Tiga skandal kebudayaan terpanas hingga awal 2014
Merdeka.com - Bukan hanya jagat politik yang bikin publik negeri ini heboh. Meski tidak semasif ekspos skandal politik, skandal di bidang kebudayaan juga cukup menyita perhatian.
Skandal kebudayaan di penghujung 2013 dan yang masih panas hingga awal tahun ini berkutat pada polemik penerimaan penghargaan. Jika ada yang lain, itu adalah tentang tingkah laku para aktor kebudayaan yang cenderung ‘tidak berbudaya’ sehingga akhirnya masuk ke ranah hukum.
Berikut tiga skandal kebudayaan terpanas hingga awal 2014:
-
Siapa yang menghina Dede Sunandar? Dede Sunandar mengungkapkan bahwa ia dulunya bekerja sebagai cleaning service di Wisma Mampang, sebuah stasiun TV. Ia bercerita kepada Ayu Ting Ting bahwa pernah dimarahi karena masalah bau tai kucing di studio, yang ia bersihkan dengan wipol namun tetap menjadi permasalahan. Dede Sunandar tidak menyangka akan diperlakukan tidak pantas seperti itu. Meskipun hanya seorang tukang bersih-bersih, ia tetap memiliki harga diri yang tidak bisa direndahkan oleh siapa pun.
-
Siapa yang mendapat penghargaan? Kategori itu untuk Kepala Daerah dan Pemerintah Daerah (Kota Kecil).
-
Siapa yang menerima penghargaan? Direktur Jaringan dan Layanan BRI Andrijanto yang hadir langsung menerima penghargaan tersebut mengatakan bahwa penghargaan tersebut tentu akan menjadi pelecut dan penyemangat bagi BRI, utamanya dalam melanjutkan transformasi yang terus dijalankan.
-
Kapan penghargaan ini diberikan? Bertempat di Hotel Raffles Jakarta, penghargaan bergengsi tersebut diterima oleh Corporate Secretary bankjatim Wioga Adhiarma Aji pada hari Senin (6/11) malam.
-
Dimana penghargaan diberikan? Penghargaan tersebut telah diserahkan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa RI, Hendrar Prihadi, kepada Plt. Kepala Bagian Pengadaan Barang dan Jasa Setda Kabupaten Banyuwangi, Dani Al Sofyan, dalam forum ISPE yang digelar 14 Juni 2024 lalu.
-
Siapa yang memberikan penghargaan? Menurut pernyataan resminya, Selasa (24/9), penghargaan ini menunjukkan bahwa Gojek diakui sebagai penyedia layanan ride-hailing yang paling dipilih oleh pengguna saat menggunakan angkutan umum di Jakarta.
Sastrawan hamili mahasiswi UI
Kasus ini terkuak setelah RW (22), mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (UI), melaporkan sastrawan Sitok Srengenge ke Polda Metro Jaya akhir November tahun lalu. RW mengaku telah dihamili oleh penyair liberal itu.Proses hukum kasus ini pun sudah berjalan dengan pemeriksaan pelapor dan saksi-saksi, kendati Sitok sebagai terlapor, belum juga diperiksa hingga kini. Proses hukum yang berjalan lambat ini tak secepat meluasnya polemik di kalangan masyarakat sastra di Indonesia.Jika melihat perdebatan antar (kelompok) sastrawan, kasus Sitok tak lagi semata-mata persoalan hukum, tetapi persoalan kebudayaan. Sitok, yang menjadi bagian dari Komunitas Salihara/Teater Utan Kayu, dikritik habis oleh kalangan sastrawan Boemipoetra, yang selama ini diketahui berseberangan secara ideologi. Adu argumen dua kelompok sastrawan atas kasus dugaan percabulan ini pun kian menyengit di dunia maya.
Denny JA masuk '33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh'
Awal Januari 2014, publik sastra dikagetkan dengan peluncuran buku ‘33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh’ karya Tim 8 bekerjasama dengan Pusat Dokumentasi Sastra (PDS) HB Jassin. Pasalnya, dalam buku itu terdapat nama Denny JA.Penobatan Denny JA, yang selama ini dikenal sebagai konsultan politik, sebagai tokoh sastra paling berpengaruh, sontak memicu polemik yang cukup pelik, bahkan hingga kini. Polemik diisi dengan perang argument antar kelompok sastrawan, pengembalian hadiah puisi esai kepada Denny JA, sampai munculnya petisi penarikan sementara buku tersebut.Entah sampai kapan polemik ini surut. Pasalnya, Tim 8 yang diketahui Jamal D Rahman, menyatakan tetap pada keputusannya. Sementara para pengkritik dan pembuat petisi makin gencar melakukan perlawanan.
Penghargaan Akademi Jakarta 2013
Penghargaan Akademi Jakarta 2013 menimbulkan polemik. Penyebabnya, nama sastrawan Martin Aleida 'dihilangkan' secara sepihak oleh Ketua Akedemi Jakarta (AJ), Taufik Abdullah. Lewat surat kepada tim juri, Taufik memveto bahwa pemenangnya adalah I Gusti Kompiang Raka (musisi tradisional asal Bali).Padahal, menurut dokumen yang diperoleh merdeka.com, Rabu (29/1), nama Martin awalnya adalah pemenang tunggal penghargaan tahunan 'lifetime achievement' di bidang humaniora itu.Nama Kompiang Raka akhirnya dimasukkan juri, setelah Wakil Ketua AJ Toeti Heraty menyampaikan usul untuk memberikan Penghargaan AJ kepada lebih dari satu orang.Pada akhirnya, juri memang menyampaikan dua pemenang, Martin Aleida dan I Gusti Kompiang Raka, kepada AJ. Namun, nama Martin 'dihilangkan' oleh Taufik. Muncul dugaan kegiatan Martin dalam Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra) dulu yang membuat namanya kini 'dilenyapkan'.Merasa kerjanya tidak dihargai, tim juri yang terdiri dari Sri Astari Rasjid (Ketua), Leila S. Chudori (Anggota), Ardjuna Hutagalung (Anggota) Marselli Sumarno (Anggota) melayangkan protes lewat surat terbuka kepada AJ. Dengan kata lain, polemik ini masih belum jelas ujungnya.
Baca juga: Direktur LBH APIK nilai Sitok dijerat pasal 'keranjang sampah' Sapardi: Sastra mau tidak mau masuk ke dalam kapitalisme Fakta-fakta baru polemik buku '33 Tokoh Sastra' 5 Sastrawan ternama ini dikalahkan Denny JA 'Apa beda Sitok Srengenge dan Denny JA?' (mdk/bal)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Rektor memastikan kegaduhan pascapencopotan gelar guru besar 2 profesor tak menggangu proses belajar mengajar.
Baca SelengkapnyaHari ini mereka berencana melakukan jumpa pers bersama di Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Baca SelengkapnyaSelain Lesti yang ditunjuk jadi Duta Petani Milenial, sederet artis ini juga pernah ditunjuk jadi duta.
Baca SelengkapnyaDeretan pejabat di lingkungan Kementerian Keuangan yang dipecat akibat pamer harta dan berakhir dipidana.
Baca Selengkapnya30 Berita terpopuler yang dirangkum merdeka.com mulai dari sains, artis hingga politik
Baca SelengkapnyaMukti mengatakan, proses penyelidikan laporan tersebut masih berlanjut hingga saat ini.
Baca SelengkapnyaBawaslu DKI telah memetakan tiga kategori kerawanan yang terjadi di Pilgub DKI Jakarta yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
Baca SelengkapnyaKasus pegawai pajark Rafael Alun Trisambodo membongkar bagaimana kehidupan seorang PNS. Tak disangka, PNS yang digaji dengan uang rakyat hidup penuh kemewahan.
Baca SelengkapnyaTerbongkarnya dugaan pengondisian kasus Gregorius Ronald Tannur mencoreng wajah hukum tanah air.
Baca SelengkapnyaMereka sempat terkenal namun kini menghilang bak ditelan bumi. Popularitasnya tak bertahan lama, ini mereka:
Baca SelengkapnyaKasus Korupsi di Indonesia memang sudah banyak diungkap dalam kurun waktu yang panjang.
Baca Selengkapnya