Terduga bandar narkoba ditembak mati polisi, keluarga lapor Propam
Merdeka.com - Tak terima suaminya ditembak mati dengan cara sadis, Esti Novitasari (31) melaporkan salah satu petinggi Polres Ogan Komering Ulu (OKU) Timur ke Bid Propam Polda Sumsel. Pelapor berharap polisi tidak melakukan aksi sewenang-wenang tanpa ditemukan bukti akurat.
Korban bernama Apriansyah (39) yang beralamat di Desa Karsa Jaya, Kecamatan Belitang Jaya, OKU Timur. Dia diketahui keluarga sudah berada di kamar mayat rumah sakit setempat setelah postingan seseorang di media sosial, Jumat (12/10) malam.
"Kakak saya pertama kali tahu, bukan dari polisi, kami ke kamar mayat dan membawa jenazah suami saya ke rumah untuk dimakamkan," ungkap Esti saat melapor ke Bid Propam Polda Sumsel, Rabu (17/10).
-
Kenapa Polwan tersebut membakar suaminya? Seorang Polwan ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan suaminya sendiri karena diduga mengalami baby blues.
-
Apa yang dilakukan Polwan tersebut terhadap suaminya? Tersangka berinisial Briptu FN diketahui membakar suaminya secara hidup-hidup.
-
Kenapa Suratul Padli dan istrinya lapor ke Polda NTB? 'Kami mendampingi korban untuk minta penjelasan, siapa yang mencatut nama korban ini, tetapi sampai sekarang tidak ada tanggapan sehingga korban memilih untuk melaporkan ke Polda NTB,' kata Anton.
-
Bagaimana Polwan tersebut membakar suaminya? Tersangka berinisial Briptu FN diketahui membakar suaminya secara hidup-hidup.
-
Siapa yang dibunuh secara sadis? Hasil analisis menunjukkan, kedua mumi laki-laki ini mengalami kematian di tempat akibat tindakan kekerasan yang disengaja.
-
Apa yang diminta polisi ke korban? Setelah itu, ia melaporkan peristiwa tersebut ke polsek terdekat. Beberapa hari kemudian, ia iseng melihat forum jual beli di media sosial Facebook. Tanpa sengaja, ia menemukan ada akun yang menjual motornya. Keesokan harinya, ia melaporkan hal itu ke Polsek. Namun, seusai membuat laporan, ia dimintai uang oleh anggota kepolisian untuk beli bensin dan makan.
Kecurigaan keluarga muncul ketika hendak memandikan jenazah. Keluarga melihat bekas lobang yang diduga akibat tembakan di tubuhnya. Total ada sembilan peluru yang bersarang.
Dengan rincian, dua lobang di dada kiri dan kanan, satu lobang di ulu hati, dua lobang di perut kiri dan kanan, dua lobang di paha kiri dan kanan, pergelangan tangan kiri, serta satu lobang di punggung.
"Waktu kami balikkan badannya, ada sebutir peluru yang jatuh. Ternyata, peluru itu berasal dari tembakan di punggung yang belum dikeluarkan," ujarnya.
Merasa tidak beres, keluarga mendatangi Polres OKU Timur untuk mencari tahu penyebab kematian korban. Barulah dijelaskan polisi bahwa korban ditembak saat razia di Jalan Belitang-Martapura, OKU Timur, beberapa jam sebelum beredar di medsos.
"Kata polisi, suami saya bandar narkoba, melarikan diri waktu razia jadi ditembak. Tapi heran, kenapa keluarga tidak diberitahu, malah kami yang bawa dari kamar mayat. Waktu pemakaman tidak ada polisi yang datang, kami tahu penyebabnya karena sengaja datang ke polres," kata dia.
Robinson (47) menyesalkan dugaan arogansi polisi terhadap adiknya itu. Dia meragukan kronologis kejadian dan menduga adanya unsur kesengajaan dalam penembakan itu.
"Kalau memang adik saya lari pasti cuma dilumpuhkan, ditembak di kaki. Ini malah tidak ada tembakan di kaki, tembakannya ada sembilan lobang, sasarannya pas di dua puting dada, di ulu hati, terus di perut kiri kanan, paha depan kiri kanan, ada di punggung satu," terangnya.
"Melihat dari tembakannya seperti itu, adik saya itu ditembak dari jarak dekat dan posisinya terlentang. Kayaknya sengaja dibunuh bukan untuk dilumpuhkan," sambungnya.
Dari keterangan polisi, kata dia, korban dirazia saat mengendarai mobil Chevrolet jenis Spin LTZ warna putih dengan nomor polisi B 2706 TF dari arah Martapura menuju Belitang. Lalu, korban menghubungi seseorang melalui telepon.
Begitu korban menelpon, polisi mengaku mendapatkan sabu dari dalam mobilnya. Lalu, Apriansyah melarikan diri sambil menembak petugas menggunakan pistol rakitan. Akhirnya polisi melumpuhkan Apriansyah hingga tewas.
"Dia dituduh bandar narkoba, padahal dia cuma penjaga malam di pasar dan hotel. Kami tahu persis adik saya gimana, dia bukan buronan, bukan DPO, tidak pernah ada kasus atau apa, tiba-tiba dibilang bandar narkoba," kata Robinson.
"Karena itu kami melaporkan salah satu petinggi di Polres OKU Timur yang memimpin razia, termasuk anggota yang ikut dan menembaknya, satu proyektil jadi alat bukti. Cara seperti ini sangat sadis, tidak ada bukti jelas langsung menembak mati segala," tutupnya.
Sementara itu, Kapolres OKU Timur AKBP Erlin Tangjaya tidak mempersoalkan pihak keluarga yang melaporkan kejadian itu ke propam. Erlin menyebut anak buahnya telah melakukan tindakan sesuai SOP dan berdasarkan temuan di lapangan.
"Silakan saja, tidak ada masalah dilaporkan. Yang jelas sesuai SOP dan ada alasan kenapa anggota melakukan tindakan tegas," kata Erlin saat dikonfirmasi.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
"Kasus ini sangat memprihatinkan, korban tewas sia-sia karena perilaku oknum yang brutal," kata Habiburokhman.
Baca SelengkapnyaPelaku harus ditindak tegas karena kasus tersebut telah mencederai institusi Korps Bhayangkara.
Baca SelengkapnyaMabes Polri tetap sepenuhnya menyerahkan penanganan kasus polisi tembak polisi itu ke Polda Sumatera Barat (Sumbar).
Baca SelengkapnyaAKP Dadang Iskandar sempat mengancam personel polisi sesaat sebelum menembak rumah dinas Kapolres Solok Selatan
Baca SelengkapnyaKapolda Sumbar, Irjen Suharyono menjelaskan Polres Solok Selatan sedang menyelidiki pengerjaan tambang diduga ilegal jenis galian C
Baca SelengkapnyaKetua Harian Kompolnas Irjen Pol (purn) Arief Wicaksono Sudiutomo membeberkan sejumlah fakta kasus polisi tembak polisi di Solok Selatan.
Baca SelengkapnyaAdapun kronologi penembakan dua perwira ini diduga akibat proyek tambang ilegal
Baca SelengkapnyaKompolnas mengatakan, penyidikan yang dilakukan Polda Sumbar sudah berjalan sesuai prosedur yang berlaku.
Baca SelengkapnyaMenurut Nasir, kasus tersebut juga menjadi peringatan bagi institusi kepolisian untuk berbenah diri.
Baca SelengkapnyaAKP Dadang Iskandar terbukti bersalah dan melakukan perbuatan tercela dalam kasus polisi tembak polisi.
Baca SelengkapnyaSanksi tegas itu diberikan menyusul aksi AKP Dadang menembak Kasat Reskrim Polres Solok Selatan AKP Ulil Riyanto Anshari hingga meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaAKP Ryanto Ulil Anshar ditembak di parkiran Mapolres Solok Selatan pada Jumat (22/11) dini hari.
Baca Selengkapnya