Temuan Nisan Kerajaan di Tol Aceh dan Surat dari Cucu Sultan
Merdeka.com - Penemuan puluhan batu nisan mewarnai pembangunan Tol Aceh atau Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) ruas Sibanceh, tepatnya di area pembangunan persimpangan Baitussalam, seksi 6, Aceh Besar, baru-baru ini. Menurut pegiat sejarah, batu nisan tersebut merupakan peninggalan masa kerajaan.
Ketua Komunitas Peubeudoh Sejarah, Adat dan Budaya (Peusaba) Aceh, Mawardi Usman, mengatakan bahwa nisan-nisan tersebut berasal dari era Kesultanan Aceh Darussalam. Kebanyakan dari nisan tersebut terlihat sudah tidak utuh dengan ukuran bervariasi yang tertimbun oleh tanah meski sebagian di antaranya terlihat tegak berdiri.
Usman yakin bahwa sebagian besar pemilik dari batu nisan tersebut merupakan ulama. Ia mendasarkan keyakinannya itu dari pengalamannya mengamati banyak bentuk fisik nisan-nisan para ulama sufi di Aceh.
-
Siapa yang menemukan batu berukir itu? Seorang guru geografi asal Inggris, Graham Senior menemukan artefak kuno saat berkebun di rumahnya.
-
Kenapa Batu Quran dianggap keramat? Tempat ini selalu ramai dikunjungi karena terkenal keramat.
-
Di mana batu nisan ksatria ditemukan? Batu nisan tersebut ditanam untuk menghormati seorang ksatria, ditanam pertama kali pada 1627. Batu nisan ditutupi dengan ukiran cekungan (pernah diisi dengan tatahan kuningan) yang menggambarkan sosok seorang ksatria Inggris dengan pedang dan perisai. Sejak pertama kali dipasang pada 1627, nisan ini tetap ada sampai tahun 1640-an ketika pintu masuk selatan gereja dibangun. Batu nisan ditemukan kembali pada 1907 dan dalam kondisi rusak. Kemudian diperbaiki dan dipindahkan ke mimbar Gereja Memorial yang sekarang.
-
Dimana letak Batu Quran? Puluhan sampai ratusan orang silih berganti mendatangi situs Batu Quran di Kelurahan Kadubungbang, Kecamatan Cimanuk, Kabupaten Pandeglang, Banten.
-
Siapa pemilik makam kuno? Berdasarkan artefak yang ditemukan, arkeolog menduga makam ini adalah makam dari seorang bangsawan yang memiliki kekuasaan.
-
Apa jenis fosil yang ditemukan pada batu nisan? Mikrofosil Para peneliti menggunakan fosil yang ditemukan di dalam batu untuk mengungkap jenis mikrofosil yang disebut foraminifera.
"Kita enggak menolak pembangunan jalan tol tersebut. Ini soal bagaimana menyiasatinya. Misalnya, menggeser pintu tol sehingga tidak mengenai makam, bukan sebaliknya, dengan menggeser makam," ucapnya, dalam keterangan resmi kepada Liputan6.com, Selasa (23/2).
Surat dari Cucu Sultan
Sementara itu, Cut Putri, perempuan yang mengaku keturunan dari Jauharul Alam Syah Zilullahi Fil A'lam, salah satu sultan yang pernah memimpin kesultanan Aceh, mewakili lembaganya, secara resmi telah menyurati Menteri PUPR yang isinya meminta kementerian agar mengambil langkah penyelamatan serta melestarikan situs yang baru muncul tersebut.
Surat yang sama juga ia tujukan kepada kepala daerah dan instansi terkait serta perusahaan pemegang proyek tol tersebut.
Dalam surat bertanggal 16 Februari 2021 tersebut, Cut Putri turut menyelipkan Fatwa Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Nomor 5 Tahun 2020, yang menetapkan bahwa hukum menghilangkan, merusak, mengotori dan melecehkan nilai-nilai cagar budaya Islami, haram.
Karena itu, dirinya berharap pengerjaan tol tidak sampai menghancurkan keberadaan makam yang secara otomatis telah berstatus cagar budaya tersebut.
"Darud Donya juga meminta agar jalur jalan tol tersebut dapat digeser sehingga pembangunan jalan tol dapat terlaksana tanpa merusak situs sejarah cagar budaya yang sangat berharga sebagai warisan peninggalan sejarah bangsa," kata perempuan yang mengaku memiliki garis keturunan Sultan Jauharul Alam Syah Zilullahi Fil A'lam.
Kabar terakhir mengatakan bahwa pihak terkait telah menandai lokasi penemuan yang beriringan pula dengan penghentian pekerjaan kontruksi sampai hasil evaluasi di lapangan keluar. Sebelumnya, keberadaan makam tersebut tidak ada di dalam daftar nominatif pembebasan lahan yang dikeluarkan Badan Pertanahan Nasional (BPN).
Reporter: Rino Abonita
Sumber : Liputan6.com
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rumah yang kini menjadi Cagar Budaya Kabupaten Agam itu dulunya dijaga oleh Syech Muhammad Saidi beserta keturunannya.
Baca SelengkapnyaTak hanya soal keindahan alamnya, ternyata Karimunjawa juga punya berbagai peninggalan sejarah.
Baca SelengkapnyaMakam para ulama ini terletak di pemakaman umum desa.
Baca SelengkapnyaAceh merupakan salah satu destinasi utama bagi wisata religi di Indonesia dengan keindahan yang memukau.
Baca SelengkapnyaDi Desa Astana, peninggalan kejayaan Islam era lampau masih bisa dilihat seperti makam Sunan Gunung Jati, Petilasan Syekh Datul Kahfi, sampai Keraton Pakungwati
Baca SelengkapnyaSebagian masyarakat yakin makam Sunan Kalijaga ada di Kadilangu Demak, tapi ada juga yang yakin makam sesungguhnya Sunan Kalijaga ada di Tuban.
Baca SelengkapnyaSaat makam Habib Cikini mulai dikeruk menggunakan alat berat ekskavator muncul berbagai karomah. Bahkan, bagian pengeruk mesin tersebut dikabarkan patah.
Baca SelengkapnyaTak hanya sebagai pemakaman umum, di makam Bergota Semarang terdapat beberapa makam tokoh pribumi penting pada masanya.
Baca SelengkapnyaTim peneliti sudah memulai proyek penggalian di lokasi yang disebut-sebut peninggalan bahtera atau kapal Nabi Nuh di Gunung Ararat, Agri, Turki.
Baca SelengkapnyaDi Desa Ciawi Japura, Cirebon, Jawa Barat, ditemukan sebuah situs batu tulis berusia ratusan tahun.
Baca SelengkapnyaDi Kecamatan Leuwimunding terdapat 12 pesantren, 16 masjid, dan juga 378 musala sebagai penunjang destinasi religi
Baca SelengkapnyaSosoknya cukup berpengaruh dalam perkembangan Agama Islam di Cirebon
Baca Selengkapnya