Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Tim Peneliti Sebut Vaksin Covid-19 Nusantara Bisa Digunakan Penderita Komorbid

Tim Peneliti Sebut Vaksin Covid-19 Nusantara Bisa Digunakan Penderita Komorbid Ilustrasi Vaksin Covid-19. ©2021 REUTERS/Dado Ruvic/File Photo

Merdeka.com - Vaksin Nusantara yang dikembangkan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Kariadi, Semarang diklaim lebih aman dibanding vaksin Covid-19 lainnya. Sebab vaksin tersebut bisa digunakan kepada kelompok yang memiliki penyakit bawaan (komorbid) yang tidak boleh disuntik vaksin dalam pelaksanaan vaksinasi tahap pertama.

Perwakilan tim peneliti vaksin Nusantara, Yetty Movieta Nancy menyatakan virus Nusantara atau yang juga disebut sebagai virus dendritik itu tidak akan dicampur dengan bahan-bahan lain. Bahannya berasal dari pemakainya sendiri, masyarakat tidak perlu khawatir.

"Tidak ada tambahan bahan asupan maupun bahan dari binatang, sehingga aman dan halal. Vaksin ini juga bisa digunakan untuk pasien yang selama ini punya penyakit berat atau komorbid," kata Yetty Movieta di Semarang, Kamis (18/2).

Orang lain juga bertanya?

Dia menyebut vaksin Nusantara sendiri saat ini dikembangkan peneliti dari RSUP dr. Kariadi, Univesitas Diponegoro (Undip) Semarang, bekerja sama dengan perusahaan asal Amerika Serikat, AVITA Biomedical.

"Vaksin ini buatan dalam negeri, pengembangannya 90 persen. Hanya memang untuk antigen yang untuk recombine kita kerja sama dengan perusahaan Amerika, tapi untuk pengelolaan di sini," ungkapnya.

Sementara itu vaksin Nusantara memiliki kelebihan atau keunggulan dari vaksin lain. Selain diklaim aman, vaksin ini juga dibanderol dengan harga lebih murah.

"Kalau dihitung harganya sekitar USD10 atau di bawah Rp200.000," jelasnya.

Vaksin tersebut juga aman bagi pemakainya karena pasien atau calon pemakai akan diambil darahnya untuk mendapatkan sel darah putih. Dari sel darah putih itu, akan diambil sel dendritik milik pasien.

"Sel dendritik yang sudah diambil nanti akan kita kenalkan dengan virus Covid-19. Setelah sel dendritik itu menjadi menjadi vaksin, baru kita suntikan kembali ke pasien," ujarnya.

Uji Klinis Fase 2

Vaksin virus korona yang diberi nama AV-Covid-19 tersebut sudah masuk tahap uji klinis fase kedua.

"Kalau nanti sudah diuji, kami siap menggunakannya. Tinggal nanti dari industri seberapa bisa melakukan itu," kata Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, Kamis (18/2).

Untuk mempercepat riset uji klinis hingga vaksin itu bisa diproduksi massal, Pemerintah Provinsi siap memfasilitasi tempat penelitian. Menurutnya vaksin Nusantara merupakan karya anak bangsa yang dikembangkan di Jawa Tengah. Sehingga proses penelitian vaksin tersebut harus dikawal sampai jadi.

"Kalau nanti butuh rumah sakit lain sebagai tempat riset, saya siap mendukung penuh. Tujuh rumah sakit daerah milik Pemprov akan saya berikan semuanya untuk itu," ungkapnya.

Dukungan penuh itu diberikan karena vaksin Nusantara adalah karya anak bangsa. Apalagi, vaksin itu dikembangkan di Jawa Tengah, sehingga dirinya akan memberikan suport secara penuh agar proses riset vaksin Nusantara bisa dipercepat.

"Apalagi ini dari Jawa Tengah, menurut saya ini sangat penting untuk dikawal. Saya sudah ketemu dengan pak Terawan dan beliau sudah menceritakan hal ini. Dari ceritanya, metode dan metodologi penggunaannya, vaksin ini jauh lebih aman," jelasnya.

Vaksin Nusantara sendiri dikembangkan berdasarkan sampel yang diambil dari orang Indonesia dan DNA-nya juga tidak jauh berbeda. "Jadi kalau melihat DNA-nya orang Indonesia, mudah-mudahan bisa lebih bagus," kata dia.

Harapannya riset vaksin Nusantara bisa dipercepat. Pihaknya siap mengawal percepatan itu agar bisa segera dimanfaatkan masyarakat. Maka semua tahapan yang telah berjalan itu hasilnya bagus, harus mendapat dukungan penuh dan proteksi dari negara.

"Artinya, proses-proses yang sudah berjalan dan hasilnya bagus, pemerintah mesti memproteksi, negara harus memproteksi ini sehingga kita bisa mandiri. Dengan begitu, maka kita tidak akan terus bergantung pada negara lain," pungkasnya.

Vaksin Nusantara merupakan vaksin personal berbasis sel dendritik (dendritic cell) dan diklaim sebagai yang pertama di Indonesia. Cara kerja vaksin ini adalah, calon penerima vaksin akan diambil darahnya, ambil sel darah putihnya dan sel dendritiknya.

Setelah itu, sel dendritik autolog dipaparkan dengan antigen protein S dari SARS-CoV-2. Sel dendritik yang telah mengenal antigen tersebut akan diinjeksikan ke dalam tubuh kembali. Di dalam tubuh, sel dendritik tersebut akan memicu sel-sel imun lain untuk membentuk sistem pertahanan memori terhadap SARS-CoV-2.

Vaksin Nusantara merupakan gagasan dari mantan Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto. Vaksin ini dikembangkan sejak akhir 2020 lalu dan saat ini telah lolos uji tahap pertama. Saat pengujian tahap pertama, vaksin ini telah diujicobakan kepada 27 orang. Dari 27 orang itu, 20 orang di antaranya mengalami efek samping yang ringan seperti nyeri di tempat suntikan.

(mdk/bal)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Menkes Klaim Vaksin Covid-19 Buatan Dalam Negeri Relatif Lebih Aman
Menkes Klaim Vaksin Covid-19 Buatan Dalam Negeri Relatif Lebih Aman

Namun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.

Baca Selengkapnya
Respons Menkes Soal Gaduh Efek Samping Vaksin AstraZeneca Disebut Picu Pembekuan Darah
Respons Menkes Soal Gaduh Efek Samping Vaksin AstraZeneca Disebut Picu Pembekuan Darah

Menkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca

Baca Selengkapnya
Menkes Sebut Vaksinasi Covid-19 Gratis Berakhir 31 Desember 2023
Menkes Sebut Vaksinasi Covid-19 Gratis Berakhir 31 Desember 2023

Mulai 1 Januari 2024, vaksinasi Covid-19 bagi masyarakat umum berbayar.

Baca Selengkapnya
Kemenkes Temukan Kasus Covid-19 Varian JN.1 di Jakarta dan Batam
Kemenkes Temukan Kasus Covid-19 Varian JN.1 di Jakarta dan Batam

Covid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.

Baca Selengkapnya
Menkes Ungkap Alasan Tak Masif Minta Masyarakat Vaksinasi Mpox
Menkes Ungkap Alasan Tak Masif Minta Masyarakat Vaksinasi Mpox

Sebelumnya, Budi menyatakan vaksin cacar monyet masih menyasar kelompok tertentu, seperti penderita HIV.

Baca Selengkapnya
Waspadai Potensi Peningkatan Covid-19 di Indonesia
Waspadai Potensi Peningkatan Covid-19 di Indonesia

Masyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.

Baca Selengkapnya
Vaksin Covid-19 Mulai Berbayar, Ini Kelompok yang Bisa Dapat Gratis
Vaksin Covid-19 Mulai Berbayar, Ini Kelompok yang Bisa Dapat Gratis

Maxi berujar, kelompok pertama yang bisa mendapatkan vaksin gratis adalah yang belum pernah menerima vaksin Covid-19 sama sekali.

Baca Selengkapnya
Klaim Tak Ada Kaitan Vaksin AstraZeneca dengan Kasus TTS, Komnas KIPI Sebut Sudah Surveilans di 7 Provinsi
Klaim Tak Ada Kaitan Vaksin AstraZeneca dengan Kasus TTS, Komnas KIPI Sebut Sudah Surveilans di 7 Provinsi

Hinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.

Baca Selengkapnya
Disinyalir Ada Efek Samping Pendarahan Otak, Sudah 70 Juta Vaksin AstraZeneca Disuntikkan ke Rakyat Indonesia
Disinyalir Ada Efek Samping Pendarahan Otak, Sudah 70 Juta Vaksin AstraZeneca Disuntikkan ke Rakyat Indonesia

Indonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19.

Baca Selengkapnya
Kemenkes Sebut Belum Ada Mutasi Baru Covid-19 Meski Varian JN.1 Sudah Menyebar di RI
Kemenkes Sebut Belum Ada Mutasi Baru Covid-19 Meski Varian JN.1 Sudah Menyebar di RI

Penularan varian JN.1 telah ditemukan di Jakarta dan Batam.

Baca Selengkapnya
Dinkes DKI Temukan 2 Kasus Kematian Covid-19
Dinkes DKI Temukan 2 Kasus Kematian Covid-19

Dua kasus kematian baru dari pasien Covid-19 pada Desember 2023.

Baca Selengkapnya