Teliti fakta sejarah novel Indonesia, dosen UGM raih doktor
Merdeka.com - Fakta sejarah yang terdapat dalam novel-novel Indonesia ternyata memiliki fungsi-fungsi tertentu. Fungsi utama unsur-unsur tersebut tidak membuat novel menjadi bentuk penulisan kembali peristiwa-peristiwa masa lalu atau sebagai karya sejarah, tetapi merupakan kreativitas pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasannya.
Dengan kata lain, novel yang menggunakan sekaligus menyimpangi fakta sejarah merupakan karya sastra, bukan buku sejarah.
“Karya sastra ini tetap menjadi bagian dari kehidupan masyarakatnya sebagai sebuah fenomena sosial, khususnya ketika karya itu dihubungkan dengan kehidupan masyarakat yang melatarbelakangi proses penciptaannya,” papar Drs. Supriyadi, M.Hum pada ujian terbuka doktor Program Pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM, lewat siaran pers Kamis (13/2).
-
Apa dampak memutarbalikkan fakta? Merusak Kepercayaan: Kebiasaan memutar balikan fakta akan membuat orang lain sulit mempercayai pelaku. Ketika kebenaran akhirnya terungkap, orang-orang di sekitarnya akan merasa dikhianati, sehingga kepercayaan mereka terhadap pelaku hilang.
-
Siapa penulis novel terkenal? Siapa saja penulis novel terkenal? Daftar penulis novel Indonesia terbaik dan karyanya:Andrea Hirata. Haidar Musyafa. Raditya Dika. Eka Kurniawan. Budi Darma. Pramoedya Ananta Toer. Ahmad Fuadi.
-
Apa ciri khas fakta? Fakta adalah pernyataan yang berupa situasi riil dari sebuah kajadian yang terjadi.
-
Kenapa teks eksposisi tidak boleh argumentatif? Dengan demikian, teks eksposisi seharusnya tidak bersifat argumentatif, namun lebih pada memberikan penjelasan yang detail dan faktual.
-
Di mana tema cerpen dan novel diambil? Tema antara cerpen dan novel juga memiliki perbedaan. Pada cerpen, tema yang diangkat sederhana. Karena tema yang diangkat sederhana, maka cerita yang ada dalam cerpen biasanya mudah ditebak.Di dalam novel, tema yang diangkat terbilang lebih mengerucut.
-
Apa antonim dari fakta? Antonim fakta adalah opini, yang merujuk pada pandangan atau penilaian pribadi seseorang yang tidak selalu didasarkan pada data atau bukti yang dapat diverifikasi.
Supriyadi mempertahankan disertasinya yang berjudul 'Fakta Sejarah Dalam Novel Indonesia: Kajian Posmodern Menurut Linda Hutcheon Atas Lima Novel Indonesia'.
Lebih lanjut, Supriyadi menilai fakta sejarah yang digunakan yaitu peristiwa-peristiwa sejarah yang berhubungan perebutan kekuasaan dan kekuasaan raja yang sangat luas dan otoriter sehingga rakyat menderita. Dia mencontohkan dalam trilogi novel Roro Mendut, fakta sejarah yang digunakan yaitu masa pemerintahan Mataram Islam, terutama masa pemerintahan Sultan Agung dan Amangkurat 1. Namun, trilogi itu lebih berfokus pada pemerintahan Amangkurat 1 daripada Sultan Agung.
"Ini ditunjukkan peran Amangkurat 1 sebagai antagonis, baik dalam novel kedua (Genduk Duku) maupun novel ketiga (Lusi Lindri). Sultan Agung jadi tokoh bawahan yang muncul di beberapa halaman awal novel pertama (Roro Mendut),” terang dosen Jurusan Sastra Indonesia UGM itu.
Sementara itu, jika trilogi novel Roro Mendut menggunakan fakta sejarah tentang keotoriteran seorang raja, novel Arok Dedes lebih berfokus pada peristiwa perebutan kekuasaan yang terjadi di Tumapel yang di dalamnya penuh intrik dan kelicikan.
Untuk mempertajam intrik-intrik ini, novel Arok Dedes banyak menyimpangi peristiwa sejarah untuk menggambarkan lemahnya kekuasaan Tunggul Ametung karena hampir semua kelompok di dalam istana ingin menjadi penguasa. Sementara Empu Gandring juga ingin merebut kekuasaan melalui kekayaan dan kepandaiannya membuat senjata.
Sedangkan dalam novel Putri Cina, fakta sejarah yang digunakan yakni perebutan atau peralihan kekuasaan dari Orde Baru ke Orde Reformasi pada tahun 1998. Namun, hal yang menjadi fokus pada novel ini yaitu dampak perebutan kekuasaan itu pada kelompok minoritas tertentu (etnis Cina) atau yang lebih dikenal sebagai Tragedi Mei 1998.
"Rakyat yang menuntut lengsernya penguasa Orde Baru saat itu menjadi beringas dan membakari toko-toko milik orang keturunan Cina," imbuh Supriyadi.
Dari hasil kajian yang dilakukan itu, Supriyadi mengatakan, selain berfungsi sebagai pembangun novel, fakta sejarah memiliki fungsi yang dominan, yaitu untuk mengategorikan peristiwa-peristiwa dan tokoh-tokoh sejarah tertentu pada masa kini. Kekinian itu dihubungkan dengan waktu ketika novel muncul atau ketika diterbitkan.
Trilogi novel Roro Mendut yang terbit pada tahun 1980-an berhubungan dengan pemerintahan Orde Baru yang otoriter dan militeristik; novel Arok Dedes yang terbit tahun 1999 berhubungan dengan peralihan kekuasaan, dan novel Putri Cina yang terbit tahun 2007 berhubungan dengan keterbukaan dan konflik SARA. (mdk/ren)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dekan FIB UGM Setiadi mengatakan tim Ad Hoc telah bekerja melakukan fakta dan bukti soal tuduhan plagiasi tersebut.
Baca SelengkapnyaUGM membentuk tim untuk mendalami permasalahan tersebut.
Baca SelengkapnyaDalam dunia sastra Indonesia, Marah Roesli tercatat sebagai pengarang roman pertama.
Baca SelengkapnyaPerbedaan sejarah dan mitos bisa dilihat dari beberapa aspek.
Baca SelengkapnyaDengan memahami fakta, kita dapat lebih kritis dalam menilai informasi yang kita terima dan membedakan antara informasi yang dapat diandalkan dan yang tidak.
Baca SelengkapnyaMulai dari Ronggeng Dukuh Paruk yang menceritakan kemelut politik 1965 hingga Rasina yang berlatar zaman kolonial Belanda.
Baca SelengkapnyaNamanya semakin terkenal ketika ia membuat novel berjudul Asmara Jaya dan Darah Muda.
Baca SelengkapnyaPromosi Doktor Bahlil Lahadalia menimbulkan kehebohan luar biasa di kalangan dunia pendidikan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaUnggahan berdurasi 4 menit 33 detik itu sudah memperoleh 141.000 tayangan dan 3.200 komentar.
Baca SelengkapnyaUnsur ekstrinsik dari sebuah novel mengacu pada elemen-elemen yang ada di luar konten tekstual cerita itu sendiri.
Baca SelengkapnyaGelar doktor honoris causa (HC) Raffi Ahmad dibacakan saat ia dilantik sebagai utusan khusus presiden bidang pembinaan generasi muda dan pekerja seni.
Baca SelengkapnyaNovel Atheis mengungkap kehidupan masyarakat Sunda di masa transisi perang kemerdekaan yang memperlihatkan ketaatan pada ajaran Islam.
Baca Selengkapnya