Tangkal Semburan Dusta, Pemerintah Perlu Siapkan SDM dengan Kecerdasan Emosional
Merdeka.com - Maraknya sebaran informasi bohong di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Jika terlambat diantisipasi, semburan dusta atau firehose of falsehood bisa memicu daya rusak yang dahsyat.
Ketua Umum Inovator 4.0 Indonesia, Budiman Sudjatmiko mengatakan pemerintah perlu menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang mampu membangun kapasitas kognisi dan kecerdasan emosional untuk menjinakkan semburan dusta.
Menurut dia, semburan dusta tidak boleh dianggap remeh karena jumlah sebarannya tidak terhingga dan bisa disebarkan siapapun menggunakan berbagai saluran.
-
Informasi apa yang disebarluaskan? Diseminasi adalah proses penyebaran informasi, temuan, atau inovasi yang direncanakan, diarahkan, dan dikelola agar dapat dimanfaatkan oleh kelompok target atau individu.
-
Siapa yang menyebarkan informasi hoaks BSI? Beredar sebuah surat berisi pengumuman diklaim berasal Bank Syariah Indonesia (BSI) yang mengubah tarif transfer antarbank dari menjadi Rp150.000 per bulan.
-
Siapa yang menyebarkan hoaks ini? 'Berita yang menyebar itu adalah hoaks yang sengaja dihembuskan oleh OPM dan simpatisannya. Justru saat ini aparat TNI dari Yonif 527 membantu melaksanakan pengamanan RSUD Madi Paniai karena adanya pengaduan dari masyarakat bahwa gerombolan OPM akan membakar RSUD tersebut,' katanya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (26/5).
-
Siapa yang menyebarkan informasi hoaks itu? Yayuk memastikan akun Instagram bernama BP2MI dengan centang hijau yang menyebarkan informasi tersebut bukan akun resmi milik BP2MI.
-
Kenapa Serka Sudiyono viral? Hari di mana ia mendapat hadiah sepeda dari Presiden Jokowi itu merupakan hari ulang tahun istri dan anak pertamanya. Serka Sudiyono adalah anggota TNI yang bekerja sebagai Babinsa di Desa Kemadu, Kecamatan Sulang, Rembang. Sehari-hari, ia tinggal di Dusun Pejaten, Desa Pasedan, Kecamatan Bulu, Rembang.
-
Siapa yang menyebarkan klaim ini? Video tersebut diunggah oleh akun Youtube bernama @AKTUAL pada Selasa (25/6) lau, dan telah ditonton hingga lebih dari 1000 kali.
"Sebagai bekal menghadapi Revolusi 4.0, Inovator 4.0 Indonesia siap mengerahkan orang-orang Indonesia di dalam dan luar negeri yang paham tentang hal ini," kata Budiman, di Jakarta, Senin (17/6/2019).
Sebagai bentuk konkretnya, Inovator 4.0 Indonesia menggelar Big Questions Forum Inovator 4.0 Indonesia dengan tema 'Kecerdasan Buatan dan Biopolitik; Membangun Masyarakat Kebal Semburan Dusta', pada Minggu, 16 Juni 2019 kemarin.
Hadir sebagai narasumber adalah ahli neuro sains dari Tokyo University Hospital, DR Ryu Hasan; Kandidat Doktor dalam Rekayasa Genetik Universitas Oxford, Muhammad Hanifi; dan pendiri Bandung Fe Institute serta ahli kompleksitas, Hokky Situngkir.
Adapun serial Big Questions Forum akan digelar tiap bulan oleh Inovator 4.0 Indonesia dengan mengangkat tema tentang sesuatu yang baru khas Revolusi 4.0 di Indonesia.
Dalam forum tersebut, disimpulkan semburan dusta bisa dijinakkan setidaknya melalui tiga cara, mengembangkan kecerdasan emosional, mengidentifikasi bias informasi dalam diri dan mengidentifikasi bahan semburan dusta.
"Jika kita merasa tak kan mengubah apa-apa, kita tak akan menyumbang isi apa-apa untuk masa depan kita, yang dekat maupun jauh. Forum ini adalah wake up call. Bangun & cepatlah mandi," ucap Budiman.
Sementara itu, pakar Neurosains Ryu Hasan menyampaikan, kecerdasan emosional jadi salah satu langkah menangkal semburan dusta. Menurut dia, kecerdasan emosional harus dikedepankan karena otak manusia akan lebih cepat mengendorse semburan dusta dan ancaman daripada kebenaran dan harapan.
"Informasi semburan dusta sangat banyak, membuat otak kita menjadi kebingungan dan gagap. Akhirnya yang dipercayai adalah hal yang ingin dia percayai. Dia tidak mengafirmasi informasi benar atau salahnya, tapi apa yang sesuai dengan seleranya sendiri," ujar ahli neuro sains tersebut.
Untuk membangun kecerdasan emosional, kata Ryu, diperlukan waktu yang panjang karena selama puluhan tahun masyarakat lebih mengedepankan kecerdasan kognitif. Dia menegaskan, pesatnya kemajuan teknologi tidak akan menyelesaikan kegagapan masyarakat pada semburan dusta selama tidak dibarengi dengan kecerdasan emosional.
"Kecerdasan emosional itu perlu dikedepankan. Cerdas emosional, sosial, dan kecerdasan ekologikal. Seperti membiasakan orang antre, membuang sampah pada tempatnya, itu perlu kecerdasan emosional," ujar Ryu.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dia menjelaskan, kasus penipuan, radikalisme dan terorisme dilakukan dengan pendekatan persuasif dan tidak hard selling.
Baca SelengkapnyaMenkominfo Wanti-Wanti Buzzer, Bakal Tindak Tegas Konten Rendahkan Martabat Orang
Baca SelengkapnyaBNPT menyebut aktivitas propaganda kelompok teroris dan simpatisan di ruang siber secara signifikan yang terdeteksi dari tahun ke tahun.
Baca SelengkapnyaKonten negatif berupa berita bohong dan intoleransi dapat merusak keutuhan bangsa.
Baca SelengkapnyaPernyataan yang disampaikan pemerintah harus lebih simpatik, mengedepankan sisi emosional.
Baca SelengkapnyaFenomena ini dikhawatirkan akan berdampak buruk pada kualitas proses demokrasi hingga berpotensi menimbulkan konflik antar pendukung calon kepala daerah.
Baca SelengkapnyaKominfo telah menyediakan fasilitas pencadangan data di Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 1 yang berada di Serpong dan PDNS 2 di Surabaya.
Baca SelengkapnyaDunia digital yang semakin terkoneksi telah membuka pintu bagi kejahatan siber yang berkembang pesat.
Baca SelengkapnyaBudi Arie lalu mencontohkan bahwa Singapura menjadi salah satu dari beberapa negara di dunia yang mempunyai angkatan siber.
Baca Selengkapnya