Telok abang, tradisi unik perayaan 17 Agustus di Palembang
Merdeka.com - Seperti tahun-tahun sebelumnya, tradisi telok abang kembali muncul saat merayakan hari kemerdekaan, 17 Agustus di Palembang. Selain menjadi meriah, tradisi unik ini juga membuat penjual telok abang meraup untung.
Tradisi telok abang sudah turun-temurun berlangsung sejak zaman kolonial Belanda. Seiring perkembangan zaman, tradisi telok abang dilakukan setiap merayakan HUT RI.
Dalam bahasa Palembang, telok berarti telur dan abang berarti merah. Dari dua kata itu disebutkan telok abang adalah telur rebus yang berwarna merah. Dulunya, telur yang biasa digunakan adalah telur bebek, namun berubah menjadi telur ayam.
-
Tradisi unik apa yang ada di Palembang? Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi dan budaya yang unik dalam menyambut datangnya Idulfitri. Seperti halnya di Bumi Andalas atau Palembang yang memiliki tradisi bernama rumpak-rumpakan.
-
Kapan tradisi ini dimulai? Tradisi undangan berhadiah kopi saset hingga bumbu masak telah lama digunakan masyarakat Majalengka sebelum melangsungkan hajatan.
-
Kapan tradisi ini dilakukan? Tradisi ini diketahui sudah berkembang sejak tahun 1950-an, dan jadi salah satu hajat desa yang selalu ramai didatangi oleh warga.
-
Siapa yang memulai tradisi ini? Tradisi itu berasal dari seorang tokoh syiar Islam di Klaten bernama Ki Ageng Gribig.
-
Apa tradisi unik di Sumatera Selatan? Salah satunya adalah tradisi unik yang ada di Sumatra Selatan yakni saling bertukar takjil dengan tetangga di sekitar kampung tempat tinggal.
-
Kapan tradisi ini pertama kali muncul? Menurut sejarah, tradisi itu muncul pertama kali saat Ki Ageng Gribig baru pulang dari Makkah usai melaksanakan ibadah haji.
Agar lebih menarik, telok abang ditancapkan di miniatur perahu, pesawat terbang, mobil-mobilan, dan becak yang terbuat dari jenis kayu gabus. Seiring sulitnya bahan baku, pengrajin menggunakan gabus dan kertas kardus.
Berdasarkan pantauan merdeka.com, puluhan pedagang menjajakan telok abang di Jalan Merdeka, atau tepatnya di seputaran kantor wali kota Palembang. Mereka berjualan setiap hari menjelang HUT RI pukul 09.00-17.00 WIB.
Menurut Sudirman (59), dirinya sudah sepuluh tahun menjual telok abang. Satu telok abang lengkap dengan miniatur alat transportasi dijual berkisar Rp 25 ribu hingga Rp 100 ribu. Harga itu sesuai dengan ukuran dan bentuknya.
"Alhamdulillah setiap tahun laris, banyak yang beli. Orang bilang, 17-an tak lengkap kalau tak beli telok abang," ungkap Sudirman, Selasa (11/8).
Setiap hari, Sudirman yang berprofesi pekerja serabutan itu mampu meraup untung minimal Rp 300 ribu. Namun, para pedagang dan pengrajin mengaku cukup kesulitan mencari bahan baku asli yakni kayu gabus. Sebab, kayu jenis itu makin langkah.
"Kami akali pakai gabus putih, ditempel kertas. Untuk miniatur perahu atau becak pakai kertas. Yang penting bagus dan ada bendera merah putihnya," pungkasnya.
Sementara Amran (45), warga Jalan Sido Ing Lautan, Kelurahan 35 Ilir, Palembang, membeli telok abang untuk anaknya yang masih duduk di kelas dua SD. Amran bermaksud memberikan pemahaman kepada anaknya tentang tradisi di Palembang.
"Setiap hari lewat ngantar anak sekolah. Dia tanya terus dan pingin beli. Sekalian biar tahu telok abang," pungkasnya. (mdk/cob)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Masyarakat Palembang menyemarakkan hari bersejarah dengan berburu Telok Abang.
Baca SelengkapnyaTradisi Lebaran bukan cuma soal mudik dan makan ketupat. Di berbagai daerah banyak sekali tradisi dilakukan secara turun temurun dan hanya ada saat Lebaran.
Baca SelengkapnyaTradisi yang rutin diselenggarakan setiap tahunnya ini sudah diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat Bengkulu dalam menyambut Tahun Baru Islam.
Baca SelengkapnyaBerbagai macam perayaan menyambut hari kelahiran Nabi Muhammad di tiap daerah di Indonesia.
Baca SelengkapnyaTradisi syawalan di Pulau Jawa telah berlangsung lintas generasi.
Baca SelengkapnyaBagi umat Islam, tanggal 10 Muharram dianggap sebagai hari spesial. Banyak peristiwa besar yang terjadi pada tanggal itu.
Baca SelengkapnyaJadi kebiasaan sehari-hari, sejak kapan orang Indonesia mulai sering cium tangan?
Baca SelengkapnyaPeringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Banyuwangi selalu meriah karena ada tradisi Endog-Endogan.
Baca SelengkapnyaTradisi lomba Perahu Bidar ini sudah berlangsung sejak Kesultanan Palembang tepatnya pada tahun 1898. Lomba ini juga dikenal dengan istilah Kenceran.
Baca SelengkapnyaSetiap wilayah di Indonesia punya caranya masing-masing dalam menyambut Hari Lebaran
Baca SelengkapnyaTak sekedar menyambut Tahun Baru Islam, tradisi Malam 1 Suro ini juga sebagai bentuk pelestarian budaya yang sudah mengakar di masyarakat.
Baca SelengkapnyaLebaran Tenabang merupakan gelaran tahunan warga Tanah Abang yang menampilkan beragam budaya khas Betawi.
Baca Selengkapnya