelar survei online terkait kepercayaan masyarakat terhadap program vaksinasi Covid-19. Hasilnya, 20 persen warga tak mau divaksinasi.
"Itu alasannya karena khawatir dengan efek samping atau tidak percaya kepada efektivitas vaksin, itu mencapai 20 persen dari responden yang belum melakukan vaksin," kata Kepala BPS, Margo Yuwono dalam sesi teleconference, Senin (2/8).
Margo menjelaskan, dari 20 persen orang yang tak percaya vaksin tersebut, sekitar 15,8 persen di antaranya tak mau divaksinasi karena takut efek samping. Sementara 4,2 persen lainnya tidak mau karena tidak percaya efektivitas vaksin.
"Ini adalah khusus responden yang belum melakukan vaksin. Kalau ditanya alasan kenapa belum melakukan vaksin, itu sebanyak 20 persen khawatir karena efek samping dan juga tidak percaya pada efektivitas vaksin," ungkapnya.
Menurut catatan BPS, sebanyak 80 persen orang yang belum melakukan vaksin Covid-19 pun alasannya bermacam-macam. Sebanyak 32,5 persen beralasan belum bisa divaksin akibat faktor kesehatan, ibu hamil, hingga sarana dan akses jalan menuju tempat penyuntikan yang sulit.
Sementara 26,3 persen lainnya kini masih mencari lokasi yang menyediakan kuota vaksinasi. Kemudian 21,2 persen mengaku sudah terjadwal mendapati vaksin Covid-19, tapi belum waktunya. Adapun survei BPS terhadap perilaku masyarakat selama pandemi Covid-19 ini digelar untuk 212.762 responden pada periode waktu 13-20 Juli 2021.
Dari jumlah tersebut, 55,2 persen responden merupakan perempuan, dan 44,8 persen pria. Jika dipilah secara area, mayoritas atau 71,3 persen responden berasal dari wilayah Jawa dan Bali, sedangkan 28,7 persen sisanya tinggal di luar Jawa dan Bali.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca
Baca SelengkapnyaHinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca SelengkapnyaJamie Scott, seorang pria beranak dua mengalami cedera otak serius setelah mengalami penggumpalan darah dan pendarahan di otak usai mendapatkan vaksin itu p
Baca SelengkapnyaBeredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun
Baca SelengkapnyaViral di media sosial vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks bisa memicu kemandulan.
Baca SelengkapnyaKomnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaBeredar Surat Edaran (SE) Kementerian Kesehatan mewajibkan masyarakat pakai masker, benarkah?
Baca SelengkapnyaSebelumnya, Budi menyatakan vaksin cacar monyet masih menyasar kelompok tertentu, seperti penderita HIV.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaTerkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaCovid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Baca SelengkapnyaMulai Januari 2024, vaksinasi Covid-19 tidak lagi gratis alias berbayar.
Baca Selengkapnya