Tim KIPI Solo Sebut Efek Samping Vaksin Covid-19, Nyeri hingga Pegal-Pegal
Merdeka.com - Program vaksinasi Covid-19 di Kota Solo dimulai secara serentak Kamis (14/1) besok. Guna mengantisipasi kemungkinan efek samping yang ditimbulkan, Tim Kejadian Ikutan Pascaimunisasi (KIPI) Kota Solo menyiapkan langkah penanganan.
"Itu sebenarnya umum didapatkan pada semua vaksin. Jadi vaksin apapun bisa menimbulkan efek samping. Tetapi efek sampingnya mayoritas efek minimal, minimal sekali. Ini kan vaksinnya jenis vaksin mati. Kalau mati itu, tidak seberat efek samping yang vaksin hidup," ujar Ketua Tim KIPI Dinas Kesehatan Solo, Agus Joko Susanto, Rabu (13/1).
Menurut Agus, untuk vaksin mati biasanya reaksi yang muncul bersifat lokal. Seperti rasa nyeri, kemerahan dan pegal-pegal. Efek samping tersebut, dikatakannya, bisa hilang dalam kurun waktu 1-2 hari setelah penyuntikan.
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
-
Kenapa vaksin dalam negeri penting? Hal ini disampaikannya saat meresmikan fasilitas produksi vaksin PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia di Kabupaten Bogor, pada Rabu (11/9). Menkes Budi menekankan bahwa pengalaman sukses dalam mengembangkan Vaksin Merah Putih menunjukkan betapa krusialnya memiliki berbagai jenis vaksin untuk memastikan keamanan kesehatan masyarakat.
-
Kapan vaksin cacar api diberikan? Zostavax diberikan dalam satu dosis tunggal melalui suntikan dan direkomendasikan untuk orang dewasa berusia 60 tahun ke atas.
-
Bagaimana Kemenkes RI memperkuat kesiapsiagaan? Kemenkes berkomitmen untuk mengoptimalkan daftar patogen prioritas ini sebagai bagian dari upaya meningkatkan kesiapsiagaan nasional. Salah satu langkah yang diambil adalah memperkuat surveilans rutin, termasuk program ILI (Influenza-like Illness) dan SARI (Severe Acute Respiratory Infections).
-
Bagaimana vaksin kanker ini bekerja? Putin menyatakan keyakinannya bahwa vaksin tersebut, bersama dengan obat imunomodulator generasi baru, akan segera menjadi bagian integral dari terapi individual yang efektif.
-
Kapan imunisasi susulan bisa dilakukan? Dalam beberapa situasi, vaksinasi masih dapat diberikan dalam rentang waktu tertentu sesuai dengan panduan medis yang berlaku. Sebagai contoh, vaksin pentavalen masih bisa diberikan sebelum anak mencapai usia satu tahun.
"Jadi minimum sekali untuk vaksin yang mati. Vaksin Covid ini kan termasuk vaksin yang mati," jelasnya.
Terkait observasi, menurutnya, akan dilakukan selama 30 menit usai pemberian vaksin. Pada proses pemberian vaksin, lanjut dia, ada empat meja yang disiapkan yaitu di meja pertama untuk mengetahui apakah orang tersebut masuk pada daftar.
Kemudian meja dua untuk proses screening. Yakni untuk memastikan apakah calon penerima termasuk kontraindikasi atau tidak. Tahap ini, jelas dia, juga untuk memastikan apakah calon penerima pernah terpapar Covid-19 atau belum.
"Kalau sudah pernah kena Covid-19 itu seharusnya tidak dapat vaksin, karena sudah punya antibodi sendiri. Meja tiga divaksin, kemudian beranjak ke meja empat yaitu pendataan, baru kemudian ke observasi, adakah KIPI-nya," katanya.
Jika sampai terjadi KIPI ringan, kata dia, cukup ke faskes terdekat. Namun jika ada reaksi berat langsung ke RSUD dr Moewardi.
"Kalau tidak ada apa-apa langsung pulang, tetapi kalau ada apa-apa dan bisa mengancam nyawa maka langsung dipondokkan (dibawa ke RS)," jelasnya.
Ia meminta masyarakat jika sudah menerima vaksin agar tetap menerapkan protokol kesehatan. Pemberian vaksin, menurut dia adalah salah satu upaya untuk mengeliminasi agar Covid-19 hilang.
"Kalau hanya vaksin 'enggak' bisa, protokol kesehatan tetap harus. Pakai masker, menghindari kerumunan, serta meningkatkan imunitas kita. Jangan hanya divaksin terus sudah," tandasnya.
Ia menambahkan, penerapan protokol kesehatan dilakukan hingga ada pembuktian dari sisi epidemiologi terutama dari WHO bahwa Covid-19 sudah tidak mengancam.
"Seperti 100 tahun lalu ada flu melanda Eropa, jutaan orang meninggal. Butuh 2-3 tahun baru bisa dieliminasi, perkiraan saya Covid-19 juga 2-3 tahun," pungkasnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, ada kemungkinan kasus TTS dipicu vaksin AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaMeskipun Covid-19 yang muncul saat ini sudah tidak berbahaya seperti dulu.
Baca SelengkapnyaVaksin cacar api dirancang untuk merangsang sistem kekebalan tubuh agar dapat mengenali dan melawan virus varicella-zoster sebelum virus tersebut aktif kembali.
Baca SelengkapnyaIndonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19.
Baca SelengkapnyaPenting untuk memahami potensi dampak negatif dari penggunaan pil ini untuk membuat keputusan yang tepat mengenai metode kontrasepsi yang paling sesuai.
Baca SelengkapnyaVarian tersebut memicu ada peningkatan kasus Covid-19 di Singapura.
Baca SelengkapnyaKomnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaKasus Covid-19 bisa meluas jika masyarakat tidak mengindahkan pola hidup sehat dan menjaga jarak
Baca SelengkapnyaHinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca SelengkapnyaHebohnya kasus TTS berawal dari gugatan yang dilayangkan Jamie Scott ke Pengadilan Tinggi Inggris.
Baca SelengkapnyaVaksin booster masih gratis dan dapat ditemukan di puskesmas atau faskes terdekat.
Baca SelengkapnyaPenjelasan mengenai manfaat dan efek samping dan efek samping vaksin HPV.
Baca Selengkapnya