Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Tebet, konon dulu tempat para selingkuhan ngumpet

Tebet, konon dulu tempat para selingkuhan ngumpet pembongkaran bangunan liar di tebet. ©2014 merdeka.com/arie basuki

Merdeka.com - Munculnya Tebet sebagai permukiman padat tidak bisa lepas dari keputusan pemerintah membangun kawasan Senayan sebagai pusat kegiatan olahraga pada 1959. Kompleks ini dibangun lantaran Indonesia ditunjuk menjadi tuan rumah Asian Games keempat pada 1962, setelah empat tahun sebelumnya digelar di Tokyo, Jepang.

Ada beberapa desa dipindahkan saat itu, termasuk kampung Senayan dan Kebon Baru. Itu adalah penggusuran pertama terhadap rakyat setelah merdeka, ujar kata peneliti sejarah Jakarta, J.J. Rizal, kepada merdeka.com, beberapa waktu lalu.

Perhelatan akbar itu pun berlangsung, diikuti sekitar 2.700 atlet dari 51 negara. Sejumlah negara disponsori India memboikot pesta olahraga itu lantaran Indonesia tidak mengundang Taiwan dan Israel. Alhasil, nama kejuaraan itu diganti Pesta Olahraga Negara-negara berkembang (Ganefo).

Pemerintah tidak mengundang Taiwan karena saat itu Presiden Soekarno beralinasi dengan kubu komunis. Sedangkan alasan tidak mengajak Israel lantaran negara Zionis itu masih menjajah bangsa Palestina.

Awalnya, panitia memilih Sunter sebagai lokasi pembangunan kompleks olahraga buat pelaksanaan Ganefo lantaran kawasan itu belum banyak penghuni. Soekarno menolak gagasan itu sebab jalan ke arah sana belum memadai.

Setelah mempelajari sejumlah tempat, akhirnya Soekarno dan panitia sepakat menunjuk Senayan. Selain bakal dibangun kompleks olahraga, daerah ini juga bakal menjadi taman kota.

Tentu saja perlu areal sangat luas buat mendirikan pusat kegiatan olahraga. Karena itu, Presiden Soekarno memerintahkan pembebasan lahan seluas 360 hektare.

Kawasan Senayan yang rimbun dan ditempati suku Betawi akhirnya dipindah ke tempat yang disediakan pemerintah, yakni Tebet. Banyak tidak tahu bedol desa itu juga dengan intimidasi tidak sepenuhnya kerelaan penduduk saat itu, ujar pendiri penerbit Komunitas Bambu itu.

Tebet sebagai nama tempat sudah ada sejak zaman Belanda. Ketika VOC (Kongsi Dagang Belanda) mulai menguasai Hindia Belanda awal abad ke-16, Tebet dijadikan kawasan penampungan hujan sekaligus resapan air. Sebab, daerah ini lebih rendah ketimbang wilayah sekitarnya.

Menurut Rachmat Ruchiyat, penulis buku Asal-Usul Nama Tempat di Jakarta, Tebet berasal dari bahasa sunda kuno 'Tebat' atau 'Tebet', berarti rawa. "Pada 1940-an, memang (Tebet) masih berbentuk rawa, belum menjadi permukiman, ujar Rahmat saat dihubungi merdeka.com, kemarin siang.

Lelaki 80-an tahun ini masih ingat kawasan Tebet menjadi permukiman ketika ada penggusuran penduduk dari kawasan Slipi, Senayan, Kebon Kelapa, dan beberapa kampung lainnya. Bedol desa itu karena pembangunan Stadion Gelora Bung Karno pada 1959-1961. Tebet pun dikeringkan sehingga bisa dihuni.

Cerita Rachmat senada dengan hasil penelitian J.J. Rizal. Kawasan Tebet setelah penggusuran itu memang sudah disiapkan sebagai lokasi permukiman layak, ujar Rizal. Dia mengungkapkan banyak korban gusuran di Senayan menjadi orang kaya baru.

Namun ia tidak tahu berapa harga per meter yang dibayar oleh pemerintah. Seperti kebiasaan saat itu, masyarakat Betawi menyimpan uang hasil gusuran itu di dalam kotak kayu, bahkan karung. Mereka belum percaya terhadap bank.

Kebiasaan itu memunculkan masalah. Lokasi permukiman yang akan ditempati, yakni Tebet, menjadi incaran para pencuri. Mereka menyasar para korban gusuran itu. Karena itulah, menurut Rizal, banyak warga Betawi berpikir ulang buat bermukim di Tebet. Ada yang pindah ke Depok hingga Bogor. Sedangkan tanah pengganti yang didapatkan rata-rata dijual atau disewakan.

Dari situlah Tebet menjadi kawasan multi etnis, tidak hanya dihuni penduduk Betawi. Lantaran letaknya strategis, pelan-pelan Tebet menjadi kawasan permukiman mahal seperti saat ini.

Menurut Rizal, Tebet juga menjadi lokasi favorit kedua setelah Kebayoran Baru buat menyembunyikan selingkuhan mereka. Wajar saja, saat itu banyak orang kaya baru. Masak, istri kedua mau taruh di Menteng, mahal kan, kata Rizal.

(mdk/war)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Markas Penampungan Uang Judi Online Internasional di Jakbar Digerebek, Tumpukan Buku Rekening jadi Sorotan
Markas Penampungan Uang Judi Online Internasional di Jakbar Digerebek, Tumpukan Buku Rekening jadi Sorotan

Polisi menggerebek bisnis gelap penampungan dan penyewaan rekening judi online (judol) internasional di Perumahan Cengkareng Indah Blok AB, Kapuk, Cengkareng

Baca Selengkapnya
Melihat Hutan Kota Jakarta Jadi 'Basecamp' Komunitas LGBT, Kondom dan Miras Berserakan
Melihat Hutan Kota Jakarta Jadi 'Basecamp' Komunitas LGBT, Kondom dan Miras Berserakan

Berdasarkan pantauan, di sekitar pohon tersebut memang banyak tisu dan botol minuman keras.

Baca Selengkapnya
Potret 'Las Vegas' di Batavia, Surga Dunia buat Kelas Atas Belanda & China Menikmati Cinta Semalam
Potret 'Las Vegas' di Batavia, Surga Dunia buat Kelas Atas Belanda & China Menikmati Cinta Semalam

Gemerlap kota Las Vegas ternyata ada di Indonesia. Lokasi berada di gang sempit di Jakarta dan sempat menjadi favorit orang kalangan atas Belanda & Tionghoa.

Baca Selengkapnya
Rumah Kontrakan di Balaraja Tangerang Digerebek Warga, 12 Pasang Bukan Suami Istri Diamankan
Rumah Kontrakan di Balaraja Tangerang Digerebek Warga, 12 Pasang Bukan Suami Istri Diamankan

Warga menggerebek rumah kontrakan di Kampung Cariu, Telagasari, Balaraja, Kabupaten Tangerang. Sebanyak 12 pasangan bukan suami istri diamankan dari lokasi itu.

Baca Selengkapnya
Menelusuri Lokasi Diduga jadi Tempat 'Nyabu' di Blok G, Botol dan Sedotan Mirip Bong Berserakan
Menelusuri Lokasi Diduga jadi Tempat 'Nyabu' di Blok G, Botol dan Sedotan Mirip Bong Berserakan

Situasi Blok G nampak sepi dan kosong. Lantai tersebut tampak seperti gedung terbengkalai.

Baca Selengkapnya
Ini 3 Tempat yang Sempat Viral Jadi 'Basecamp' Komunitas LGBT
Ini 3 Tempat yang Sempat Viral Jadi 'Basecamp' Komunitas LGBT

Di tengah kabar itu, Wakil Sekretaris Fraksi PDIP Dewan Perwakilan Daerah (DPRD) DKI Jakarta Wa Ode Herlina mengungkap lokasi yang biasa dijadikan tempat berkum

Baca Selengkapnya
Viral Video Sejoli Diduga Mesum di Kafe Kawasan Senopati, Ini Respons Polisi
Viral Video Sejoli Diduga Mesum di Kafe Kawasan Senopati, Ini Respons Polisi

Seorang pria yang nampak memangku diduga seorang wanita dengan posisi tidak senonoh.

Baca Selengkapnya
Sejoli Diduga Mesum di Musala & Terekam CCTV, Terpergok Warga Ngaku Berteduh Sambil Salat
Sejoli Diduga Mesum di Musala & Terekam CCTV, Terpergok Warga Ngaku Berteduh Sambil Salat

Keduanya tak sangka ada orang datang karena sebelumnya musala sepi dan kondisi sedang hujan.

Baca Selengkapnya
Tongkrongan Legendaris Anak 90-an di Jakarta
Tongkrongan Legendaris Anak 90-an di Jakarta

Semua tahu, sejak dulu Jakarta gudangnya tempat nongkrong. Buat anak 90'an, tempat nongkrong ini hits. Meski seiring perkembangan zaman, mulai hilang.

Baca Selengkapnya
Heboh di Tebet Beredar Selebaran Paham Sesat Menjelekkan Agama, Polisi Turun Tangan
Heboh di Tebet Beredar Selebaran Paham Sesat Menjelekkan Agama, Polisi Turun Tangan

Salah satu pegawai melihat dan memviralkan ke media sosial.

Baca Selengkapnya
Fakta-Fakta LGBT di Hutan Kota Cawang: Pelaku Asusila Orang Kaya, Masuk Lewat Pagar Berlubang
Fakta-Fakta LGBT di Hutan Kota Cawang: Pelaku Asusila Orang Kaya, Masuk Lewat Pagar Berlubang

Fakta-Fakta LGBT di Hutan Kota Cawang: Pelaku Asusila Orang Kaya, Masuk Lewat Pagar Berlubang

Baca Selengkapnya
Ada Tembok Rahasia Transaksi Narkoba di Kampung Boncos Palmerah, 'Jalan Tikus' Pengedar Kabur saat Digerebek Polisi
Ada Tembok Rahasia Transaksi Narkoba di Kampung Boncos Palmerah, 'Jalan Tikus' Pengedar Kabur saat Digerebek Polisi

42 dari 46 orang yang dites urinenya dalam penggerebekan oleh Kepolisian di Kampung Boncos, Kota Bambu Selatan, Palmerah, Jakarta Barat, positif sabu.

Baca Selengkapnya