Tempat mesum tutup di bulan Ramadan, yakin pelakunya tobat?

Merdeka.com - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mewajibkan seluruh tempat hiburan yang berbau mesum tutup selama Ramadan. Spa, pijat plus, tari telanjang, dan segala hiburan malam pun ikut 'puasa' alias tutup mulai H-1 Ramadan.

"Substansi yang pertama adalah tempat hiburan yang ditutup selama satu bulan penuh ada sebanyak 898 tempat hiburan. Terdiri dari kelab malam, diskotek, mandi uap, griya pijat, permainan mesin keeping jenis bola ketangkasan serta usaha bar yang berdiri sendiri dan yang melekat," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta Arie Budhiman.

Kebijakan ini mengacu pada Peraturan Daerah (Perda) No 19 Tahun 2004 tentang Kepariwisataan dan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No 98 tahun 2004 tentang Waktu Penyelenggaraan Industri Pariwisata di DKI Jakarta. Serta Surat Edaran Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta No 35/SE/2013 per tanggal 29 Mei 2013.

Maka karena di bulan suci, tempat mesum dan pengunjungnya ikut puasa. Setelah sebulan puasa, kembali tempat-tempat itu disesaki pengunjung. Sosiolog UIN Syarif Hidayatullah Musni Umar menyindir aturan soal penertiban ini.

"Kalau ada momentum pas mau Ramadan baru sibuk melarang. Seharusnya aturan tegas soal tempat-tempat hiburan malam ini tak cuma berlaku menjelang Ramadan," kata Musni Umar saat berbincang dengan merdeka.com, Jumat (5/7).

Musni membandingkan Jakarta dengan Kuala Lumpur. Aturan di sana tegas mengatur siapa yang boleh pergi ke kelab malam. Di Genting Highland Malaysia misalnya, orang Melayu dan yang beragama Islam dilarang masuk. Kalau ketahuan hukuman tegas menanti tanpa pandang bulu. Saat menyambut Ramadan, mereka tak perlu pusing-pusing razia dan mengeluarkan Perda lagi.

"Kalau di Jakarta kan kasus tempat hiburan malam ini sangat rumit masalahnya. Banyak wanita yang terlilit masalah ekonomi terlibat di dalamnya. Ada aparat hukum yang ibarat pagar makan tanaman. Tak selesai cuma dengan aturan tutup selama Ramadan," kata pria yang menyelesaikan Doktor di Universitas Kebangsaan Malaysia ini.

Menurut Musni selama tak ada perbaikan masalah pendidikan, atau perekonomian, maka masalah esek-esek di Indonesia ini tak akan selesai. Sehabis Lebaran, wajah-wajah baru akan muncul, datang entah dari mana diajak temannya. Wajah lugu yang akan cepat berganti dengan polesan lipstik dan rok mini. Apalagi permintaan dari para lelaki hidung belang sangat tinggi. Bisnis esek-esek memang tak pernah mati.

"Masalah pemerintah itu terlalu banyak berwacana. Banyak bicara tanpa ada sesuatu yang ril," kritiknya.

Namun Musni menganggap aturan tutup ini sedikit lebih baik daripada tak ada aturan sama sekali. Menurutnya daripada ada sweeping ormas, lebih baik pemerintah yang menutup. Saatnya semua merenung. Bukan hanya para wanita malam dan lelaki hidung belang. Tetapi para pejabat yang belum juga bisa mencari solusi soal tempat hiburan malam.

Simak tulisan berseri redaksi merdeka.com soal geliat tempat hiburan malam menyambut Ramadan hari ini. Selamat membaca.

Baca juga:

'Namanya juga syahwat, biar bulan puasa, pasti ada yang nyari'

Dilema pengusaha hiburan malam di Ramadan, merugi karena aturan

Jika aparat mandul, FPI akan sweeping tempat hiburan malam

Polisi gerebek karaoke yang sediakan penari striptis anak-anak (mdk/ian)