Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Teka-Teki Proyektil Peluru Hilang di TKP Penembakan Pendeta Yeremia

Teka-Teki Proyektil Peluru Hilang di TKP Penembakan Pendeta Yeremia Tim TGPF Intan Jaya. ©2020 Merdeka.com/liputan6.com/Fachrur Rozie

Merdeka.com - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia RI (Komnas HAM) menilai ada upaya pengaburan fakta-fakta kematian Pendeta Yeremia Zanambani yang tewas ditembak di Distrik Hitadipa Kabupaten Intan Jaya, Provinsi Papua pada 19 September 2020. Upaya pengaburan fakta itu ditemukan Komnas HAM setelah melakukan penyelidikan di lapangan.

"Terdapat upaya mengalihkan/mengaburkan fakta-fakta peristiwa penembakan di TKP berupa sudut dan arah tembakan yang tidak beraturan yang dibuktikan dengan banyak titik lubang tembakan dengan diameter yang beragam," ujar Komisioner Pemantauan dan Penyelidikan Komnas HAM Mohammad Choirul Anam dalam konferensi daring di Jakarta, Senin (2/11).

Dari hasil olah tempat kejadian perkara (TKP), Komnas HAM menemukan setidaknya terdapat 19 titik lubang dari 14 titik tembak pada bagian luar dan dalam kandang babi, atap kandang serta luka akibat tembakan di pohon. Sementara berdasarkan penghitungan jarak tembak dengan posisi lubang peluru, diperkirakan jarak tembak berkisar 9-10 meter yang berasal dari luar kandang dan diarahkan ke TKP dan sekitarnya dengan sudut acak.

Di TKP, Komnas HAM juga menemukan bekas-bekas tembakan di dinding gubuk tempat Pendeta Yeremia Zanambani ditemukan dan proyektil peluru. Terdapat bekas pengambilan sejumlah proyektil peluru, kata Choirul Anam, tetapi keberadaan peluru yang terdapat di lubang kayu balok masih belum diketahui. Sementara Polri menyampaikan hanya menemukan proyektil peluru di sekitar tungku. Keberadaan proyektil peluru itu yang kini menjadi teka-teki dari hasil penyelidikan dilakukan Komnas HAM.

Selain itu, Komnas HAM memandang penguburan korban tidak lama setelah kejadian merupakan upaya agar pemeriksaan terhadap jenazah korban untuk menemukan penyebab kematian tidak dilakukan.

Terkait hasil penyelidikan itu, Komnas HAM mengeluarkan rekomendasi di antaranya agar dilakukan pendalaman informasi dan keterangan dari anggota TNI di Koramil persiapan Hitadita, termasuk struktur komando efektif dalam peristiwa kematian Pendeta Yeremia dan hal yang melatarbelakangi-nya.

Polisi Sulit Mengidentifikasi Pelaku

Terpisah, Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw mengungkapkan polisi belum bisa mengetahui pelaku penembakan dan penganiayaan menewaskan pendeta Yeremias Zanambani di Hipadipa, Kabupaten Intan Jaya, Papua. Pendeta Yeremias Zanambani ditemukan meninggal setelah ditembak saat memberi makan ternak babi tanggal 19 September lalu.

"Sampai saat ini kami masih menyatakan pelaku yang menembak serta menganiaya pendeta Yeremia hingga meninggal sebagai orang tak dikenal (OTK) dan anggota masih melakukan penyelidikan," kata Paulus di Jayapura, Senin (2/11).

Dia mengatakan, butuh beberapa tahapan hingga bisa menentukan siapa pelakunya termasuk barang bukti pendukung dan olah TKP. Dia mengakui, rencana melakukan autopsi dengan menggali kuburan korban atau eksomasi saat ini sedang dipersiapkan sehingga dapat dilakukan tanpa mendapat kendala.

Dia menjelaskan, tidak mudah mempersiapkan autopsi ini mengingat harus ada jaminan keamanan yang didukung cuaca. Paulus menambahkan, belum diputuskan kapan dilaksanakannya autopsi tersebut.

"Pihak keluarga pada intinya sudah menyetujui dengan syarat melibatkan TGPP dan Komnas HAM," kata dia.

Pangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Herman Asaribab yang mendampingi Kapolda Papua menyatakan siap memproses bila ada anggota TNI-AD yang terlibat dalam tewasnya Pdt Yeremias. "Kami pasti memproses anggota bila nantinya ada yang terlibat," tegas Mayjen TNI Asaribab.

Penembakan Diduga Melibatkan Aparat

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD menyampaikan hasil investigasi Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Intan Jaya. Hasilnya, TGPF menemukan adanya dugaan keterlibatan aparat keamanan dalam penembakan yang menewaskan pendeta Yeremia Zanambani.

"Mengenai terbunuhnya pendeta Yeremia pada 19 September 2020, informasi dan fakta-fakta yang didapatkan tim di lapangan menunjukkan dugaan keterlibatan oknum aparat," jelas Mahfud dalam konferensi pers secara virtual, Rabu (21/10).

Pendeta Yeremia tewas di Distrik Hitadipa Kabupaten Intan Jaya, Provinsi Papua pada 19 September 2020. Kendati begitu, Mahfud menyebut adanya kemungkinan keterlibatan pihak ketiga.

"Meskipun ada juga kemungkinan dilakukan oleh pihak ketiga," ucap dia.

Mahfud memastikan pemerintah akan menyelesaikan kasus ini sesuai hukum yang berlaku baik pidana maupun administrasi negara. Untuk tindak pidana, pemerintah meminta Polri dan Kejaksaan menyelesaikan kasus ini sesuai hukum yang berlaku tanpa pandang bulu.

"Pemerintah meminta Komisi Kepolisian Nasional untuk kawal proses selanjutnya," ucap Mahfud.

Ketua Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) kasus penembakan pendeta Yeremia Zanambani di Intan Jaya, Benny J Mamoto mengatakan, sudah 40 orang saksi yang dimintai keterangan.

"Setelah kami tim semua berkumpul dan masing-masing melaporkan, tentang siapa saja yang diwawancara sudah ada 42 saksi, ditambah dari Pak Sugeng, yang perorangan 2," kata dia dalam konferensi pers secara virtual, pada Sabtu (17/10)

Dari jumlah tersebut, mereka yang dimintai keterangan atau diperiksa yakni seperti orang-orang yang telah menolong para korban.

"(40 saksi) Itu terdiri dari istri korban, keluarga, orang-orang yang di Hitadipa yang menolong dan membawa korban sampai pemakaman, itu semua sudah kami periksa," ujarnya.

Selain itu, pihaknya juga memintai keterangan dan memeriksa dari pihak Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebanyak 11 orang.

"Anggota TNI sendiri ada lebih 16 yang kami periksa, wawancara. Kemudian kami di Sugapa perlu bertemu dengan penyidik, Dirkrimum dan juga beberapa saksi yang ada di Hitadipa, tapi saat itu dia tinggal di Sugapa," ujarnya.

Menurutnya, dari jumlah saksi yang diperiksa tersebut sudah dirasa maksimal untuk menuntaskan rentetan kasus penembakan yang terjadi akhir-akhir ini di wilayah tersebut.

"Jadi kalau dari sisi jumlah dengan waktu yang singkat, dengan itu kami merasa sudah maksimal. Informasi signifikan nanti Pak Menko yang sampaikan," tutupnya.

(mdk/gil)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
2 TNI & 1 Warga Ditembak KKB dari Jarak 20 Meter, Ini Kronologinya
2 TNI & 1 Warga Ditembak KKB dari Jarak 20 Meter, Ini Kronologinya

Ketiga korban termasuk dua anggota TNI dalam kondisi stabil setelah mendapat penanganan dari tenaga medis di RSUD Dekai

Baca Selengkapnya
Hasil Autopsi Sekeluarga Tewas di Musi Banyuasin, Ada Luka Akibat Benda Tumpul
Hasil Autopsi Sekeluarga Tewas di Musi Banyuasin, Ada Luka Akibat Benda Tumpul

Hasilnya, semua korban tewas akibat benda tumpul, bukan senjata tajam. Luka bekas pukulan itu utamanya paling dominan berada di kepala.

Baca Selengkapnya
TNI-Polri Buru Anggota OPM Pelaku Penembakan Prajurit di Dekai
TNI-Polri Buru Anggota OPM Pelaku Penembakan Prajurit di Dekai

TNI melakukan pengejaran anggota OPM yang melakukan penembakan terhadap prajurit di Dekai,

Baca Selengkapnya
Tim Mabes Polri Cari Proyektil Peluru yang Menembus Tubuh Pengawal Pribadi Kapolda Kaltara
Tim Mabes Polri Cari Proyektil Peluru yang Menembus Tubuh Pengawal Pribadi Kapolda Kaltara

Petugas telah memeriksa 14 saksi yang berada di sekitar rumah dinas korban saat peristiwa itu terjadi.

Baca Selengkapnya