Terduga Teroris Perempuan Ditangkap di Klaten Meninggal di RS Polri
Merdeka.com - YD (38), terduga teroris yang ditangkap Densus 88 Antiteror di Klaten, Kamis (14/3) lalu dikabarkan meninggal dunia. Kabar meninggalnya YD disampaikan Ketua RW Dusun Desan, Desa Joton, Kecamatan Jogonalan, Mujiono, kepada wartawan, Rabu (20/3).
Mujiono mengatakan, YD alias Yuli meninggal dunia pada Senin (18/3) malam, setelah mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Polri, Jakarta. Yuli, kata Mujiono, menderita penyakit lambung akut.
-
Bagaimana wanita tersebut meninggal? Dua kerangka ini telah dipindahkan untuk uji laboratorium, bertujuan untuk memastikan bagaimana pasangan ini meninggal dan mengapa wajah wanita itu bolong.
-
Bagaimana korban meninggal? 'Dalam proses dari Lampung ke Jakarta ini (korban) pendarahan hebat. Pelaku juga mengetahui bahwa si korban sedang pendarahan. Pelaku ini mengetahui bahwa korban sedang pendarahan hebat, namun dibiarkan saja, sehingga korban kehabisan darah dan meregang nyawa,' kata dia.
-
Bagaimana cara perempuan itu dibunuh? 'Membunuh orang dengan cekikan ligatur ditafsirkan sebagai bentuk bunuh diri simbolis, karena dengan mencekik diri sendiri, individu itulah yang menyebabkan kematiannya sendiri,' kata para penulis studi tersebut.
-
Siapa korban pembunuhan? Pelaku ditangkap oleh tim gabungan Resmob Polrestabes Semarang dan Jatanras Polda Jateng di hari yang sama dengan kejadian yaitu Senin (24/7). “Jadi kejadian jam 03.00 wib. Pelaku kami tangkap dalam pelariannya di Solo Jateng pukul 06.00 Wib.“
-
Mengapa korban diduga meninggal? Diduga kuat, korban meninggal karena sakit karena tidak ditemukan luka akibat kekerasan.
-
Siapa yang menjadi korban tewas? Korban meninggal dunia:1. Catur Pancoro (47) warga Tulangan, Sidoarjo.2. Hadi umar F (21), warga Mojo Lebak Mojokerto.3. Aditya Sapulete (38), warga Cungkup Pucuk, Lamongan.
Jenazah Yuli dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Selasa (19/3) siang. Dia serta sejumlah kerabat dari Klaten maupun Jakarta ikut melayat. Termasuk Iwan, suami Yuli dan ketiga anaknya.
Mujiono mengaku mendapatkan kabar kematian Yuli dari petugas Polres Klaten. Polisi mengajak dirinya dan ketua RT ke Jakarta untuk menyaksikan kondisi Yuli yang sudah meninggal dunia dan sekaligus menyaksikan pemakamannya. Mujiono bersama rombongan dan seorang anggota Densus 88 berangkat ke Jakarta pada Senin malam.
"Jadi dari Reserse Polres Klaten ada yang ke sini. Dulu kan sudah diminta sewaktu-waktu bersedia menjadi saksi. Saya kan ke sana (Jakarta), tapi awalnya nggak ngerti kalau Yuli sudah meninggal," ujar Mujiono.
Saat di Jakarta, Mujiono juga bertemu dengan keluarga Yuli. Setelah makan malam, dia dan keluarga baru diberitahu jika Yuli sudah meninggal dunia karena sakit.
"Sakitnya Minggu, meninggalnya Senin siang jam satu. Sakit lambung akut, dari rumah itu kan sudah sakit. Pas di sini kalau makan saja muntah. Katanya di Jakarta pernah operasi. Harusnya kontrol tapi dia tidak kontrol," katanya.
Mujiono menambahkan, ibu kandung Yuli, Sriyatun sengaja tidak diajak ke Jakarta. Hari ini, Iwan, suami Yuli dan keluarga mengunjungi mertuanya tersebut. Kedatangan Iwan sekaligus untuk mengabarkan kondisi Yuli.
"Hari ini Mas Iwan dan 3 anaknya pulang ke sini untuk memberitahu ibunya Yuli. Semua keluarga dari Jakarta ke sini," pungkas dia.
Sebelumnya, Densus 88 Antiteror Mabes Polri menangkap seorang perempuan berinisial YD (35) di rumah orang tuanya Dukuh Desan Wetan RT 5 RW 2 Desa Joton, Jogonalan, Klaten, Kamis (14/3) sore. Penangkapan YD membuat warga terkejut. Hal itu karena YW yang lahir di desa tersebut tak pernah menunjukkan perilaku yang aneh. Demikian juga orangtua dan keluarga serta kerabat yang ada.
Wakijo, Kadus 1 Desa Joton yang rumahnya tak jauh dari tempat tinggal YD mengaku kenal dengan wanita yang sekarang tinggal di Jakarta tersebut. Saat masih remaja perilaku YD tidak ada yang aneh. Dia dan kedua orang tua maupun anggota keluarga lainnya berhubungan baik dengan tetangga.
"Mbak Yuli (YD) itu asli kelahiran sini (Desa Joton). Saya sendiri terkejut, karena keluarga mereka dari dulu tidak ada afiliasi ke situ. Keagamaannya ya landai-landai saja, tidak ada yang aneh," ujar Wakijo saat ditemui wartawan, Jumat (15/3).
Wakijo menduga, setelah pindah domisili, YD menjadi berubah. Lingkungan atau pergaulan YD, lanjut dia, sangat mempengaruhi kondisinya saat ini. YD menurut dia, pindah dari Desa Joton, sekitar 15 tahun lalu, atau selepas lulus SMA.
"Lho kok jadi seperti ini, saya kaget sekali. Setelah pindah kita sudah tidak tahu pergaulannya sama siapa," katanya.
Lebih lanjut Wakijo mengungkapkan, semenjak pergi dari rumah, dirinya jarang melihat wanita 35 tahun tersebut pulang. Padahal di desa tersebut, YD masih mempunyai seorang ibu kandung dan kerabat lainnya. Saat pulang pun, YD yang dikabarkan sudah memiliki suami dan anak, justru terlihat sendiri.
Wakijo mengatakan, YD sudah tidak ber-KTP Klaten karena sudah berpindah ke Jakarta. Namun sejak kecil, YD tinggal dan sekolah di Klaten.
"SD ya di Tambakan 1, SMP dan SMA juga disini," katanya.
"Sebenarnya warga tidak resah, cuma terkejut. Terkejutnya kok warga saya, tetangga saya, teman saya seperti itu. Padahal dulu nggak seperti itu, sangat prihatin kita. Apalagi ibunya yang sudah seperti itu, hidup sendiri sama anak yang terakhir," katanya lagi.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ade memastikan pada saat ditemukan, korban masih dalam keadaan utuh.
Baca SelengkapnyaMayat perempuan ditemukan di sebuah koper oleh warga sekitar pinggir aliran sungai Kalimalang, Bekasi, Jawa Barat
Baca SelengkapnyaPenganiayaan membuat korban meninggal dunia setibanya di rumah sakit.
Baca SelengkapnyaPolisi masih mendalami motif dari pembunuhan kejam ini.
Baca SelengkapnyaSebelumnya, sesosok jasad perempuan ditemukan di sebuah koper oleh warga sekitar pinggir aliran sungai Kalimalang, Bekasi
Baca SelengkapnyaBerdasarkan hasil penyelidikan sementara, korban diketahui berjenis kelamin perempuan
Baca SelengkapnyaMayat dalam gulungan kasur yang ditemukan warga di Jalan Balai Desa Lama, Desa Talagasari, Kabupaten Tangerang,
Baca SelengkapnyaSeorang wanita tanpa identitas ditemukan tewas membusuk dalam peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Selasa (16/1). Kasus ini masih diselidiki polisi.
Baca Selengkapnya“Kami berhasil temukan identitas, atas nama HG kurang lebih usia 50-60 tahun," kata Iptu I Gede
Baca SelengkapnyaAparat Polres Ogan Ilir, Sumatera Selatan menetapkan kekasih mahasiswi Universitas Sriwijaya yang tewas usai mengkonsumsi pil aborsi sebagai tersangka.
Baca SelengkapnyaMeminum obat racun yang mengakibat korban meninggal dunia
Baca SelengkapnyaMenurut kuasa hukum keluarga korban, Dimas, pelaku R merupakan anak anggota DPR RI dari Komisi IV.
Baca Selengkapnya