Tarmizi A Hamid penjaga manuskrip kuno Aceh
Merdeka.com - Kitab kuno bertuliskan bahasa arab dan arab jawi berjejeran di atas meja ruang tamu. Beragam ukuran dengan warna sudah kusam dimakan usia. Ada juga sebagian yang telah sobek, hilang dan sebagian dituliskan dengan tangan.
Ada beragam koleksi manuskrip kuno bukti sejarah peradaban Aceh sejak abad 17 lalu, saat Aceh dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda. Salah satunya manuskrip kuno yang masih utuh dan bisa dibaca adalah Alquran Mushab dengan ukuran 32/31 centimeter terbuat kertas diimpor dari Eropa pada abad 17.
-
Siapa yang menyumbangkan koleksi artefak ini? Patung ini bagian dari koleksi yang dibawa ke Kanada oleh seorang imigran Yunani dari Prancis, Vincent Diniacopoulos. Istrinya, Olga, menyumbangkan koleksi dan arsip artefak ini ke Universitas Concordia Montreal pada 1999 silam.
-
Siapa pemenang sayembara manuskrip kuno? Hasilnya, ada dua ilmuwan komputer yakni Farritor, seorang pekerja magang di SpaceX, berhasil memenangkan hadiah sebesar USD 40,000 karena berhasil memecahkan sepuluh huruf pertama. Kemudian, Nader, mahasiswa pascasarjana biorobotika yang memenangkan USD 10,000 berkat usahanya dalam memperjelas gambar manuskrip.
-
Bagaimana Teuku Muhammad Hasan menghimpun dana belajar? Setelah menamatkan sekolah, Hasan berhasil menghimpun dana belajar atau Studiefond atau beasiswa untuk pemuda Aceh. Pada tahun 1929, Hasan meresmikan pembentukan kepanitiaan Atjehsch Studiefonds di Kutaraja.
-
Dimana manuskrip kuno ini disimpan? Menurut Kessel dan timnya, hanya dua manuskrip yang diketahui berisi terjemahan kitab suci Suriah kuno. Keduanya disimpan dengan aman di Perpustakaan Inggris di London dan Biara St. Catherine di Gunung Sinai, Mesir.
-
Siapa yang menemukan tulisan abjad? Para peneliti di Universitas Johns Hopkins di Amerika Serikat memperkirakan tulisan tersebut dibuat sekitar tahun 2400 SM.
-
Apa yang ditemukan dalam manuskrip kuno itu? Lembaran Injil ini ditemukan oleh spesialis abad pertengahan dari Akademi Ilmu Pengetahuan Austria (OeAW), Grigory Kessel. Setelah dianalisis, penemuan ini merupakan salah satu terjemahan Injil tertua yang berasal dari abad ke-3 dan ke-6. Rupanya, dua halaman manuskrip itu berisi bagian yang hilang dari injil, yang diterjemahkan dalam bahasa Suriah kuno.
Ini bisa dibuktikan bila diterawang melalui pencahayaan terdapat watermark (cap air) bulan sabit bersusun tiga yang berasal dari Venecia (Itali) yang dicetak tahun 1696 masehi.
Tulisan bahwa Arab Alquran ini masih sangat jelas dan mudah dibaca dengan adanya hiasan dan bingkai di samping. Alquran ini yang terbuat dari kertas berkualitas biasanya ini pesanan khusus Sultan masa itu.
"Biasanya yang seperti ini khusus pesanan dari Sultan," kata Tarmizi Abdul Hamid, kolektor naskah kuno di kediamannya, di Aceh, Rabu (15/4).
Koleksi manuskrip kuno milik Tarmizi ini bukanlah di sebuah museum atau perpustakaan yang dikelola oleh pemerintah. Akan tetapi koleksi manuskrip kuno ini hanya disimpan secara pribadi dalam lemari milik Tarmizi Abdul Hamid. Dia bukanlah ahli naskah kuno, bukan ahli sejarah, dia bukan siapa-siapa, tetapi hanya ingin menyelamatkan bukti sejarah Aceh yang kian banyak diburu para kolektor.
Tarmizi Abdul Hamid hanya warga biasa yang saat ini menjadi pegawai menengah di Balai Pengembangan Teknologi Pertanian Aceh dan juga bekerja di lembaga Majelis Adat Aceh (MAA). Namun keinginannya mengoleksi manuskrip muncul sejak tahun 1995 saat melihat banyak naskah kuno Aceh banyak sudah sudah berpindah tangan ke negara lain.
Setelah pulang dari Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam, dia melihat di negara tersebut sangat dihargai setiap ada naskah kuno dan bahkan memburu manuskrip negara lain untuk menambah koleksi museum mereka.
Sejak itu dia mulai jatuh cinta dengan naskah kuno. Sehingga saat itulah muncul niatnya untuk menyelamatkan naskah langka ini. Saat itu dia berusia 28 tahun dan mulailah bergerilya memburu manuskrip kuno tersebut ke setiap sudut pelosok Aceh.
Tak tanggung-tanggung, saat ini Tarmizi Abdul Hamid tanpa bantuan dana dari siapapun, sudah berhasil mengoleksi sebanyak 482 manuskrip kuno. Semua itu dibeli dengan menggunakan dana pribadinya sejak 20 tahun lalu.
Manuskripnya sekarang hanya disimpan dalam lemari khusus miliknya yang terletak di desa Ie Masen Kayee Adang, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh. Tidak ada fasilitas modern tempat menyimpannya, karena memang keterbatasan dana yang dia miliki.
Sembari membersihkan manuskrip kuno yang diperlihatkan sebagian di atas meja di ruang tamu rumahnya. Ada sekitar 10 manuskrip yang diperlihatkan, secara perlahan dia membuka setiap lembar naskah kuno yang berharga itu.
"Kalau mau kita buka, mau melihat isinya, harus pelan-pelan, karena manuskrip ini ada yang sudah berusia 400 tahun," jelasnya.
Dari semua koleksinya, ada 20 manuskrip yang belum bisa dibaca karena kondisi naskah kuno tersebut sudah usang dan tulisannya sudah tak terlihat. Akan tetapi dia memastikan naskah kuno ini menggunakan bahasa melayu, bahasa Aceh dan Arab.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Iskandar adalah seorang guru besar, kritikus sastra, dan juga leksikografer yang menempuh pendidikan di Universitas Leiden.
Baca SelengkapnyaDiketahui, buku tabungan tabanas yang diterbitkan pada 1983 silam ini ditemui oleh si pria tersebut di dalam lemari di rumahnya.
Baca SelengkapnyaMasjid tua itu konon merupakan peninggalan Ki Ageng Pandanaran
Baca SelengkapnyaAksara Paku Berusia 2500 Tahun Diterjemahkan Menggunakan AI, Ini Hasilnya
Baca SelengkapnyaIni salah satu manuskrip Alquran paling terkenal, yang dikenal dengan nama Alquran Biru.
Baca SelengkapnyaRahmat Amrozi belajar Alquran dengan metode bersama Mbah Budi di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) di dekat rumahnya.
Baca SelengkapnyaGuru Besar Filologi UIN Jakarta Oman Fathurahman, M.Hum meraih Habibie Prize 2023 dalam bidang Ilmu Filsafat, Agama dan Kebudayaan.
Baca SelengkapnyaSalah satu alasannya terus menerus belajar ialah untuk menelaah kitab karangan Syekh Abdul Qadir Jailani
Baca SelengkapnyaHaji Alimmerupakan seorang pengusaha yang sukses dan kaya raya yang sangat dikenal oleh masyarakat Sumatera Selatan.
Baca SelengkapnyaIni menandakan masyarakat Mesopotamia Kuno ini melek dengan administrasi.
Baca SelengkapnyaArkeolog Temukan Daftar Belanjaan Berusia 3.500 Tahun, Ini Barang-Barang yang Ada dalam Daftar
Baca SelengkapnyaKeberadaan naskah itu membuktikan bahwa dulu di lereng Merapi-Merbabu terdapat komunitas sastrawan yang besar
Baca Selengkapnya