Tepis isu santet, ini penyebab tewasnya 10 warga Berau
Merdeka.com - Kepolisian di Berau, Kalimantan Timur, melansir hasil diagnosa tim medis Puskesmas Merancang Ulu, terkait rentetan meninggalnya 10 orang warga kampung. Hasil pemeriksaan medis itu, juga telah disampaikan di hadapan warga kampung Merancang Ulu, Senin (21/3). Pemeriksaan medis itu, juga untuk menepis isu santet, yang sempat berkembang di tengah masyarakat.
Hasil diagnosa medis puskesmas, dibacakan 2 petugas puskesmas, dr Noviah Khasanah, beserta perawat puskesmas, Beny. Berdasarkan hasil diagnosa, 10 warga yang meninggal, tercatat meninggal sejak Desember 2015-Maret 2016, meninggal disebabkan sakit.
"Dari hasil diagnosa, ada bayi yang berusia 4 bulan, meninggal dunia," kata Kapolres Berau AKBP Anggie Yulianto Putro, kepada merdeka.com, Senin (21/3) malam.
-
Mengapa korban diduga meninggal? Diduga kuat, korban meninggal karena sakit karena tidak ditemukan luka akibat kekerasan.
-
Bagaimana korban meninggal? 'Dalam proses dari Lampung ke Jakarta ini (korban) pendarahan hebat. Pelaku juga mengetahui bahwa si korban sedang pendarahan. Pelaku ini mengetahui bahwa korban sedang pendarahan hebat, namun dibiarkan saja, sehingga korban kehabisan darah dan meregang nyawa,' kata dia.
-
Mengapa warga Puncak meninggal? Kematian karena diare dan dehidrasi,“ Abdul menyebutkan berdasarkan laporan tersebut, kekeringan ini telah berdampak pada kurang lebih 7.500 jiwa.
-
Bagaimana kematian korban diketahui? Kematian korban diketahui pertama kali oleh penghuni apartemen yang mencium aroma kurang sedap.
-
Bagaimana orang-orang di makam itu meninggal? Mereka ditemukan di bagian kota yang tidak memiliki karakteristik umum dari sebuah pemakaman, menunjukkan tanda-tanda kematian yang kejam.
-
Siapa yang ditemukan meninggal? Saat itu, ditemukan seorang pria atas nama W (55) dalam keadaan tak bernyawa.
Berdasarkan data yang disampaikan tim medis puskesmas ke kepolisian, berikut nama-nama 10 warga kampung Merancang Ulu, yang meninggal sejak Desember 2015 lalu ;
1. Zaitun (22), menderita sakit asma dan bronchitis kronis. Meninggal 7 Desember 2015
2. Jidi (60), menderita 29 Desember 2015 akibat Tuberculosis Paru
3. Nur Aulatur Rohmah, berusia 4 bulan, didiagnosa Pneumonia berat, meninggal 21 Januari 2016
4. Nafisah (35), meninggal 27 Januari 2016 akibat penyempitan pembuluh syaraf otak
5. Irawati (25), didiagnosa menderita infeksi lambung dan bronchitis, meninggal 4 Februari 2016
6. Idris (40), sakit malaria dan meninggal 3 Maret 2016
7. Evi (35) bersama bayinya, lantaran tidak bisa melahirkan secara normal. Oleh medis, dianjurkan menjalani operasi cesar, namun keluarganya membawa ke dukun. Meninggal 7 Maret 2016
8. Bayi anak ibu Evi, yang meninggal sehari setelah dilahirkan
9. Mustafa (37), menderita sakit jantung dan meninggal 9 Maret 2016
10. Jamhuri (61), meninggal sakit jantung pada 17 Maret 2016
"Kesemuanya adalah warga kampung Merancang Ulu," terang Anggie.
Masih dijelaskan Anggie, tim kepolisian bersama dengan Puskesmas dan unsur muspida, termasuk Wakil Bupati Berau Agus Tantomo, telah melakukan upaya menenangkan warga, sepanjang Senin (21/3).
"Kami telah melakukan pengamanan saat rukyah, mengimbau warga agar mereka yang dicurigai (sebagai dukun santet) agar lebih bersabar, juga mengimbau aparat kampung, agar tidak main hakim sendiri," tegas Anggie.
Diketahui sebelumnya, Dinas Kesehatan Berau sempat menyatakan, meninggalnya 10 orang warga Berau, tidak bisa dianalisa secara medis.
"Dari sisi kesehatan, kita tidak dapat simpulkan karena itu kesurupan. Jadi, tidak bisa dianalisa secara kedokteran, secara ilmu kesehatan," kata Kepala Dinas Kesehatan Berau, Totoh Hermanto, ketika dikonfirmasi, Minggu (20/3) sore. (mdk/hhw)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tiga orang meninggal dunia diduga karena konsumsi ternak sapi yang telah mati sebelum disembelih
Baca SelengkapnyaPara remaja ini loncat ke kali sebelum ditemukan menjadi mayat.
Baca SelengkapnyaPara korban itu didiagnosa overdosis atau mengonsumsi alkohol lebih dari kadar.
Baca SelengkapnyaImbas dari kejadian tersebut BPBD melaporkan sejumlah ruas jalan nasional menuju Kabupaten Agam dan Tanah Datar tidak bisa dilalui.
Baca SelengkapnyaTujuh orang ditemukan meninggal dunia dalam kondisi mengambang di aliran Kali Bekasi, Jawa Barat pada Minggu (22/9).
Baca SelengkapnyaSuasana Kali Bekasi tepatnya di titik kawasan Jatiasih Pondok Gede mendadak ramai petugas, Minggu (22/9).
Baca SelengkapnyaKondisi sopir bus masih dalam perawatan di rumah sakit.
Baca SelengkapnyaTim Pencarian dan Pertolongan (SAR) gabungan, Sabtu (8/6), menutup upaya pencarian korban banjir lahar dingin Gunung Marapi Sumatera Barat (Sumbar).
Baca SelengkapnyaPengacara dan keluarga menemukan banyak kejanggalan dalam kasus kematin santri AH.
Baca SelengkapnyaHingga saat ini, Pemkab belum menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit antraks.
Baca SelengkapnyaKorban antraks ikut menyembelih dan memakan sapi yang sudah mati.
Baca SelengkapnyaAdapun pada tempat berkumpulnya peserta tawuran, diketahui terdapat 50 orang yang sudah berada di tempat tersebut.
Baca Selengkapnya