Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Tawar 'tarif' Akil, Hambit sempat dicemooh Chairun Nisa

Tawar 'tarif' Akil, Hambit sempat dicemooh Chairun Nisa Hambit Bintih jalani sidang di Pengadilan Tipikor. ©2014 merdeka.com/dwi narwoko

Merdeka.com - Terdakwa kasus dugaan suap pengurusan sengketa Pilkada Kabupaten Gunung Mas di Mahkamah Konstitusi, Hambit Bintih, mengaku sempat dicemooh oleh politikus Partai Golkar, Chairun Nisa, saat dia mencoba menawar besaran duit suap buat mantan Ketua MK, Akil Mochtar. Hambit mengatakan Akil berkeras tidak mau menurunkan 'tarif' pengurusan sengketa itu buat perkara dia.

Menurut Hambit, cibiran Nisa itu disampaikan saat keduanya bertemu di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat pada pertengahan September 2013. Saat itu, hadir pula Ketua Dewan Pimpinan Daerah I Partai Golkar Kalimantan Tengah, Rusliansyah, dan suami Nisa, H. Maliki. Rusliansyah juga salah satu perantara pengurusan sengketa pilkada, dan yang menjembatani pertemuan Hambit dengan Akil dan Nisa.

Dalam pertemuan itu, Nisa menunjukkan pesan singkat dari Akil kepada Hambit, yang isinya soal nominal fulus mesti diserahkan supaya urusan lancar. "Saya waktu itu duduk semeja dengan Ibu (Nisa). Sambil bisik-bisik, Ibu menunjukkan sms dari Pak Akil yang meminta uang," kata Hambit saat bersaksi dalam sidang Chairun Nisa, di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Kamis (6/2).

Orang lain juga bertanya?

Hambit mengaku awalnya keberatan dengan jumlah permintaan Akil yang 'menembak harga' pengurusan sengketa pilkada Gunung Mas Rp 3 miliar. Dia pun mencoba menawar dan menyampaikannya kepada Nisa.

"Pas ditunjukkan sms, saya tanya sama ibu. 'Enggak ada yang 500-an (Rp 500 juta) Bu?' Terus Ibu bilang, 'Kamu ini. Sudah enggak ada yang main 500-an. Kamu ini sedikit. Walikota (Palangkaraya) dan Barito Utara itu 4-5 (Rp 4-5 miliar).' Saya bilang, 'Oh, ya sudah.'," ujar Hambit.

Hambit pun pasrah karena Akil memberikan 'harga mati' pengurusan sengketa pilkada Gunung Mas. Lantas Hambit segera mengontak bendahara tim suksesnya yang juga keponakannya, Cornelis Nalau Antun. Maksudnya adalah supaya Cornelis yang pengusaha kelapa sawit itu menyediakan duit itu.

"Saya kontak dia, 'Di mana kau Lis?' Dia jawab di Jakarta. Lalu saya minta dia datang. Singkat cerita, saya tanya ke dia apa punya Rp 3 miliar? Dia jawab, 'Kalau om butuh akan saya sediakan. Utang juga enggak apa-apa.' Akhirnya Ibu dan Cornelis bertukar nomor telepon," terang Hambit.

Namun, Hambit berdali Cornelis tidak tahu apa-apa soal sengketa pilkada. Dia mencoba pasang badan menyatakan keponakannya itu tidak pernah tahu uang sejumlah Rp 3 miliar dalam bentuk mata uang Dolar Amerika Serikat dan Singapura itu dipakai buat menyuap Akil.

(mdk/mtf)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Bripda Jahidal Tiba-tiba Minta Uang ke Ibu Kantin Rp95 Ribu, Ternyata Ini Alasannya Bikin Sang Komandan Melongo
Bripda Jahidal Tiba-tiba Minta Uang ke Ibu Kantin Rp95 Ribu, Ternyata Ini Alasannya Bikin Sang Komandan Melongo

Didatangi sang aparat, ibu kantin secara sukarela memberi sejumlah lembaran uang dari kantong sendiri.

Baca Selengkapnya
Kesal Tak Difasilitasi Komunikasi, Seorang Pria Bacok dan Tusuk Adik Ipar di Garut hingga Meninggal
Kesal Tak Difasilitasi Komunikasi, Seorang Pria Bacok dan Tusuk Adik Ipar di Garut hingga Meninggal

Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Garut AKP Ari Rinaldo mengatakan bahwa aksi tersebut terjadi di jalan Gagak Lumayung, Kelurahan Kota Wetan.

Baca Selengkapnya