Terdampak kabut asap, sekolah di Palembang hanya aktif 3 jam sehari
Merdeka.com - Kabut asap kebakaran hutan dan lahan di Sumsel berdampak besar bagi dunia pendidikan di Palembang. Sejak dua bulan terakhir, sekolah-sekolah di kota itu hanya aktif tiga jam setiap hari.
Salah satu sekolah yang mengambil kebijakan tersebut adalah SD Palm Kids yang berlokasi di Jalan Soekarno Hatta Palembang. Di sekitaran sekolah ini, tepatnya di bagian belakang, memang masih ada belasan hektar hutan. Akibatnya, kabut asap pekat sangat kontras baik di pagi maupun sore hari di sekolah berbasis bahasa Inggris tersebut.
Kepala SD Palm Kids Palembang Dewi Indrawati mengungkapkan, di hari normal sekolah itu aktif belajar selama enam sampai tujuh jam sehari, atau pukul 07.00-13.30 WIB.
-
Siapa yang terdampak kabut asap? Dampak kabut asap dapat memperburuk kondisi penderita asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
-
Apa dampak kabut asap ke paru-paru? Sebuah penelitian menunjukkan bahwa efek kabut asap dalam jangka panjang bisa meningkatkan risiko penyakit paru-paru, seperti infeksi saluran pernapasan dan emfisema.
-
Dimana saja kabut asap terjadi? Biasanya, kejadian ini terjadi di beberapa wilayah Indonesia.
-
Siapa yang terancam dikeluarkan dari sekolah? Akibatnya, anak laki-laki berusia 12 tahun itu telah beberapa kali dikenai sanksi karena melanggar aturan panjang rambut, dan mungkin akan dikeluarkan dari sekolah.
-
Bagaimana kabut di kampung unik di Tasikmalaya? Kabut menjadi daya tarik menarik di Kampung Sukamekar karena saat muncul intensitasnya akan sangat tebal.
-
Apa yang muncul di halaman sekolah setelah gempa? Lebih dari satu sumber mata air tampak muncul dari sela-sela lantai paving.
Agar tidak berdampak buruk bagi kesehatan siswanya, sekolah tersebut mengambil kebijakan mengatur waktu belajar menjadi dipersempit. Jam masuk diperlambat menjadi pukul 08.30 WIB dan pulangnya dipercepat atau pada pukul 12.00 WIB.
"Karena asap, sebulan ini kegiatan belajar tidak efektif. Paling sehari cuma tiga jam, kadang juga lebih sedikit. Kalau kabut makin pekat, siswa dipulangkan lebih cepat," ungkap Dewi kepada merdeka.com, Sabtu (24/10).
Menurut dia, kebijakan tersebut jelas merugikan siswa. Sebab, mereka akan banyak ketinggalan mata pelajaran yang seharusnya bisa tuntas dalam waktu satu semester penuh.
"Mau bagaimana lagi, ini juga anjuran dinas. Dari pada anak-anak jatuh sakit, mending begitu kebijakannya," kata dia.
Dia menambahkan, baru-baru ini saja, pihak guru dan siswa dihebohkan dengan kebakaran hutan yang terjadi persis di belakang sekolah itu. Tak sanggup memadamkan api, mereka akhirnya menghubungi petugas kebakaran untuk dilakukan pemadaman.
"Apinya besar, asapnya masuk ke dalam kelas. Lagi-lagi, siswa kamu pulangkan untuk keselamatan," pungkasnya.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pemerintah kota Jambi mewajibkan anak-anak menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah.
Baca SelengkapnyaSiswa dipulangkan pukul 10.00 yang seharusnya pukul 12.00
Baca SelengkapnyaAnak-anak dan lanjut usia merupakan kelompok terbanyak sebagai penderita ISPA akibat kabut asap.
Baca SelengkapnyaGuru dan murid sekolah di Palembang harus kembali menjalani pembelajaran jarak jauh gara-gara kabut asap karhutla yang tak kunjung teratasi.
Baca SelengkapnyaPada PPDB 2022 terdapat 12 siswa baru dan 2021 ada 7 siswa baru.
Baca SelengkapnyaUntungnya saat kejadian sore hari itu tidak sampai menimbulkan korban jiwa.
Baca SelengkapnyaKadisdik mengatakan berdasarkan Surat Edaran Kemendikbud masih diutamakan menggelar pembelajaran tatap muka.
Baca SelengkapnyaMiris, sekolah di Ponorogo ludes terbakar tak tersisa. Para guru menangis mengetahui musibah itu.
Baca SelengkapnyaProses belajar mengajar di sekolah kembali dilaksanakan secara tatap muka setelah kondisi udara membaik.
Baca SelengkapnyaTiba-tiba jarak pandang berkurang diduga akibat pengaruh angin yang membawa asap di sekitar bandara.
Baca SelengkapnyaHal ini dampak asap dari kebakaran hutan dan lahan di sejumlah wilayah di Sumatera Selatan.
Baca SelengkapnyaKebakaran di sekitar pesantren diperkirakan 20 hektare bahkan hampir menjalar ke gedung untuk bisa dipadamkan.
Baca Selengkapnya