Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Terseret kasus HAM & korupsi, Sutiyoso dinilai tak layak jadi KaBIN

Terseret kasus HAM & korupsi, Sutiyoso dinilai tak layak jadi KaBIN Sutiyoso. ©2015 merdeka.com/muhammad luthfi rahman

Merdeka.com - Badan Relawan Nasional (BRN) ikut menolak pencalonan Ketua Umum Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), Sutiyoso sebagai calon tunggal kepala BIN. Sebab, pencalonan purnawirawan itu diendus beraroma bagi-bagi jabatan dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Demikian disampaikan aktivis BRN Eky Tarigan, dikatakannya jabatan kepala BIN bukanlah alat dagang politik. Menurut dia, BIN memiliki peran yang terlalu vital bagi stabilitas negara sehingga, tidak boleh diserahkan kepada sembarangan orang.

"Sementara tidak ada satupun ketua partai politik menduduki jabatan di kabinet, di sisi lain pencalonan kepala Badan Intelijen Negara yang bukan porsi politik diberikan kepada seorang ketua parpol," kata Eky dalam keterangan persnya di Jakarta, Minggu (21/6).

Eky menilai, menjadi seorang kepala BIN memiliki tanggung jawab yang besar dalam menjaga keamanan negara. Atas dasar itu, lembaga BIN mempunyai wewenang yang besar. Pasalnya, kinerja intelijen dianggap sebagai pekerjaan bersifat khusus (extra ordinary) dari hukum maupun pelaksanaan hak asasi manusia.

Lebih jauh, Eky memaparkan, bahwa untuk menunjang tugas tersebut, pos belanja intelijen bersifat rahasia. Artinya, lembaga penegak hukum bakal sulit membongkar kasus-kasus yang melibatkan petinggi BIN.

Sehingga, dinilai Eky, dengan kekuasaan seperti itu akan sangat berbahaya jika BIN dipimpin oleh orang yang tidak tepat. "Penetapan Sutiyoso sebagai calon Kepala Badan Intelijen Negara, tidak mencerminkan adanya niat baik serta sangat melukai perasaan Rakyat dan Negara Republik Indonesia," ujarnya.

Terlebih rekam jejak Sutiyoso, lanjut Eky, jauh dari kata bersih dalam hal penegakan hak asasi manusia. Bahkan, dia menyebut peristiwa penyerangan kantor pusat PDI di Jakarta pada tanggal 27 Juli 1996 silam merupakan contoh yang nyata.

"Sutiyoso yang ketika itu menjabat sebagai Pangdam V Jaya, harus ikut bertanggung jawab. Kesaksian menyebutkan adanya pertemuan di Kodam V Jaya maupun rumah kediaman Sutiyoso pada saat itu. Dan bahkan pada 27 Juli 1996 pukul 05.00 WIB pagi Sutiyoso memerintahkan pergerakan massa untuk menyerbu kantor PDI saat itu," beber dia.

Selain itu, Eky menuding mantan Gubernur DKI dua periode itu telah merugikan keuangan negara semasa kepemimpinannya dalam pelaksanaan proyek-proyek seperti, pembebasan lahan Taman BMW, pengadaan busway tahun 2003-2004 serta pembangunan fasos dan fasum 68.400 rumah susun.

"Ada juga dugaan korupsi penggelembungan dana pengadaan blanko surat ketetapan pajak daerah (SKPD) yang menempel pada STNK di Dispenda DKI Jakarta," tandasnya.

(mdk/rnd)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
PDIP Mengaku Khilaf Pernah Calonkan Gibran Jadi Wali Kota Solo, Singgung Nepotisme Jokowi
PDIP Mengaku Khilaf Pernah Calonkan Gibran Jadi Wali Kota Solo, Singgung Nepotisme Jokowi

Hasto menjelaskan, PDIP berani mencalonkan Gibran kala itu lantaran melihat kepemimpinan Presiden Jokowi yang dinilai telah memberikan dampak baik bagi RI.

Baca Selengkapnya
Kisah Polisi Jujur, Jenderal Hoegeng dan Ketegangan dengan Soeharto
Kisah Polisi Jujur, Jenderal Hoegeng dan Ketegangan dengan Soeharto

“Di negara ini hanya ada tiga polisi yang tidak bisa disuap, yakni polisi tidur, patung polisi, dan Hoegeng,” kata Gus Dur.

Baca Selengkapnya
Deretan Pernyataan Pedas SBY Setelah AHY Dikhianati Anies Baswedan
Deretan Pernyataan Pedas SBY Setelah AHY Dikhianati Anies Baswedan

Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat, SBY terlihat menahan emosi melihat sikat Capres Anies Baswedan yang memilih Cak Imin dibanding AHY.

Baca Selengkapnya
Hari Ini, Hakim Suhartoyo Dilantik Sebagai Ketua MK Gantikan Anwar Usman
Hari Ini, Hakim Suhartoyo Dilantik Sebagai Ketua MK Gantikan Anwar Usman

Suhartoyo berjanji sebagai ketua MK tidak alergi terhadap kritik demi membangun MK yang lebih baik.

Baca Selengkapnya
SBY Sebut Anies Tak Jujur dan Amanah: Gimana Nanti Kalau Jadi Pemimpin?
SBY Sebut Anies Tak Jujur dan Amanah: Gimana Nanti Kalau Jadi Pemimpin?

Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku masih bersukur. Meskipun, ditelikung oleh Anies Baswedan.

Baca Selengkapnya
Hasto: PDIP Mencintai Jokowi dan Keluarga, Namun Kami Ditinggalkan
Hasto: PDIP Mencintai Jokowi dan Keluarga, Namun Kami Ditinggalkan

Hasto mengatakan, PDIP mencintai Jokowi dan keluarganya sampai memberikan privilese yang besar.

Baca Selengkapnya
Koalisi Masyarakat Sipil Kecam Pemberian Pangkat Jenderal Kehormatan Prabowo
Koalisi Masyarakat Sipil Kecam Pemberian Pangkat Jenderal Kehormatan Prabowo

Koalisi Masyarakat Sipil menilai Pemberian gelar jenderal kehormatan kepada Prabowo Subianto merupakan langkah keliru

Baca Selengkapnya
VIDEO: Keras! Amien Rais Kritik Tajam Pemerintahan Jokowi di Diskusi Antimulyono
VIDEO: Keras! Amien Rais Kritik Tajam Pemerintahan Jokowi di Diskusi Antimulyono

Hal itu disampaikan Amien Rais dalam diskusi Tokoh Oposisi Anti-Mulyono yang digelar di Kawasan Menteng

Baca Selengkapnya
VIDEO: Hasto PDIP Sindir Jokowi Usai Sebut Presiden Boleh Kampaye: Sudah Diprediksi Lama
VIDEO: Hasto PDIP Sindir Jokowi Usai Sebut Presiden Boleh Kampaye: Sudah Diprediksi Lama

Hasto mengaku sedih atas penyataan Jokowi yang mendapat sentimen negatif dari masyarakat.

Baca Selengkapnya
Sudirman Said Nilai Pernyataan Jokowi soal Presiden Boleh Memihak Bisa Merusak Norma Bernegara
Sudirman Said Nilai Pernyataan Jokowi soal Presiden Boleh Memihak Bisa Merusak Norma Bernegara

Menurut Sudirman, ucapan Jokowi presiden boleh kampanye dan memihak berbahaya.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Tajam Adian Kritik Prabowo Jadi Jenderal: Jokowi Sakiti Korban Pelanggaran HAM
VIDEO: Tajam Adian Kritik Prabowo Jadi Jenderal: Jokowi Sakiti Korban Pelanggaran HAM

Adian Napitupulu menyatakan, pemberian pangkat jenderal kehormatan kepada Prabowo menyakiti korban pelanggaran HAM masa lalu

Baca Selengkapnya
Guru Besar UI: Hukum Digunakan untuk Melanggengkan Kekuasaan
Guru Besar UI: Hukum Digunakan untuk Melanggengkan Kekuasaan

Sulis menyinggung pihak-pihak yang kritis terhadap pemerintah akan dihadapkan dengan hukum.

Baca Selengkapnya