Tidak ada kuburan massal korban 65, alasan pemerintah tak minta maaf
Merdeka.com - Meski sudah menggelar simposium Tragedi 1965, pemerintah tidak akan meminta maaf pada korban peristiwa tersebut. Alasannya, tidak ditemukan kuburan massal yang jadi bukti telah terjadi pembantaian dan pelanggaran berat hak asasi manusia. Tim pencari fakta tak menemukan bukti-bukti pembantaian massal yang kerapkali disebutkan beberapa pihak.
"Tidak benar bahwa kami tidak mungkin minta maaf, yang saya buka kalau ada mass grief (kuburan masal), bisa diidentifikasi dengan jelas, bisa saja peluang untuk melakukan itu. Tapi sampai hari ini, kepada siapa saya mau minta maaf, yang jelas sudah ada enam jenderal TNI yang dibunuh, itu sudah jelas yang lain kan belum ada," kata Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan di kantornya, Jakarta, Senin (25/4).
Saat ini pihaknya menunggu laporan Agus Widjojo, ketua pengarah simposium nasional tragedi 1965. Tim pencari fakta pelanggaran HAM juga masih berjalan untuk melakukan investigasi mendalam. "Nah kalau ada ya silakan kita lihat," kata dia.
-
Kenapa TNI AD membantah klaim pelaku? Narasi dalam video yang diunggah pelaku dalam video bahwa pelaku memiliki hubungan kerabat dengan Mayjen TNI Rifky Nawawi adalah tidak benar,' kata Kristomei saat dihubungi, Minggu (28/4).
-
Bagaimana cara TNI AD mengklarifikasi klaim pelaku? 'Narasi dalam video yang diunggah pelaku dalam video bahwa pelaku memiliki hubungan kerabat dengan Mayjen TNI Rifky Nawawi adalah tidak benar,' kata Kristomei saat dihubungi, Minggu (28/4).
-
Mengapa klaim tersebut diragukan? Dalam artikel juga tidak ditemukan adanya narasi yang menyebut Jokowi dan Listyo SIgit mencopot Polda Jabar karena membatalkan sidang tersangka Pegi.
-
Apa yang ditemukan di TKP? Bukannya membawa korban ke Rumah Sakit, pelaku malah meninggalkannya di ruko TKP ditemukan jasad RN tewas bersimbah darah.
-
Siapa yang mengklaim adanya bukti penumbalan manusia? Yannis Sakellarakis, direktur Museum Heraklion di Kreta pada saat itu dan seorang sarjana agama dan seni Minoa, dan Efi Sapouna-Sakellaraki, seorang penasihat Yunani di American School of Classical Studies di Athena, menulis dalam artikel bahwa mereka cukup yakin akan adanya praktik penumbalan.
Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla menegaskan bahwa pemerintah tak meminta maaf saat simposium nasional tragedi 1965 karena korban pertama Jenderal Ahmad Yani, yang diikuti oleh Jenderal TNI lainnya. Tentara juga menjadi korban meski mereka pelaku tragedi peristiwa 1965.
"Tapi tahu enggak siapa korban pertama? 6 jenderal, jadi jangan mengira bahwa tentara ini (pelaku), korban pertama Pak Yani, dan Sutoyo, DI Panjaitan, lima jenderal. Jadi bagaimana meminta maaf kalau korbannya itu pertama Jenderal. Kita memperingati itu pahlawan dan jenderal itu, seperti itu," kata Jusuf Kalla di Kantornya, Jakarta, Selasa (19/4).
Dia juga menambahkan, penyelesaian tragedi 65 tak bisa melalui jalur hukum karena pemerintah juga menjadi korban pembunuhan.
"Mau diselesaikan bagaimana coba? kita punya salah kan pasti, masyarakat pasti punya salah kan kejadian apapun. tapi anda harus pahami yang mana, siapa yang korban. Bukan hanya pulau buru yang korban, lima jenderal satu malam. pernah ada kejadian di dunia ini nggak? nggak ada kejadian di dunia seperti itu," ucapnya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kepastian itu berdasarkan penyelidikan Kompolnas dan Polres Bekasi Kota terkait kematian tujuh remaja di kali Bekasi.
Baca SelengkapnyaMenurut Susno Duadji, tidak ada pembunuhan dalam kasus Vina
Baca SelengkapnyaPara remaja ini loncat ke kali sebelum ditemukan menjadi mayat.
Baca SelengkapnyaLengkap dengan penanda nisan seperti makam baru, namun gundukan tanah misterius itu berada bukan di kompleks pemakaman.
Baca SelengkapnyaLaporan ke Bareskrim Polri dilakukan keluarga korban setelah tidak ada perkembangan penyidikan dari Polda Kalteng.
Baca SelengkapnyaPolisi belum bisa menyimpulkan penyebab tenggelamnya tujuh pemuda di Kali Bekasi.
Baca SelengkapnyaKlaim penemuan kuburan massal dan tengkorak di Pondok Pesantren Al Zaytun adalah tidak benar alias hoaks.
Baca Selengkapnya500 laporan berasal dari berbagai sumber namun tak ada satu pun laporan yang ditindak.
Baca Selengkapnya